Huru Hara Tugas Mahasiswa T. Sipil

2131 Words
Tiada hari yang namanya tanpa tugas dan itulah yang kini di rasakan sebagai seorang mahasiswa. Silih berganti tugas terus saja menyapa mereka dan meronta – ronta untuk segera di selesaikan. Tak peduli tugas apa yang harus mereka selesaikan dahulu dimana bercucuran keringat dan menguras emosi tentunya. Dosen hanya ingin tugas yang diberikan harus sudah selesai dan saat time pengumpulan tugas tiba maka mahasiswa harus menyerakannya tak peduli alasannya apa. Menjadi mahasiswa anak teknik, tugas desain adalah sesuatu yang tak bisa mereka elakkan alias di hindari. Saat bekerja nantinya, menjadi seorang Insiyur terutama Insiyur dari lulusan Teknik Sipil. Mereka dituntut untuk mendesain dan membangun sebuah bangunan dan gedung dimana memiliki resiko yang cukup besar. Itu karena jika bangunan roboh atau rusak, bukan hanya mencelakai satu orang saja tapi ada begitu banyak orang yang akan menjadi korban tentunya. Bayangkan saja jika satu apartemen yang menampung banyak orang kemudian tiba-tiba akibat pondasi yang dibangun tidak kuat menahan beban mengalami runtuh karena kesalahan dalam hal mendesain diawal. Bisa dibayangkan berapa banyak keluarga yang menjadi korban. Tidak hanya memakan korban jiwa tapi kerugian materil juga. Jadi sebagai seorang mahasiswa yang berada dijuruan Teknik Sipil, mereka diwajibkan untuk bisa menguasai tugas-tugas desain yang diberikan agar kelak tidak terkejut atau membuat kesalahan saat bekerja dilapangan nantinya. Angka, satuan, serta ketentuan yang berlaku tidak bisa lepas dari pandangan mereka dalam menjawab tugas yang diberikan. Soalnya hanyalah sepenggal saja. ‘Buatlah sebuah desain pondasi telapak, dengan ketentuan sebagai berikut.’ Udah segitu saja soalnya, tapi cukup memakan tiga sampai empat double folio. Bukan empat halaman, tapi 4 buah kertas double folio. Betapa pusingnya hanya dengan membaca soalnya. Menjawabnya kalau mengarang bebas menggunakan kalimat enak, ini dari mananya yang mau di karang kalau angkanya saja harus jelas dari mana dan mengikuti standar ketentuan yang berlaku sesuai dengan ketentuan yang terus saja berkembang dari waktu ke waktu. “Tugas Kak Gio udah selesai belum?” tanya Yenzi dengan nada sopan pada pria yang tua tiga tahun di atasnya ini. “Boleh aku salin, Kak?” “Kasih ga? Kasihlah. Kasih ga? Kasihlah masa engga” jawab pria yang bernama Gio sembari tersenyum menatap Yenzi yang memiliki raut wajah polos. Dengan nada sarkas seseorang kemudian menyela. “Gak adil banget. Sama aku aja lu susah amat ngasih tugas, tiba giliran Yenzi aja yang minta lu ngasih, bagi – bagi kenapa tuh tugas” Gio sama sekali tidak memperdulikan sahabatnya yang bernama Liev itu dan memilih untuk berbicara kepada Yenzi. “Nanti kalau udah selesai aku kasih tugasnya, ok” “Tega, parah banget lu. Aku di kacangin sama si kutu kupret” kesal Liev menatap malas ke arah Gio. “Sabar Kak Liev, kalau udah selesai tugasnya, aku bakalan ngasih ke Kakak” mendengar jawaban dari Yenzi, senyuman Liev seketika merekah dengan begitu lebarnya. Yenzi menyodorkan coretannya hasil dia berusaha mengerjakan soal pertama kepada Gio. “Kak, ini aku udah berusaha buat mengerjakannya, ntar kalau aku udah selesai aku kasih ke kakak ya” Liev menguap dengan lebar, posisinya yang berbaring tertelungkup dilantai itu kemudian mencari posisi enaknya dengan menjadikan kedua tangannya sebagai sandaran kepalanya berbaring. “Seorang Gio yang gak perlu belajar tapi di anugerahi otak encer aja sulit mengerjakannya dan seorang Yenzi yang rajin belajar dirumah juga kesulitan, apalagi aki” dia lalu mendenguskan nafas kesalnya. “Sial, berbicara saja aku bisa typo.” “Oh iya, tugasnya di kumpul jam 8 kan Kak?” tanya Yenzi yang masih berusaha mengerjakan tugasnya. “Lama – lama aku bisa frustasi dan berakhir pasrah kalau gak selesai” Liev yang mendengarnya seketika mengubah posisinya menjadi duduk dan memijat kedua bahu Yenzi menyemangati. “Kamu gak boleh menyerah gitu Yenzi, kita bersama – sama harus bisa melewati tugas bejibun ini, kita pasti bisa.” “Kita? yang ada aku lihat kalau lu hanya tukang nyalin doang” celetuk Gio yang menatap sinis ke arah Liev. Namun Gio yang tak mau di katakan si tukang nyalin lalu menjawab. “Aku memang tukang salin, tapi aku si tukang pemberi peringatan, tugas apa yang harus di kerjakan dahulu, jam berapa tugas akan di kumpulkan, mata kuliah apa yang akan kuis. Pasti akan aku kasih tau ke kalian berulang kali udah kata alarm.” “Iya sih, lu paling bawel masalah begituan udah kaya radio rusak ngomelnya” Akui Gio pada akhirnya tapi menjawabnya dengan nada datar, tidak ada nada antusias disana. “Aku mau mengerjakan tugasnya dulu, jangan ganggu” “Awas saja kalau lu gak mau berbagi tugas, aku doain lu kena adzab gak mau berbagi tugas ke sahabat” ancam Liev. Gio mendenguskan nafas kasarnya. “Dasar teman gak ada akhlak begini, udah nyalin gak tau diri lagi, ngacam pula” Dengan gerakan mengusir, Gio menjawab. “hush.. kerjain sana. Lu yang gak ada akhlak sama sekali kalau pelit berbagi” “Kakak berdua yang gak ada akhlak” celetuk Yenzi dengan raut wajah polosnya yang super gemas seakan tidak ada bersalah sama sekali. “Lanjutin aja ributnya terus, entar kalau menang, aku traktir kakak – kakak sekalian permen 3 biji. Cukuplah ya, entar kalau kebanyakan giginya berlubang” Liev menoleh ke arah Yenzi dan memasang raut wajah cemberutnya.”Yenzi pokoknya harus bela aku” “Maaf Kak Liev, aku harus lulus mata kuliah Baja 2, jadi aku wajib bela Kak Gio kali ini” Liev tertawa dengan begitu kerasnya namun kupingnya tiba-tiba memerah. “Kamu bela si tukang pemarah ini ya” “Ketawa tapi giginya rapat. Coba cek tensinya pasti udah tinggi banget tuh, sekalian suhu tubuhnya apa udah setinggi titik besi meleleh gak?” ledek Gio yang puas ketika raut wajah kesal dari Liev yang tidak bisa ditutupi sama sekali itu. Liev menyipitkan matanya dan mendenguskan nafas kesalnya. “Akhirnya selesai” teriak Yenzi dengan riangnya setelah ketiganya sibuk mengerjakan tugas mereka hampir tiga jam lamanya. Gio segera saja merapatkan tubuhnya mendekat ke arah Yenzi. “Yenzi, aku mau lihat. Tapi ke aku aja baginya. Jangan sampai Liev liat ok” “Jangan sampai Liev lihat?” ulangi Liev kesal. “Emang gak ada akhlak lu ya” Gio mengibaskan tangannya. “Udah jangan hiraukan si emosian tingting. Bagi ke aku Yenzi” Yenzi tampak tidak enak, jadi dia memutuskan untuk meletakkan tugasnya di tengah – tengah agar kedua manusia yang ada di kiri dan kanannya ini bisa melihat. “Aku gak tega, jadi kaya gini aja ya kak. Biar semuanya bisa lihat” ucap Yenzi. “Oh iya, soal yang ini, bagian a, angkanya menyesuaikan nim aja, yang sudah Bu Zizu sampaikan kemaren masih ingatkan ?” Nb : NIM ( Nomor Induk Mahasiswa) “Masih ingatlah, aku bukan ikan dori ya tolong.” Jawab Liev dengan bangga. Gio dengan nada meremehkan kemudian menjawab. “Syukurlah kalau masih ingat, otaknya masih berfungsi ternyata” “Sudahlah kak, jangan bertengkar, coba Kak Gio cek dahulu”  ucap Yenzi yang mulai merasa risih dengan pertengkaran antar sahabat yang juga sudah dia anggap seperti Kakaknya ini. Yenzi yang dahulunya masuk kelas akselarasi di saat dia smp dan sma, membuat dirinya lebih muda dua tahun diantara yang lain, jadi dia memanggil sahabatnya dengan sebutan ‘Kakak’, karena baginya tidak sopan jika memanggilnya dengan nama.  Lagian ketiga sahabatnya ini sama sekali tidak masalah. “Kak Gio, jangan lama  - lama ngecek tugasnya, ntar kita telat ngumpulnya” cemas Yenzi. Tangan Liev kemudian terulur dan mengusap dengan lembut kepala Yenzi. “Yenzi gak perlu khawatir gitu, kita gak bakalan telat, selagi Gio masih bernafas, maka tugas kita akan aman.” Liev tiba – tiba menjeda kalimatnya merasa ada yang kurang. “Si kupret kemana? Astaga dari tadi kita ngerjain tugas dia gak datang – datang juga” “Lah di grup tadi dia gak nyahut kalau ngumpul di apartemen aku buat ngerjain tugas?” tanya Gio yang kali ini apartemennya menjadi markas bagi mereka buat mengerjakan tugas. Biasanya mereka bergilir apartemen siapa yang akan menjadi markas dan kali ini jatuh kepada Gio yang dimana sang tuang rumah mentraktir mereka makan apapun itu. “Jangan bilang kalau gak kebangun Kak” jawab Yenzi pasrah. “Cari mati nih bocah, kemaren dia kegirangan main basket sama aku ampe jam 11 malam, terus ketika aku pulang, dia memilih untuk bermain golf sebentar” Liev berdecak heran dengan sikap sahabatnya itu yang tidak mengenal waktu kalau sudah menyangkut namanya olahraga. “Kak, banguninlah. Jangan sampai dia gak buat tugas entar. Bisa-bisa gak lulus Baja 2” khawatir Yenzi. Liev memasang raut wajah malasnya. “Dia itu kukang. Percuma kalau aku konser di depan kamarnya juga gak bakalan bangun tuh anak, yang bisa bangunin diakan cuma si itu” Yenzi lalu menyenggol sikut Liev. “Kenapa gak Kakak chat aja, siapa tau bisa bantuin buat banguninnya” “Kamu mau aku di panggil tuhan dahulu ya  Jelas tuh anak pencemburuan akut, Yenzi. Bisa–bisa kedua bola mata aku malah dijadikan bola golfnya.” Mengingat bagaimana pencemburunya sahabat mereka itu, membuat tubuh Liev seketika merinding. “Ini tugas Yenzi udah benar semua, lu udah bisa salin Liev. Si Miles kemana emangnya?” tanya Gio yang baru menyadari kalau Miles, pria itu tidak ada diantara mereka. Dia lalu memutuskan untuk menghubunginya. Tidak peduli pria itu akan marah kepadanya, perkuliahan jauh lebih penting. Namun Gio seketika menyerah hanya dengan panggilan pertama lalu digantikan oleh Liev yang kembali menghubunginya. Panggilan pertama sama sekali tidak di sahut, panggilan kedua dan ketiga ternyata tidak ada bedanya sama sekali, tidak di sahut juga. Liev nyaris saja ingin membanting ponselnya sendiri karena hanya bunyi dering saja yang terdengar. Kalimat sumpah serapah miliknya sudah akan keluar, namun sebuah suara serak khas orang bangun tidur, membuat emosinya kembali melambung tinggi. “Gak tau apa ini masih pagi. Kenapa kalian semua pada rese sih. Aku masih capek. Aku ambil jatah aja hari ini” Liev yang mendengarnya seketika langsung mengeluarkan segala kekesalan yang dimiliknya. “Aku patahin stik golf lu sumpah!, Buka mata lu, kampret! Bangkit  dari peti lu sekarang! Lu bukan vampire yang harus ngumpet di peti mati saat matahari terbit!” Liev yang menelponnya mengunakan speaker seketika di sahut Gio. “Sadarkan diri lu, Mil. Bawa bertaubat, dosa perkuliahan lu udah menggunung untuk ditebus.” “Lu gak mikir DO itu bukan hanya sebuah mitos tapi juga fakta bagi orang tipenya kaya lu” tambah Liev yang masih kesal. “Lu nyari mati huh? Udah kemaren lu bolos dan sekarang lu mau bolos lagi” “Siapa sih dosennya, ntar di tengah – tengah masuk doi, aku antarkan tugas aku. Jujur, mata aku ngantuk berat dan mager banget ke kampus” jawab Miles dengan santai seakan tidak ada beban sama sekali ketika dia mengatakannya. “Sialan nih anak, dia gak tau siapa yang masuk ya” kesal Gio. “Kak Miles, kan kakak aku yang masuk hari ini, Kakak lupa ya.” sahut Yenzi dengan sedih. “Lu dengar tuh kupret, adeknya aja gak berani ambil absen. Udah tau Kakaknya Yenzi galak banget. Lu sih gak masuk kemaren, jadi gak tau Kakaknya Yenzi gimana.” Kali ini Gio yang berbicara karena Liev berusaha meredam emosinya yang akan meledak kapan saja. “Adeknya polos gitu, masa Kakaknya galak, gak mungkinlah. Lu pada nakutin aku aja, gak mempan sama sekali, hoam..” jawab Miles yang suaranya semakin tampak melemah. “Ya udah aku mau bobok cantik dulu broh” baru saja Miles hendak menutup panggilan telponnya, Yenzi kemudian menyela.  “Kakak beneran gak masuk? Kakak aku gak main – main loh. Absen jatahnya cuma 2x, bahkan kini ada tugasnya Kak, wajib dikumpul ini.” “Satu hal yang perlu lu tau Miles, Dosen akademik lu kan sekolah S3 dan kakak Yenzi menjadi pembimbing lu ampe tamat” peringat Liev. Miles dengan santai terkekeh. “Bodo amat, siapa aja Dosen Pembimbing aku, aku gak peduli. Kalau Vera yang jadi dospem, aku baru peduli, giat ke kampus, rajin menabung dan tidak boros” “Lu kalau udah masuk list DO” ucap Gio dan Liev kembali menambah api. “Gak kasihan entar Vera kalau punya ‘calon pacar’ kena DO. Kalau aku jadi Vera ogah banget punya pacar anak DO. Masa depan apa yang di janjikan coba. Menata diri aja gak becus sama sekali” Kini Yenzi yang biasanya gak mau ikut campur, kini malah ikutan menambahkan. “Ih benar banget. Maunya modelan Kak Vera, tapi dirinya sendiri remahan nastar. DO kalau masalah keuangan sih bisa diterima, tapi ini di DO karena malas. Kasihan banget kak Vera nantinya.” “Sihyal, mana tugas lu, sini biar aku salin” kesal Miles. “Salin ” ulangi Gio. “Aku rusakin PS 5 lu ya, Gio” ancam Miles. “Main kasar nih, ya udah kesini” perintah Gio dengan nada tidak suka. “Makanya kesini lu, biar aku ada teman buat nyalin tugas” tambah Liev yang kali ini amarahnya sudah mereda.   To be continue.. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD