Lavender berlari dengan tergesa sambil menarik koper keluar rumahnya. Di pinggir jalan depan rumah, sudah terparkir sebuah mobil ferrari berwarna merah yang menunggunya. Dalam mobil itu, ketiga anggota Watchwizard beserta Peter sudah duduk manis menunggu Lavender.
“Maaf membuat kalian menunggu!” seru Lavender setelah menaruh kopernya di bagasi mobil, dan segera duduk di samping Holly.
Peter menggelengkan kepalanya, “Tak apa, Lave!” jawabnya sambil tersenyum ramah.
Sedangkan ketiga temannya hanya menyunggingkan senyum maklum. Setelah itu, mobil pun mulai melaju menyusuri jalan raya yang lumayan ramai. Terus bergerak menuju tempat yang sangat dihindari oleh seluruh warga kota Zolora.
Di tengah perjalanan, ketika Holly dan Tom asyik berlibur ke dunia mimpi, tiba-tiba Rega menepuk bahu Lavender yang sedang diam membaca buku. Pemuda tersebut mendekatkan tubuhnya dan berbisik di telinga gadis berambut coklat itu.
“Setelah sampai di kastil nanti kau harus memenuhi janjimu padaku, Lave,” ucap Rega mengingatkan.
Lavender sontak mengerutkan dahi bingung, “Janji?”
Rega mencoba memberi isyarat melalui tatapan mata, akan tetapi Lavender malah memandangnya dengan pandangan penuh tanda tanya. Teringat pada satu fakta, Rega seketika menepuk dahinya, 'Dia kan tidak peka, mana mungkin mengerti pada kode seperti ini', batinnya.
“Kau berjanji akan memberitahuku tentang buku harian itu 'kan? Ingat?” beritahu Rega dengan suara pelan, takut-takut membangunkan Holly dan Tom dari mimpi indah mereka.
Barulah Lavender mengerti, gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya. “Tentu.”
Kemudian Rega tersenyum kecil dan memberikan tanda 'ok' dengan jarinya. Setelahnya perjalanan kembali diisi oleh keheningan.
Tapi di tengah keheningan itu Peter malah membuat suasana menjadi semakin sunyi. Dia mengemudikan mobil menuju sebuah g**g kecil yang gelap dan lembab, membuat Rega menatapnya heran. Lavender bahkan sampai mengalihkan pandangan dari buku karena pencahayaan yang kurang.
“Kenapa kita kemari?” Rega pun akhirnya bertanya sambil memperhatikan lingkungan sekitar melalui kaca mobil.
Peter meliriknya sekilas, “Kita akan berteleportasi. Akan terlihat sangat konyol jika tiba-tiba mobil kita menghilang saat melaju di jalanan ramai, bukan?” jelasnya.
“Oh, kau benar. Lagipula tidak ada jalur yang bisa dilalui mobil untuk bisa sampai ke gunung Greenom,” pikir Rega, tanpa sadar ia mengangguk-anggukan kepalanya sambil membayangkan rasanya mendaki gunung seram itu.
“Jadi apa kalian sudah siap?” tanya Peter tiba-tiba.
Lavender dan Rega berseru bersamaan, “Iya!”
Seketika semuanya menjadi gelap. Selama sekitar satu menit lamanya, mereka merasa melayang di sebuah lorong yang tidak memiliki gaya gravitasi. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah cahaya terang yang menyilaukan mata.
Kicauan burung yang saling bersahutan seolah menyambut kedatangan mereka. Pohon-pohon yang menjulang tinggi adalah pemandangan pertama yang mereka lihat. Sentuhan udara dingin membuat mereka semua memeluk tubuh sendiri untuk tetap menormalkan suhu tubuh.
“Kita sudah sampai!” seru Peter lumayan kencang sehingga sanggup membangunkan Holly dan Tom dari tidur siang mereka.
Dengan serempak keduanya mengerjapkan mata dan celingak-celinguk seperti orang bingung. “Sudah sampai?” tanya Holly sambil mengucek matanya.
“Iya, ayo turun!” ujar Peter yang segera menggiring keempatnya untuk segera keluar dari mobil.
Dan begitu kaki mereka menginjak tanah, mereka berempat langsung dibuat tercengang setelah melihat pemandangan di depan mereka. Pasalnya, saat pertama kali mengunjungi kastil ini mereka tidak pernah melihat halaman depan kastil. Karena saat pertama kali datang ke kastil di hadapan mereka saat ini, mereka sudah ada di salah satu ruangannya.
Awalnya mereka kira kastil Dynami adalah kastil yang menyeramkan dengan aura kelam, di tambah suara burung gagak yang saling bersahutan membuat suasana terlihat sangat mengerikan. Tapi nyatanya kastil tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka bayangkan.
Karena kastil yang saat ini ada di hadapan mereka adalah kastil yang paling indah serta cantik yang pernah mereka lihat. Kastil bercat putih gading yang bersinar terang seperti bintang yang memiliki cahaya sendiri. Kastil itu dipenuhi kerlap-kerlip cahaya warna-warni yang cantik. Halamannya sangat luas, padang rumput yang dipenuhi bunga-bunga, ada pula jalan setapak berbatu yang terbentang dari gerbang sampai teras pintu utama.
Bahkan ada sungai kecil dengan jembatan melingkar di tengahnya. Pohon-pohon aneh yang memiliki daun berwarna ungu, pink, merah, sampai biru yang biasanya mereka lihat di film fantasi, kini berjejer rapi mengelilingi gerbang sisi kiri-kanan kastil. Jamur-jamur dengan pucuk kepala berwarna merah berbintik putihpun kerap mereka jumpai.
Kastil itu bagaikan kerajaan dunia fantasi yang baru kali ini mereka lihat. Terdapat juga patung-patung hewan fantasi beserta beberapa ksatria penyihir yang terpajang indah di sana. Rasanya ini seperti berada di dimensi yang berbeda.
Tom bahkan sampai harus menampar wajahnya sendiri untuk memastikan bahwa dia tidak bermimpi. Sedangkan Holly terus mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Lavender dan Rega sendiri sampai lupa caranya berkedip.
“Sebenarnya di mana kita?”
Celetukan Holly membuat semuanya tersadar dari rasa kagum mereka terhadap bangunan megah itu. Seketika semuanya langsung mengalihkan pandangan ke arah gadis berambut blonde tersebut. Lalu secara serempak mereka kembali memandangi bangunan megah di hadapan mereka dengan wajah yang sama-sama bingung.
“Benar. Sebenarnya ini di mana? Apa betul Kastil Dynami rupanya seindah ini?” Tom yang ragu pun mulai berpikir keras.
Dan entah mengapa mendengarnya membuat Peter kesal. Entah kenapa rasanya anak-anak ini seperti mengatakan, 'Kastil Dynami yang kami tahu itu suram dan menyeramkan', secara tidak langsung. Jujur saja itu membuatnya tersinggung.
“Bangunan yang kalian lihat ini benar- benar Kastil Dynami. Jadi ayo masuk!” ucap Peter dengan wajah datar seraya membimbing mereka untuk berjalan memasuki halaman depan kastil.
Dengan rasa kagum yang belum pudar, mereka melangkah sambil terus mengamati semua yang tersaji di depan mata. Mengagumi keindahan tempat ini seolah tidak ada habisnya. Sampai-sampai mereka kehabisan kata untuk memuji betapa cantiknya kastil yang satu ini.
“Bersenang-senanglah terlebih dulu selama aku menyiapkan makan siang. Nanti muridku akan datang menemani kalian di sini,” ujar Peter yang hanya dijawab dengan anggukkan oleh keempat remaja tersebut, setelahnya ia melenggang pergi memasuki kastil.
Detik itu juga Holly langsung menarik-narik Lavender menuju sungai kecil yang ternyata airnya sangat jernih. Ada ikan-ikan hias yang berenang di sana. Dengan semangat, Holly membuka sepatu ketsnya lalu duduk di sebuah batu dengan kaki yang ia celupkan ke dalam air sungai. Lavender hanya menatapnya dengan senyum tipis. Gadis berambut coklat itu berjalan ke arah jembatan dan berdiri tenang di sana.
Tom, pemuda itu sedang sibuk memperhatikan tanaman-tanaman yang menurutnya aneh. Tak jarang dia juga kerap mengikuti pose dari beberapa patung yang terpajang di sana. Yang tentu saja mengundang tawa dari Lavender, Rega, dan Holly.
Sedangkan Rega, pemuda tenang dan berwibawa itu berbaring di atas rumput. Matanya terpejam menikmati hembusan angin yang membelai wajah serta rambutnya. Sesekali matanya terbuka melihat tingkah Tom yang selalu mengundang tawa.
“Selamat datang di Kastil Dynami.”
Sebuah suara berat namun maskulin membuat mereka menoleh dengan cepat ke arah sumber suara. Tampaklah seorang pemuda berambut biru berjalan sambil tersenyum ramah ke arah mereka. Membuat para Watchwizard beranjak dari kegiatannya, lalu menghampiri pemuda yang terlihat seumuran dengan mereka itu.
“Perkenalkan, namaku Rallev Ramsden. Murid dari Profesor Peter sekaligus penggemar kalian,” ujar pemuda tersebut mencoba memperkenalkan diri sembari membungkuk sopan.
Langsung saja Tom melambaikan tangannya, “Hai, Rallev! Aku Thomson Traveers, salam kenal,” ucap Tom riang tak lupa dengan senyum yang lebar.
Sedangkan Holly langsung membungkuk sambil mengangkat gaun layaknya seorang putri, “Aku Holly Emillson, kau boleh panggil aku Holly,” kata Holly sembari tersenyum manis, dan dibalas senyum lembut oleh Rallev.
Sangat berbeda dengan Lavender yang hanya menundukkan kepala, “Lavender Vauquelin,” ucapnya dengan senyum kecil.
Rega pun juga tersenyum ramah sambil menaikkan kedua alisnya, “Aku Rega Wollaston, panggil saja Rega.”
Mendapat respon yang baik dari idola membuat Rallev senang. Tak bisa ia tahan rasa gembiranya karena Watchwizard yang selama ini dia tunggu-tunggu akhirnya muncul juga. Orang-orang yang dipercaya untuk menyelamatkan dunia dari teror keturunan Dark Demon.
“Senang bertemu dengan kalian semua. Aku di sini untuk menemani kalian selama berada di Kastil Dynami,” beritahu Rallev, menjelaskan maksud kedatangannya.
Dan seketika ada sesuatu yang menggelitik Holly untuk bertanya, “Wow, apa kau juga penyihir?” tanya Holly penasaran.
Rallev langsung menjentikkan jari sambil mengangguk, “Tepat sekali! Kalau kalian ingin tahu, kekuatanku ini cuma ada dua di dunia,” ucap Rallev memberitahu, padahal tidak ada yang bertanya.
Tapi rupanya para Watchwizard terpancing untuk mengetahui kekuatan apa yang dimaksud Rallev 'hanya ada dua di dunia' itu. Karena tampaknya kekuatan yang dimiliki pemuda berambut biru tersebut tergolong langka.
“Benarkah? Memangnya apa kekuatanmu?” kali ini Tom yang terlihat lebih penasaran.
Sambil melipat kedua tangan di d**a Rallev pun menjawab, “Aku bisa membuat sesuatu yang kupikirkan menjadi kenyataan,” jawabnya dengan nada yang seolah membanggakan diri sendiri.
“Apa itu berarti kekuatan imajinasi?” Rega tampaknya menjadi tertarik setelah mendengar jawaban Rallev barusan. Ia bahkan sampai memperhatikan Rallev dari atas sampai bawah seakan sedang menilai.
Rallev makin senang dengan respon para Watchwizard, dalam benak dia sudah dapat menyimpulkan bahwa keempat orang yang ada di hadapannya sekarang adalah sekumpulan orang-orang baik.
“Benar. Coba perhatikan ini!” pintanya, kemudian Rallev memejamkan matanya selama beberapa saat. Dan selama itu Watchwizard memperhatikannya dengan serius. Setelahnya tiba-tiba muncul seekor kucing berwarna orange di tengah-tengah mereka.
“Woah! Hebat!” puji Holly yang langsung saja menangkap kucing tersebut dan menggendongnya.
“Praktis ya,” komentar Lavender sambil manggut-manggut.
Sedangkan Tom malah heboh bertepuk tangan, “Keren! Seperti sulap saja,” serunya, merasa benar-benar kagum pada kekuatan orang bernama Rallev Ramsden ini.
Di tengah suasana kagum itu, Rega justru sibuk berpikir. Saking seriusnya, Rallev sampai merasa gelisah kerana mengira Rega mungkin saja tidak percaya padanya. Karena menurut informasi yang dia dengar, Rega adalah sosok yang sangat jenius. Bisa saja dia menganggap semua ini hanya trik bukan?
Hingga akhirnya, satu pertanyaan dari Rega berhasil membuat Rallev berkedip.
“Apa ini artinya kau juga bisa membuat sebuah pulau? Atau bahkan bisa membuat manusia juga?” tanya pemuda berambut hitam itu.
Untuk beberapa saat Rallev hanya mengerjapkan matanya, tapi kemudian ia tersadar dan segera menggelengkan kepala. “Tidak. Pulau dan manusia itu diluar kuasaku. Aku 'kan bukan dewa,” jawabnya.
“Sebenarnya hewan yang kuciptakan pun termasuk sejenis robot yang telah disempurnakan sehingga sangat mirip dengan aslinya. Tapi semirip apapun, dia tetap tidak bernyawa,” lanjut Rallev, menjelaskan lebih detail mengenai kekuatan langka yang dimilikinya.
Mendengar itu Watchwizard melongo tak percaya, lalu secara serempak menatap kucing orange yang digendong Holly.
“Aku tidak menyangka kucing ini ternyata hanya robot,” gumam Tom sambil mengusap-usap dagu.
Di sebelahnya, Lavender langsung menimpali, “Ini terlalu sempurna untuk ukuran robot.”
“Hebat! Aku suka kekuatanmu,” puji Holly dengan senyum yang kelewat lebar sampai membuat Rallev salah tingkah.
Mengetahui bahwa para utusan Lord Hugeman adalah orang-orang yang sebaik ini, membuat Rallev merasa lega. Sebab dengan begitu dia bisa menaruh harapan pada mereka berempat tanpa takut dikecewakan.
Suasana kekaguman tersebut terus berlanjut hingga tiba-tiba Tom berseru membuat semua perhatian tertuju padanya.
“Kalau begitu, bisa aku minta tolong?” serunya sambil mengangkat tangan.
Tanpa pikir panjang Rallev pun langsung mengangguk, “Boleh, apapun untuk kalian,” senyum Rallev ramah.
“Tunggu sebentar!” pinta Tom.
Setelah itu dia segera berlari dengan tergesa-gesa menuju mobil Peter yang terparkir di luar gerbang. Pemuda berambut coklat tersebut tampak membuka bagasi mobil dan mengambil sesuatu di dalam kopernya.
Kemudian dia kembali berlari menghampiri teman-temannya sembari membawa sesuatu yang ternyata adalah senjatanya sendiri.
Melihat benda yang dibawa Tom membuat Lavender mengernyitkan dahi, “Apa yang akan kau lakukan dengan Terra?” tanya Lavender yang sontak mengundang tatapan tanda tanya dari Tom dan Rega.
“Terra? Siapa itu?” kedua pemuda tersebut dengan serempak bertanya.
“Terra itu nama s*****a Tom. Aku benar 'kan?” celetuk Holly mendahului Lavender yang baru saja akan membuka mulut untuk menjelaskan.
Mendengarnya Rega sontak menaikkan sebelah alis, seolah meminta penjelasan lebih. Tapi manusia sejenis Lavender tidak mungkin mengerti pada kode seperti itu. Untungnya Holly yang kebetulan sedang melihat ke arah Rega mengerti maksudnya.
“Lavender mengetahuinya dari buku harian Lord Hugeman,” ucap Holly, memberitahu.
Lavender seketika mengangguk membenarkan, “Iya, benar. Pedang katana milik Rega bernama Rhay,” katanya.
Rega mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti, lalu dengan wajah serius dia menatap Lavender, “Kau berhutang cerita padaku, Lave,” ujarnya yang hanya dibalas dengan kata 'oke'.
Selanjutnya perhatian tertuju kembali pada Tom yang bergeming sembari memegangi palu bernama Terra. Semuanya jadi penasaran dengan maksud pemuda tersebut membawa senjatanya ke sana.
“Jadi, kau ingin aku melakukan apa?” tanya Rallev pada akhirnya.
Pertanyaan Rallev membuat Tom tersentak kaget, namun kemudian dia tersadar dan segera menyodorkan palu bernama Terra itu kepada Rallev. Sebuah tindakan yang menimbulkan tanda tanya di benak setiap orang yang melihatnya.
Dengan penuh percaya diri, Tom pun berujar, “Rallev, bisakah kau ubah benda ini menjadi gantungan kunci?”
Seketika itu juga Lavender, Holly dan Rega membulatkan matanya. Menatap Tom dengan wajah horor seolah Tom mengatakan bahwa dia besok akan mati. Dan tanggapan Rallev semakin membuat mereka memandang keduanya dengan ngeri.
“Bisa, tenang saja. Dia akan kembali seperti semula jika dibutuhkan,” jawab Rallev yang membuat para Watchwizard-kecuali Tom, membulatkan mulut membentuk huruf 'O'.
Rega yang baru mengerti kalau kekuatan Rallev sepraktis itu lantas menghela napas panjang. Faktanya hari ini juga dia dibuat terkejut oleh beberapa hal. Itu membuatnya berpikir bahwa di dunia ini memang ada begitu banyak hal yang misterius.
“Kenapa kau ingin merubah bentuk senjatamu?” tanya Rega sembari menatap Tom yang sedari tadi tak berhenti tersenyum.
“Tentu saja agar lebih praktis dibawa ke mana-mana. Seperti Lavender yang menggunakan senjatanya menjadi ikat rambut,” jawab Tom seraya menunjuk Lavender yang sedari tadi diam saja memperhatikan.
Rega, Holly dan Rallev sontak langsung mengalihkan pandangannya ke arah Lavender. Di saat itulah mereka baru menyadari bahwa s*****a milik Lavender yang berupa pita itu memang digunakan sebagai ikat rambut.
Merasa bahwa itu bukan ide yang buruk, Holly juga jadi ingin mencobanya. “Aku juga! Aku juga ingin merubah senjataku!” serunya yang kemudian langsung berlari ke arah mobil untuk mengambil senjatanya.
Melihatnya Rega jadi tergelitik untuk ikut mencoba, “Kalau begitu tolong ubah senjataku juga ya,” pintanya pada Rallev.
Tentunya Rallev akan mengabulkan permintaan mereka dengan senang hati. Anggap saja ini adalah sebuah pengabdian diri kepada para utusan Lord Hugeman.
“Baik! Akan kulakukan.”
=»«=
Saat ini Rega, Lavender, serta Rallev tengah duduk santai di atas hamparan rumput halaman Kastil Dynami. Ketiganya asyik menikmati semilir angin sembari memperhatikan Tom dan Holly yang sibuk menjelajahi seluruh penjuru halaman.
Bosan memperhatikan dua manusia yang tidak bisa diam, Rega pun mengalihkan pandangannya ke atas. Melihat langit biru dengan beberapa gumpalan awan putih cukup membuat perasaannya tenang. Tapi hal itu membuat Rega tiba-tiba memikirkan sesuatu yang membuatnya cukup penasaran.
“Apa sebelumnya kau tahu kalau kau adalah penyihir?” tanya Rega tiba-tiba.
Rallev yang merasa bahwa itu pertanyaan untuknya sontak menolehkan kepala ke arah Rega yang duduk di sampingnya. Namun alih-alih menjawab, Rallev malah terdiam. Dia diam cukup lama sampai Rega dan Lavender memperhatikannya dengan wajah cemas.
Tapi beberapa saat kemudian dia menggeleng, “Tidak! Saat itu aku benar-benar kebingungan,” jawabnya. Lalu kembali memperhatikan Tom dan Holly yang tampaknya sedang meributkan sesuatu.
“Aku bingung karena semua yang aku pikirkanku selalu muncul. Hal itu membuatku dijauhi semua orang di sekolah, mereka takut jika tiba-tiba muncul makhluk berbahaya akibat ulahku. Mereka juga sempat berpikir kalau aku ini aneh, bahkan ada yang menganggapku sebagai monster. Maka dari itulah, selama di sekolah aku tidak memiliki teman.” Rallev bercerita dengan nada getir, meski begitu ia tetap berusaha untuk tersenyum.
Hal itu tentunya membuat Rega merasa bersalah karena sudah bertanya sesuatu yang cukup pribadi. Apalagi ini adalah hal yang cukup kelam untuk diingat.
“Tapi itu semua sudah berlalu. Sekarang aku di sini, menjadi murid Profesor Peter dan belajar mengendalikan kekuatanku,” lagi-lagi Rallev berkata sambil tersenyum seolah semua hal yang pernah dialaminya bukanlah masalah yang perlu dikhawatirkan.
Namun tentunya, Rega tahu arti sebenarnya dibalik senyuman Rallev.
“Tidak usah menyembunyikan kesedihanmu! Aku bisa membacanya! Kalau terus menyembunyikannya seperti itu justru kau terlihat semakin menyedihkan,” ujar Rega dengan santai.
Seketika Rallev tersentak, ia melebarkan matanya selama beberapa saat. Tapi setelahnya dia tertawa garing. Rallev merasa bodoh karena hampir melupakan kekuatan yang dimiliki Rega.
“Aku lupa kalau kau bisa membaca pikiran orang lain,” gumam Rallev sambil menggaruk tengkuknya.
Rega tersenyum kecil, “Tidak perlu sungkan pada kami. Kita adalah teman sekarang,” katanya.
“Rega benar, jadi mulai sekarang ayo kita saling membantu satu sama lain,” Lavender tiba-tiba menimpali.
Dan hal itu membuat Rallev terharu. Benar. Sekarang dia tidak akan kesepian lagi karena di sampingnya sudah ada keempat orang ini yang akan menemaninya, menjadi teman baiknya.
“Kalau begitu tolong bantuannya,” ucap Rallev dengan senyum yang amat lebar.
Setelah itu mereka asyik membicarakan banyak hal. Mulai dari cerita Lavender tentang buku harian Lord Hugeman, sampai pengalaman lucu Rallev yang dilatih oleh Profesor Peter. Di halaman kastil Dynami yang luas, mereka saling berbagi cerita.
=»«=