bc

ALMEERA

book_age12+
53
FOLLOW
1.2K
READ
family
HE
love after marriage
drama
like
intro-logo
Blurb

Almeera perempuan istimewa yang memiliki 7 pria hebat dalam hidupnya, dilindungi dan disayangi.

Perempuan yang sukses di usia 23 tahun. Mengemban bisnis bersama para sahabatnya. Tidak lupa dengan pangkatnya sebagai desainer dan pebisnis.

Dia memiliki sifat kekanakan dan manja, tapi memiliki sifat iblis di dalam jiwanya apabila dihadapkan dengan kehancuran kebahagiaannya.

Dia yang ditakdirkan harus berbagi cinta kasih suami dengan sang sahabat.

Takdir yang mengharuskannya menjadi istri pertama tapi bagai selingkuhan yang sengaja disembunyikan.

Almeera dipaksa menerima kenyataan, melihat sang mertua yang menerima dengan baik menantu baru kesayangan.

Dikatai murahan oleh pria yang berjabat suami. Dipandang rendah karena dilindungi banyak pria. Kehidupannya ditarik ulur bagai benang. Almeera merendahkan dirinya demi mendapat belas kasih suaminya, Agam. Mengharapkan sebuah rasa percaya untuknya.

Hingga kemudian Almeera memilih menggunting tali penghubung untuk melepaskan diri dari jerat derita yang berlandaskan cinta itu.

Takdir rumit yang didapatnya, membuat putera dari Almeera memilih tak menganggap sang ayah kandung.

"Buat apa punya papa balu, kalau Zain punya banyak papa yang sayang cama Zain?" ucap anak kecil berusia 3 tahun.

Semuanya hanya tersenyum.

Sesal, akan tetap menjadi sesal.

Luka akan menetap.

Dia yang membuatnya terbiasa.

Almeera sudah terbebas. Kini waktunya melepas.

chap-preview
Free preview
ALMEERA-1
*** "Dek, kamu yakin sama dia?" tanya seorang pemuda yang duduk disamping Almeera. Almeera yang sedang menggambar menoleh pada sepupunya itu. Dia menghentikan aktivitasnya, terdiam sejenak. "Aku takut. Tapi gak mungkin aku hidup dengan ketakutan yang gak ada akhirnya. Aku tidak akan pernah menikah jika terus dikungkung rasa takut." Almeera menghembuskan nafasnya kasar. Tangannya kembali membuat garis di buku sketsanya. "Aku harus menikah, Ridwan. Aku juga sudah mendapat jawaban yang baik dari istikharah ku. Walau ada satu hal yang membuatku khawatir," "Apa?" Tanya Ridwan seraya menatap Almeera lekat. Almeera menggigit bibir bawahnya ragu, haruskah dia menceritakan mimpi buruknya tadi malam? "Aku tidak tahu pernikahanku akan diuji seperti apa. Tapi untuk yang kesekian kalinya, ini akan berhubungan dengan orang baru," Almeera menunduk, berharap mimpi itu tidak akan terjadi "aku khawatir hal seperti sebelumnya terjadi, lagi." Ridwan menatap Almeera. Dia memang sering bertengkar dengan Almeera, tapi jika Almeera kembali dilukai seperti sebelumnya, Ridwan tidak akan membiarkannya begitu saja. "Dek, kalau kamu udah punya firasat gak baik, jangan dilanjut. Siapa yang sakit? Kamu." Kata Ridwan tegas. Almeera menanggapi dengan senyuman yang tipis, walau ia khawatir dengan pernikahannya nanti, belum tentu apa yang ditakutinya terjadi. Berhusnudzon saja. Almeera menggeleng, menolak perkataan Ridwan. "Kita gak tahu. Lagi pula, aku sudah sering mengalaminya kan?" Ridwan tidak habis pikir dengan saudaranya. Begitu kuat hati Almeera. melihat kisah cintanya yang sering gagal membuat dirinya takut untuk menikah. Sesabar itu?. "Oleh sebab itu aku khawatir melepasmu menikah, Almeera Adeira. Karena kamu terlalu sering ditinggalkan karena wanita lain. Coba hitung berapa kali kamu gagal menikah?" Ridwan sampai prustasi sendiri, ia memijat pelipisnya. "Aku berharap, pernikahanmu besok akan berjalan baik." Almeera membalas tatapan Ridwan, kemudian mengangguk dan menepuk pundak sepupunya pelan. "Aku akan baik-baik saja, ada kamu kan? Kamu akan siap siaga berdiri paling depan untuk melindungi ku." Ucap Almeera percaya penuh pada saudaranya. *** Seorang wanita berumur 23 tahun sedang menatap pantulan dirinya di depan cermin, ia tersenyum bahagia. Gaun putih sederhana melekat ditubuhnya. Hijab panjangnya pun menutupi hingga d**a. Polesan makeup sederhana diwajahnya membuat dirinya pangling sendiri. Hari ini adalah hari bahagia untuknya, kehadiran seseorang yang selalu diharapkannya telah datang. Dia memegang d**a merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, masa sendirinya akan segera berakhir. Ia berharap acara hari ini berjalan lancar. Tak pernah menyangka akan ada yang mau menjadikannya pendamping hidup seseorang. Setelah masalalu kelam yang terus saja terulang pada kehidupannya, sosok dia cukup membuatnya percaya. Ia akan menikah hari ini, meski hanya acara ijab qobul tanpa ada resepsi ataupun pesta. Bukan dia tidak mau mengadakan acara megah seperti itu, ia mampu. Tapi, rasa trauma masih menyelimutinya hingga kini. Dia sama seperti perempuan kebanyakan. Ingin dijadikan ratu sehari, berfoto-foto ria, menyambut para tamu dan sahabat-sahabatnya. Memang pada kenyataan nya, kesederhanaan jadi pilihan sekarang. Berharap suatu hari nanti impiannya akan terwujud. Lagi pula, dia tidak tega pada calon suaminya. Pria itu sedang di fase sibuk-sibuknya. Hari ini pun dia bilang bisa melangsungkan pernikahan karena dia mengambil ijin untuk beberapa hari. Awalnya pun pernikahan ini akan diundur beberapa bulan kebelakang, tapi calon suaminya mungkin tidak enak pada keluarganya, takut dibilang hanya main-main kemudian tidak jadi menikah. Ia ingin menangis. Menangis bahagia pastinya. Ia teringat dengan pertemuan singkat mereka. Kemudian menjadi pertemuan yang begitu sering, hingga dirinya menaruh hati pada sosok calon suaminya ini. (Flashback on) Keramaian yang kini dilihat seorang wanita bergamis hitam dengan hijab menutup d**a dengan warna senada. Ia berdiri di tempat yang cukup jauh, ia juga masih bisa melihat banyaknya orang yang berkerumun. Ah, lebih tepatnya duduk rapih dibangku yang sudah disediakan panitia. Ada acara seminar dan kegiatan amal. Wanita itu merasa jenuh karena kegiatan yang tak kunjung selesai. Ingin rasanya ia pulang lebih dulu seperti waktu ia masih anak SMA. Sudah hampir tiga jam berlalu, tapi acaranya belum juga selesai. Ia bukan wanita yang suka dengan keramaian, ia lebih suka ditempat sepi dan menyendiri. Bekerja dengan beberapa rekannya. Pekerjaannya pun dapat menemui banyak orang, tapi tidak sebanyak orang-orang kampus. Ia tak pernah duduk anteng seperti yang lain, berkali-kali melihat jam, dan kali ini yang paling parah. Kegiatan amal kampus membuatnya gerah, belum lagi ia mendengar setelahnya akan ada kegiatan donor darah. Akan makin lamalah waktu yang dibutuhkan bukan? Ia tidak akan betah. Semua jurusan di universitas yang ia masuki semuanya digabung; Fakultas kedokteran, sastra, bisnis, dan banyak lagi tentunya. Belum lagi beberapa dokter yang akan membantu pengambilan donor darahnya. Mendengar dari teman-temannya, sebagian dokter alumni kampus ini juga. Dia tak terlalu perduli siapa yang hadir, mau alumni sekalipun bukan urusan nya. Ia lebih tergoda untuk melarikan diri. Ia masuk di jurusan management bisnis, ia berdiri jauh di tempat acara utama. Ia tak punya teman, teman dekat maksudnya. Yang membuatnya tidak diam adalah, ada hal yang jauh lebih penting untuk ia selesaikan. Ia harus segera kembali ke butik untuk menyelesaikan pesanan gaun pernikahan pelanggannya. Deadlinenya tinggal beberapa hari lagi, bukan kah ia harus mengutamakan pelanggannya? pembeli itu raja. Iya. Wanita itu adalah seorang desainer dan kini melanjutkan cita-cita nya menjadi seorang pebisnis. Dia bernama Almeera Adeira. Nama yang sering dikenal dengan sebutan Al atau Ade. Al mencak-mencak kesal, ia melangkah mundur sedikit demi sedikit. Tanpa ia sadari punggungnya menabrak seseorang yang ada dibelakangnya. Al terdiam sejenak karena terkejut. Al berbalik perlahan, matanya terbelalak mendapati seorang pria yang tak sengaja di tabrak nya, pria itu hanya diam sembari menatapnya. "Maaf!" ucap Al dengan takut kemudian berlalu menjauh dari pria itu. Berjalan secepat yang ia mampu. Ia dibuat malu karena tingkahnya sendiri. Andai dia tidak sok mundur-mundur seperti barusan, ia tidak akan menabrak orang lain. "Malu-maluin." Katanya. Pria itu tersenyum melihat kepergian Al yang terburu-buru. Bahunya bergedig tak terlalu menghiraukan, kemudian pergi masuk kedalam tempat utama kegiatan kampus. Al merasa debaran jantungnya berdetak diluar kendali. Ia mungkin tak terlalu menatap pria itu secara detail, karena tingkahnya yang absurd seperti tadi. Wanita itu tampak menggelengkan kepala nya cepat, ia tak ingin memikirkan hal yang tak penting. Pekerjaannya lebih penting untuk sekarang. Al akan menganggap ini hanya pertemuan biasa seperti kebanyakan orang. Ia langsung bergegas mencari taxi untuk segera ke butik nya. Andai ia tidak lupa membawa mobil, mungkin dia sudah pergi sejak tadi. Gara-gara begadang mengerjakan tugas kampus, dia jadi linglung sampai tidak sadar dia berangkat naik ojek. Padahal sudah jelas dia punya mobil. *** Waktu berlalu, kegiatan-kegiatan kampus membuat nya semakin sibuk. Tubuhnya diporsir begitu hebat. Otaknya bercabang, menghafal materi untuk ujian semester, belum lagi kurang tidur karena begadang mengerjakan beberapa gaun pesanan. Ditambah butiknya yang selalu ramai pengunjung membuat pegawainya kewalahan dan berakhir dia yang juga ikut turun menyambut. Tak disangka, saat sedang istirahat karena dosen yang tidak hadir, ada seseorang yang mencarinya. Dengan tega Almeera memilih berpura-pura tak kenal, padahal itu adalah dirinya. Dia berbohong. Dia terlalu takut berkata jujur. Takut ada yang macam-macam. Sekalipun tampangnya tampan atau baik, tidak menutup kemungkinan itu hanya pencitraan, kan?. Seorang pria tampan sedang berdiri didepannya sambil tersenyum. Al dibuat tegang dan risih, apalagi pria yang ada dihadapannya adalah orang yang pernah tak sengaja ditabraknya saat kegiatan kampus beberapa minggu lalu. Dia tidak melupakan rasa malu itu sampai sekarang. "Permisi, saya mau bertanya?,kamu kenal dengan yang namanya Almeera?" tanya pria itu membuat Al membeku seketika. Ada apa pria itu mencarinya, apakah meminta pertanggung jawaban karena dia yang tak sengaja menabraknya? Tapi seingatnya, pria itu tidak terluka sama sekali. Dia bahkan baik-baik saja. Al hanya menyenggolnya sedikit karena tidak melihat jalan. Al diam "Ada apa memangnya?" tanya Al datar tanpa melihat silawan bicara. Al lebih memilih fokus pada laptop didepannya. Jika dia menatapnya, dia takut akan dimarahi atau diperlakukan tidak baik. Pria itu mengernyit "saya ada kepentingan dengannya." "Oh." Al hanya ber'oh ria, padahal kini jantungnya sudah meronta ingin keluar. Merasa takut, tapi tidak mengerti hal apa yang ditakutinya. "Kau mengenalnya?" lagi, pria itu bertanya. "Sepertinya, tidak. Coba kamu tanya pada yang lain." jawab Al sambil menggedigkan bahunya dan pergi meninggalkan pria itu setelah sebelumnya menutup laptop dan berbenah. Lagi-lagi pria itu tersenyum menatap kepergian Al. "Kamu tak bisa membohongiku!" gumam pria itu. Kemudian menatap foto Almeera yang tengah tersenyum dari salah satu media sosial yang menunjukan pembukaan butiknya dulu. Belum lagi, sebelumnya dia bertanya pada beberapa mahasiswa yang lain, dan mereka menunjuk Almeera dengan jelas. Bagaimana dia bisa lupa. *** Almeera berhenti disebuah toko bunga langganannya. Wanita itu kini sedang memilih milih bunga yang tertata rapi didepan toko. Almeera sering mengambil bunga selama dua minggu sekali. Satu kali pesan hampir puluhan tangkai yang diambilnya. Pernah sang pemilik bertanya alasan Almeera mengambil begitu banyak bunga, terlebih bunga mawar merah muda. Almeera menjawab "Saya tidak terlalu suka bunga, tapi bunga membuat saya lebih tenang. Saya punya cafe dan butik. Saya mengirimkan bunganya kesana sebagai hiasan, dan ternyata pengunjung dan para pegawai menyukainya. Suasananya juga jadi tidak terlalu monoton." "Wah mbak Al sedang memilih rupanya!" kata si pemilik toko seraya menyimpan satu vot besar bunga mawar putih. Almeera tersenyum seraya mengangguk pelan. "Ini baru dipetik ya? Segar-segar sekali kelihatannya." kata Almeera, matanya terus memperhatikan mawar putih yang baru disimpan pemilik. "Iya mbak, baru di petik. Hari ini sedikit yang datang, kata si neng pengantarnya, bunga-bunganya belum berbunga semua, baru jadi kuncup katanya." jawabnya. Almeera kembali mengedarkan pandangan melihat bermacam-macam warna bunga mawar dan beberapa jenis bunga yang lain. "Teh Oca ada rekomendasi gak buat saya ambil bunga hari ini? Soalnya saya bosen kalau harus ambil mawar lagi." ucapnya meminta bantuan pada sang pemilik toko yang bernama Oca itu. Wanita berumur duapuluh tujuh tahun itu hanya berjarak empat tahun dari umur Almeera, makanya Al lebih akrab memanggilnya teteh. Belum sempat teh Oca menjawab, seorang pria datang dan berdiri disamping Almeera meminta pesanan nya. " Mbak, saya mau ambil Anggrek pesanan saya!" katanya dengan santai, tangannya masuk kedalam saku celana. Almeera yang merasa kenal dengan suara tersebut langsung melirik kesamping kanan nya, tubuhnya menegang seketika. "Oh iya, sudah disiapkan mas, sebentar lagi pegawai saya kesini membawanya." kata teh Oca. Teh Oca bergantian berbicara, kini menjawab pertanyaan Almeera yang ingin direkomendasikan bunga apa yang harus diambilnya hari ini. "Mbak Al mau juga bunga Anggrek? Akhir-akhir ini bunga Anggrek banyak peminatnya lho, mbak. Jenisnya juga macam-macam. Mbak Al tinggal pilih mau yang kayak gimana, nanti saya siapkan!" kata teh Oca semangat. Pria disampingnya tiba-tiba bersuara "Siapkan saja pesanannya mbak, totalnya gabungin aja sama yang punya saya!" kata pria itu. Almeera menoleh dan menatapnya tajam. Teh Oca memperhatikan keduanya, tersenyum sebentar kemudian masuk kedalam toko untuk menyiapkan pesanan milik Almeera. Al tidak mengatakan ingin yang seperti apa, tapi karena sudah terlalu sering datang dan memesan, teh Oca tahu bunga seperti apa yang disukai pelanggan tetapnya itu. Seberapa banyaknya pun teh Oca tahu. "Kamu tidak perlu repot melakukan hal itu. Saya mampu membayarnya sendiri!" ucapan Al ketus. Si pria hanya tersenyum tipis "Saya tahu kamu bisa bayar. Tapi, saya mau bunga pesanan kamu hari ini saya yang bayar. Tidak baik menolak rejeki bukan?" Almeera terdiam dan memalingkan wajah karena kesal. Mereka bertemu untuk yang ketiga kalinya, tapi kenapa kali ini menyebalkan. "Lagi pula waktu di kampus, kamu sempat berbohong pada saya. Saya mencari kamu karena saya ada perlu sama kamu. Kamu seorang desainer kan?" Al kembali menoleh "Iya." jawabnya singkat. "Kenapa?"__

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
474.5K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
521.1K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
613.6K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
473.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook