Pagi ini kami kembali ke kantor karena ada urusan, penyelidikan masalah Kyle dan juga Tong Wei masih belum terselesaikan. Yuwen dari belakang mengejarku, dan menyerahkan data yang semalaman ini dia kerjakan. Rasanya aku masih baru mengalami hal kemarin, karena rasanya memang benar-benar terasa nyata. Aku bahkan merasa jika hari ini adalah waktu masa lalu.
“Kenapa kau lebih banyak bengong semenjak terbangun semalam? Kau bahkan tidak menceritakan apa yang kau alami di sana.”
“Jika aku mengatakan kita akan membunuh makhluk astral, apa kau akan percaya?”
“Hantu? Yang benar saja, tidak ada orang yang berhasil melakukan itu, sekalipun dari era jaman 50-an, Lio. Aku pernah membaca banyak praktik-praktik mengenai ilmu gaib, tapi di ujung tulisan mereka mengatakan jika itu tidak berhasil. Jadi, bisa ditarik kesimpulan jika itu tidak akan bisa berhasil. Termasuk untuk kita, apa kau berpikir kita adalah keturunan Duke dan memiliki darah para penyihir? Itu konyol!”
“Itu alasan kenapa aku tidak memberitahukan padamu mengenai hal aneh yang terjadi di dalam mimpiku. Tidak hanya itu saja, aku juga bertanya padamu mengenai Alan parker bukan?”
Yuwen mengangguk, “Ada apa dengan lelaki itu? Apa dia sejenis manusia dengan kekuatan super sepertimu?”
“Kau benar, dia melamar bekerja di sini dan menjadi anak buahku. Dia memiliki kekuatan di dalam tubuhnya, dan berniat untuk membunuh kita saat melakukan penyelidikan di dalam gedung kimia-farma yang terbengkalai puluhan tahun lalu. Ini benar-benar terjadi secara nyata, termasuk pembunuhán yang aku katakan tadi. Seorang anak kecil dengan ketukan 4 dan 2, dia bukanlah manusia tapi salah satu dari para setán atau aku tidak tahu lebih tepatnya sejenis apa anak kecil itu. Mungkin kau benar, mimpiku hanya sebatas bunga tidur saja!”
“Emilio, Yuwen! Kenapa kalian berdiri di sana seperti sekumpulan orang bodoh?”
Teriakan dari lantai 2, aku dan Yuwen lekas menengadah dan menatap sosok lelaki yang berdiri di pembatas pagar. Puntung rokoknya terjatuh dan hampir saja mengenai wajahku jika aku tidak mundur selangkah. Menatap Frank dengan tatapan tajamnya, membuatku dan Yuwen lekas menuju ke lantai dua. Benar, di mimpiku, tempat kerja kami memang terasa berbeda. Itu seperti rumah sakit dengan lorong yang menemukan masing-masing sudut.
Puk—aku menatap Frank yang baru saja melempar Yuwen dengan sepatunya. Orang tua itu, aku membatin dan lekas mendekatinya. Tatapan mata marah itu masih tertuju padaku, Yuwen mendekat, sekalipun dia kesal dan terkejut.
“Jangan bermain-main denganku, Emilio. Bisa-bisanya kalian pergi berlibur saat menangani pekerjaan!”
Duke Frank memasuki ruangannya dan membanting pintu, aku menahan nafas dan juga kepalan tanganku. Semalam dia tidak semarah ini, tapi suasana hatinya sepertinya sangat buruk. Aku yakin ada sesuatu yang terjadi kali ini. Aku melangkah masuk, dan langsung disambut dengan segumpal daging yang berada di atas kursi roda—Mike. Orang lumpuh yang masih saja bekerja di sini, duduk di atas kursi roda dan tatapan terus tertuju padaku semenjak menginjakkan kaki di ruangan ini.
Aku tidak tahu sejak kapan lelaki satu ini berada di sini, yang pasti aku tidak pernah menyukai gumpalan daging yang hanya bisa menyusahkan itu. Tidak berguna, namun anehnya, Frank masih terus memakainya dalam pekerjaan ini.
“Tidak perlu ada tatapn permusuhan di antara kalian, Emilio, Mike.”
“Aku tidak menatapnya dengan tatapan itu, Duke. Hanya saja aku tahu apa yang sedang dipikirkan anak buahmu satu ini. Dia pasti mengatakan jika aku adalah setumpuk daging di atas kursi. Benar begitu, Emilio? Tatapanmu selalu saja menunjukkan hal itu jika kau melihatku!”
Memutar bola mata malas, aku lekas duduk di sofa. “Kau benar, untuk apa setumpuk daging sepertimu masih digunakan di pekerjaan ini? Aku yakin, jika kau tidak punya kuasa, mustahil kau bisa bekerja di sini!”
“Diam kau bájingan, buk….”
Bruk—aku dan Mike terdiam, dan menatap Frank yang memukul mejanya dengan tatapan marah. Aku menaikkan bahuku dan mengambil tembakau, menghisapnya dan membuang kepulan asapnya mengenai Mike. Dia terbatuk, aku tahu dia tidak bisa menghirup asap tembakau.
“Sialan kau Emilio, kau sengaja melakukannya bukan?”
Aku diam dan terus mengulangi hal yang sama, lagi-lagi decakan kesal dari Frank mengalihkan perhatianku. Yuwen masuk setelah beberapa saat lalu di beri perintah untuk keluar. Dia memberikan datanya pada Frank "Maafkan perbuatanku tadi, Yuwen. Aku hanya ingin melempar wajah Emillio, tapi lemparanku melesat dan malah mengenaimu!"
“Tidak masalah, Duke. Saya duduk dulu, lain kali Anda tidak perlu melakukannya!”
“Kau jelas marah, tapi tidak mengatakannya. Apa kau pikir diam dan pura-pura tidak apa-apa akan menyelesaikan masalah? Bodoh!” seruku, mengumpat Yuwen yang baru saja duduk di sebelahku. Aku jujur untuk kali dan terlalu kesal dengan Yuwen, dia terlalu menjadi pengecut jika sudah berhadapan dengan Frank. Sekalipun lelaki paruh baya tiu adalah atasan kami, aku tetap tidak akan segan-segan mengutarakan ketidaksukaanku jika dia memperlakukan kami dengan semena-mena.
“Diam saja, Emilio!”
Frank menatapku, lalu kembali merapikan beberapa dokumen yang ada di mejanya. Beberapa menit kemudian, dia baru bergabung dengan kami di sofa dengan mengambil beberapa dokumen.
“Kasus kalian benar-benar rumit untuk kali ini, Emilio. Kami sudah berusaha untuk mencari mengenai informasi dari korban, hanya saja data yang kami temukan selalu saja mengalami kebuntuan. Aku tahu kalian juga sangat membutuhkan data ini, tapi sepertinya dengan berat hati, aku memutuskan untuk menutup kasus ini. Kalian akan aku berikan perintah untuk menyelidiki kasus pembunuhán yang baru saja terjadi malam hari ini. Lokasinya sudah aku kirimkan pada kalian, jadi kasus ini akan berakhir di pengadilan.”
“Apa kau sedang bercanda?” tatapanku tertuju pada Frank, dengan seenak jidatnya dia mengatakan untuk menutup kasus ini dengan alasan klise seperti itu? Sialan, Frank sepertinya sudah diberi suapan lagi.
“Kau jelas mendengar ucapan Frank barusan, Emilio. Tidak usah berpura-pura menjadi tuli dan bodoh, dia mengatakan akan menutup kasus yang sedang aku selidiki!”
Brugh—“Diam kau bàjingan!” aku meninju wajah Mike dengan kesal. Tanganku hendak melayang lagi dan memukul lelaki bàjingan satu ini.
“Emilio, tahan!” Yuwen menarik tanganku dan menekan lenganku.
“Lepaskan aku, sialan!” seruku, menatap Yuwen dengan tajam. Tanpa di beri aba-aba, aku lekas membanting tubuh Yuwen ke sofa dan lekas menatap Frank yang masih duduk sembari menyalakan tembakau di mulutnya dengan tokainya. Aku berdecak kesal, bajingán satu ini benar-benar harus dibunuh. Dia meletakkan toketnya, asap mengepul di depan wajahku, dia sengaja melakukan hal itu. Yuwen kembali memegangi tanganku.
“Apa ada sesuatu yang ingin kau sampaikan lagi? Jika tidak, silahkan angkat kaki dari ruangan ini atau jika tidak, aku akan melaporkanmu pada pimpinan. Ini adalah keputusan yang dibuat oleh pimpinan kita dan kau tidak bisa menolak atau kau sendiri tahu apa akibatnya jika menentang perkataannya.”
“Makan saja uang suapmu itu, bajingán!”bisikku dan menendang kaki Frank.
Bruk—aku membanting pintu Frank dengan kekuatan penuh, lalu segera turun dari anak tangga. Beberapa pekerja yang melihatku lekas menyingkir dan tidak berani melihatku. Langkahku panjang dan berusaha untuk cepat pergi dari gedung sialan ini.
Pintu mobil terbuka, aku lekas masuk dan hendak melaju. Namun Yuwen mengejarku dari atas gedung, dengan berkas-berkas yang berada di tangannya. Begitu dia masuk ke dalam mobil, aku lekas melaju dan meninggalkan gedung. Aku benar-benar tidak bisa menahan hasrat untuk membunuhku jika masih terus berada di sana. Lebih baik aku pergi dengan cepat daripada nantinya Franks dan gumpalan daging itu—Mike—hanya akan menjadi mayat saja. Yuwen juga diam, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun semenjak memasuki mobil bahkan sampai kami tiba di rumah.
Sebelum memasuki gedung yang sudah aku tinggali sejak lama itu, aku berhenti di depan gerbang dan menatap rumah besar itu.
***
9 September, pukul 21:19, terjadi pembunuhán di salah satu gedung dekat perpustakaan. Dilaporkan jika saksinya adalah seorang wanita berumur 28 tahun. Korban memasuki gedung, yang mirip seperti motel itu sehari sebelumnya dan ditemukan sudah tewas ketika wanita itu memasuki motel itu. Beberapa petugas sedang memeriksa saksi dan juga korban.
Aku memijat celah hidungku dengan kasar, lagi-lagi kasus ini. Terlalu biasa hingga aku bisa menduga dengan cepat, jika pembunuh adalah wanita itu. Aku mengambil remot dan menurunkan suhu AC. Kepalaku masih terasa panas dan sesekali aku juga mengumpat ketika kembali merasakan cairan kental berwarna merah keluar dari hidungku.
Yuwen muncul dari pintu, dengan cawan yang ada di tangannya. Dia berjalan ke arah meja kerjaku dan meletakkan cairan berwarna hijau itu tepat di depanku. “Aku baru saja bertemu dengan salah satu orang yang tahu tentang tumbuhan. Dia membuatkan ramuan ini padaku ketika aku mengatakan keadaanmu, kau bisa meminumnya. Teresa juga mengirim email tadi sore, dia mengkhawatirkan keadaanmu!”
Sebelum meminum cairan berwarna hijau dengan aroma menyengat itu, aku menatap Yuwen dengan tajam.
“Dia bermimpi jika kau dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, kau jelas tahu aku tidak akan memberitahunya apapun mengenai keadaanmu. Dia juga mengirimkan beberapa foto wisudanya. Kau bisa melihatnya, dia akan kesini dalam waktu dekat. Aku harap kau sudah lebih baik ketika dia datang!”
“Kenapa dia wisuda cepat sekali?”
“Kau tidak mengharapkan kelulusannya?”
Aku menghela nafas, lalu lekas meneguk cairan itu. Rasanya benar-benar pahit, hampir saja aku memuntahkannya jika Yuwen tidak menatapku dengan tajam. Aku meminum kembali cairan itu dan lekas mengambil air. “Sialan, aku ingin membunuhku?”
“Itu demi kebaikanmu, aku tidak tega melihat kau sering mimisan.”
“Katakan padanya selamat wisuda, dan jangan langsung datang kemari. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya. Apa kau bisa mewakiliku?”
“Tidak tahu, kenapa tidak kau sendiri yang mengatakannya? Kau tidak cacat, tidak seperti Mike. Jadi, pergunakanlah kesempatan yang kau punya selagi kau masih bisa melakukannya. Aku pergi dulu, kita harus melakukan penyelidikan siang ini, beberapa petugas sudah menghubungiku 2 jam lalu dan aku sudah membuat janji untuk datang ke tempat mereka pukul 3 sore ini. Aku harap kau juga ikut denganku dan tidak mengecewakan mereka!”
“Lalu kau pikir aku akan melepaskan terkait masalah kasus Kyle dan juga Tong Wei, Yuwen? Aku terlibat di dalamnya, mereka menyebut-nyebut namaku sebelum membunuh. Apa kau pikir aku baik-baik saja setelah mengalami semua ini? Tidak Yuwen, kau tahu jika aku tidak akan pernah melepas mereka!”
“Kita tidak punya pilihan lain, cepatlah bergegas karena baru saja aku mendapat pesan bahwa mereka menemukan sesuatu yang janggal dari kasus pembunuhán itu. Tapi lebih baik kau menghubungi Teresa lebih dulu, dan katakan sesuatu yang memberinya semangat. Kau tidak bisa lepas dari semua ini, Emilio. Kita akan naik kereta bawah tanah, akses dengan mobil tidak tersedia menuju lokasi kejadian!”
Tak berselang lama, tentunya setelah mengucapkan ucapan pada Teresa. Aku lekas menyusul Yuwen yang sudah berada di dalam mobil. Kami menuju stasiun dan membeli tiket kereta. Keberangkatan masih sekitar 10 menit lagi, dan kami lebih cepat. Sesekali aku menatap foto Teresa yang baru saja dikirimkan oleh gadis itu padaku.
Tatapan mata sipitnya ketika tersenyum membuatku ingin kembali ke sana, dan merengkuh tubuhnya yang terasa mungil di pelukanku. Sekalipun ada kalanya aku merasa janggal dengan Teresa, aku merasa ada sesuatu yang berbeda darinya. Tapi selama dia masih memiliki rasa suka padaku, aku akan tetap melindunginya apapun yang terjadi.
“Ayo, kereta sudah tiba!”
Kami memasuki gerbong nomor 3, dan duduk dengan hening. Aku ingin sekali memecahkan misteri mengenai pembunuhán Kyle dan juga Tong Wei, tapi aku juga tidak punya kekuasaan untuk menentang perintah Frank, kecuali aku keluar dari pekerjaanku saat ini dan melakukan penyelidikan secara mandiri. Tapi, jika aku melakukannya, maka akses kebebasan yang selama ini aku punya pasti akan dicabut. Sama saja dengan menyelam tanpa tahu berenang. Akan tenggelam, dan jika tidak beruntung, hiu akan melahap dagingku.
“Bisa aku duduk di sebelah kalian ini, young man?”
Suara yang tidak khas, aku mengalihkan perhatianku dan melihat seorang lelaki yang sudah berumur. Yuwen lebih dulu mempersilahkan orang tua itu untuk duduk. Dia duduk di sebelah Yuwen dan sesekali tatapannya tertuju padaku. Perjalanan masih sekitar 2 jam lagi dan sekarang keadaanku tiba-tiba tidak baik-baik saja.
“Apa kalian akan menuju ke desa Hill untuk melakukan penyelidikan kasus pembunuhán itu, young man?” tatapan orang tua itu juga tertuju pada Yuwen, “Aku melihat dari daftar penumpang sore tadi, aku Sam. Rekan kerja yang ditugaskan untuk bekerja sama dengan kalian berdua.”
“Benarkah? Aku merasa Anda memang berbeda, aura Anda terlihat lebih dewasa, sesuai dengan umur Anda! Saya Yuwen, dan dia Emilio Xia He!”
“Aku mendengar cukup banyak tentang temanmu itu, Yuwen. Dia terkenal di kalangan para detektif, bahkan yang sudah berumur seperti kami. Jadi, sebuah kehormatan bisa bekerja dengan orang bertalenta seperti kalian ini.”
Sam terkekeh, giginya yang sedikit kuning menunjukkan bahwa dia tidak lagi muda. “Aku senang bekerja dengan orang muda seperti kalian. Perjalanan di kereta masih sekitar 3 jam lagi, sebaiknya kalian istirahat jika sedang tidak baik-baik saja!”
TBC