“Apa sesuatu terjadi pada kalian di jalan? Wajah Yuwen cukup menunjukkan hal itu!”
Begitu membuka pintu, Leano lebih dulu menyambut kami. Tatapanku tertuju padanya. Tidak membalas ucapan Leano, aku lekas duduk di depan sofa. Menyalakan rokokku dan mengepulkan asapnya. Ini sulit di percaya, mustahil jika Leano tidak tahu jika ada sesuatu yang sedikit mencurigakan di dalam rumahnya ini.
“Apa kau tahu jika ada pelayan di rumah ini yang membawa seorang anak kecil?”
Leano sedikit terkejut, aku sempat menangkap raut wajah itu, meskipun dia lebih dulu menutupinya. Tatapanku tidak teralih barang sedikitpun darinya. Yuwen juga sepertinya sadar dengan apa yang aku inginkan kali ini. Diam diam saja dan menatap Leano yang terlihat semakin gugup. Tidak lama, lelaki paruh baya itu menunjuk ke arah ruangannya. Aku dan Yuwen saling menatap, “Tidak ada waktu untuk berpikir, aku harus mencari tahu kebenarannya!” seruku, beranjak dari sofa dan mengikuti Leano memasuki ruangan pribadinya dan selama ini jarang di ekspos.
Yuwen ikut, aku mendengar langkah kaki ringan dari sofa.
BAGIAN 11“Apa sesuatu terjadi pada kalian di jalan? Wajah Yuwen cukup menunjukkan hal itu!”
Begitu membuka pintu, Leano lebih dulu menyambut kami. Tatapanku tertuju padanya. Tidak membalas ucapan Leano, aku lekas duduk di depan sofa. Menyalakan rokokku dan mengepulkan asapnya. Ini sulit di percaya, mustahil jika Leano tidak tahu jika ada sesuatu yang sedikit mencurigakan di dalam rumahnya ini.
“Apa kau tahu jika ada pelayan di rumah ini yang membawa seorang anak kecil?”
Leano sedikit terkejut, aku sempat menangkap raut wajah itu, meskipun dia lebih dulu menutupinya. Tatapanku tidak teralih barang sedikitpun darinya. Yuwen juga sepertinya sadar dengan apa yang aku inginkan kali ini. Diam diam saja dan menatap Leano yang terlihat semakin gugup. Tidak lama, lelaki paruh baya itu menunjuk ke arah ruangannya. Aku dan Yuwen saling menatap, “Tidak ada waktu untuk berpikir, aku harus mencari tahu kebenarannya!” seruku, beranjak dari sofa dan mengikuti Leano memasuki ruangan pribadinya dan selama ini jarang di ekspos.
Yuwen ikut, aku mendengar langkah kaki ringan dari sofa.
“Duduklah dan jangan sentuh benda lain, jika tidak maka kalian akan mengalami sesuatu hal yang mungkin tidak akan baik!”
Mengikuti saran Leano, aku dan Yuwen duduk di atas kursi tua yang aku yakin sudah sangat tua sekali namun sangat kokoh. Jarak kami terpaut beberapa kursi saja. Perhatianku tertuju pada seluruh isi dari ruangan Leano yang terasa sedikit lebih berbeda daripada ruangan lainnya. Yuwen yang ada di sebelahku juga duduk tidak nyaman, begitu juga denganku. Leano kembali dan mengambil beberapa benda yang tidak aku ketahui bentuknya. Rasanya benda itu benar-benar aneh dan tidak pernah aku lihat sebelumnya. Dia duduk di hadapan kami.
“Aku tahu perasaan kalian sekarang, begitu juga denganku setiap kali memasuki kamar ini.”
Bruk—pintu tertutup tiba-tiba, membuatku sedikit terkejut dan menatap ke arah pintu. Leano terlihat lebih tenang dan sama-sekali tidak terkejut, sepertinya dia sudah terbiasa. Aku menatap Yuwen yang menggelengkan kepalanya.
“Tenang dan jangan lihat apa yang ada di dalam ruangan ini, kalian akan tahu jika sudah melihatnya!”
Aku meneguk ludahku kasar, lalu mengambil gelas yang ada di atas meja. Hendak meminum air itu, namun Yuwen lebih dulu menggeleng, mengikuti perkataan Leano. “Jangan ambil dan jangan lakukan apapun!”
Dengan segera, aku meletakkan cangkir itu, bulu di sekitar leherku sedikit meremang. Bersamaan dengan Leano yang membuka buku tadi. “Beberapa tahun lalu, terjadi pembunuhan berantai yang juga terjadi di rumah ini. Tidak ada yang tahu siapa pelakunya, namuan dia membunuh semua orang yang ada di rumah ini. Banyak orang yang mengatakan jika pelaku adalah salah satu dari pengikut organisasi gelap, dia membuat ritual-ritual untuk membangkitkan iblís dan untuk menguasai dunia. Dia hampir berhasil melakukannya, namun salah satu dari mereka menolak dan menghindar. Beberapa tahun kemudian, salah satu dari mereka membuat laboratorium penelitian terbesar untuk menciptakan manusia-manusia dengan kekuatan super. Jadi….”
Bruk—Leano berhenti berbicara saat bunyi benda terjatuh kembali terdengar. Di susul dengan bunyi ketukan sebanyak 4 kali, lalu di susul dengan bunyi ketukan sebanyak 2 kali. Aku merasakan bulu-buluku semakin merinding, ketukan ini.
“Jangan dengar apapun, Lio. Tutup telingamu dari suara-suara yang berusaha untuk menarik perhatianmu. Jangan percaya dengan apapun yang kau lihat, mereka hanyalah ilusi namun kekuatan mereka nyata.”
Kau merindukanku?
Tidak, suara itu, ini suara anak kecil yang beberapa menit lalu kami gilas dengan mobil. Yuwen terlihat berusaha keras untuk memejamkan matanya. Telinganku berdengung, rasanya sangat pening. Aku menutup telinagnku dengan kedua tanganku. Berusaha untuk tidak mendengar bunyi-bunyian itu, tidak, “ARGHHHH” Teriakku saat mendengar bunyi itu terasa sangat memekakakan telinganku dan membuat isi kepalaku hampir keluar.
Brugh—“Emmilio!”
Aku menatap sinar matahari yang menembus dari kaca jendela, dan wajah khawatir Yuwen yang berdiri di hadapanku. Dia menarik tanganku dan membantuku berdiri.
“A—apa yang terjadi? Dimana kita?” seruku saat menatap Yuwen yang terlihat menatapku dengan kening berkerut. Aku menatap ruangan luas dan akrab denganku.
“Kita baru saja tiba di kantor, dan kau tertidur sudah sejak kita tiba. Frank bahkan sampai tidak tega untuk membangunkanmu!”
“Baru tiba di kantor? Apa kau sedang bercanda?” seruku, menatap Yuwen dengan tatapan tidak percaya. Ini tidak mungkin hanya ilusiku saja. menarik lengah kemejaku, aku menatap jam dan juga hari. Lalu aku segera bangkit berdiri dan menatap Frank yang sedang duduk di hadapan kami.
“Sepertinya kau terlalu kelelahan setelah berlibur secara ilegal, Emmilio. Apa kau sedang mempermainkan kami saat ini?”
Yuwen lebih dulu menarikku ke tempat duduk, aku menatap Frank yang sedang duduk di depan kami dengan layar komputernya yang menyala dan menyinari wajahnya.
***
“Apa yang terjadi padamu?”
Aku masih diam, setelah keluar dari ruangan Frank, Yuwen mengajakku ke taman. Beberapa anak kecil terlihat berlarian di sana, ini juga masih siang dan beberapa orang yang mengenalku dan Yuwen menyapa kami. Tanganku terlipat di depan dáda dan fokusku tertuju pada apa yang ada di depan kami. Kenapa bisa jadi seperti ini? Aku meraba leherku, juga tanganku, tidak ada bekas luka sama-sekali. Aku menghela nafas, lalu menatap Yuwen yang sedang memakan hot dog nya.
“Apa kau kenal, Alan Parker?”
Uhuk—Yuwen tersendak, dia lekas minum dan kembali menatapku. “Bisakah kau bicara dengan bertanya lebih dulu? Jika tidak ada air, bisa saja aku nanti mati!”
“Kau terlalu berlebihan!” kesalku, menghebuskan nafas kasar dan kembali menatap ke depan.
“Alan Parker? Sepertinya aku tidak pernah mendengarnya, apa yang terjadi dengannya? Saat di pulau, aku pikir kita hanya bertemu dengan Oschar dan juga kekasihmu—Teresa.”
“Hanya itu? Apa kau tidak melewatkan sesuatu?”
“Ayolah Emmilio, sepertinya kau terlalu asik bermimpi. Aku pikir, kau harus berhenti untuk mengonsumsi obatmu itu dalam beberapa bulan ini. Setelah tiba di kantor tadi, kau meminumnya dan membuatmu ketiduran. Aku pikir itu hanyalah efek dari obatnya, kau berhalusinasi lagi dalam mimpimu!”