Bagian 37

937 Words

Setelah hampir dua jam bekerja, Nadira mulai merasa ritme kantor kembali stabil. Mouse di tangannya bergerak pelan, mencoba fokus pada laporan stok barang, tapi pikirannya… kembali dan kembali lagi pada Alven. Bukan karena insiden Minthea—meski itu cukup mengganggu pikiran—tapi karena cara Alven menenangkannya tadi. Tidak ada marah tak terkendali. Tidak ada suara tinggi. Tidak ada drama. Hanya Alven… dan ketenangannya yang entah kenapa membuat jantung Nadira berdetak berlebihan. Baru saja Nadira mencoba fokus, layar HP-nya menyala. Dari: Suamimu 😎 > “Turun ke lobby. Aku jemput makan siang.” Nadira refleks membenarkan jilbabnya, merapikan meja, lalu berdiri. Rekan kerja yang duduk tak jauh menatapnya dengan senyum menggoda. “Makan sama Pak Alven, Dir?” Nadira mengangguk pelan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD