#Arga Yang Baru
***
Maudy baru saja keluar sebentar duduk di taman rumah sakit ditemani oleh mamanya. Tapi karena mama mendapat kabar ada pesanan katering jadi akhirnya dia meminta Casya yang menemani Maudy.
Untungnya Casya mau dan tidak sibuk sehingga tidak perlu mengganggu kegiatannya. Karena pasti tidak nyaman meminta bantuan ketika orang lain sedang sibuk sekali pun itu saudara atau sahabat sendiri.
"Hai, gimana sudah lebih baik?" Tanya Casya,
"Yah, lumayan. Dan lebih baik dari kemarin. Kenapa?" Katanya,
"Gak ada"menggelengkan kepala, "oh, ya aku mau bilang sesuatu deh" Maudy mulai serius.
"Ya?" Tanya Casya,
"Aku bakalan ke Bandung" Maudy meneliti raut wajah Casya "mau buka butik dan lanjutkan kursus desain Sya"
"Kamu di sini baik-baik ya"
"Kamu kaya pergi jauh banget sampe bilangnya khusus gini sama aku"
"Bukan. Aku pengen aja bicara berdua sama kamu. Semalam aku udah bilang sama Sky dan mama. Tinggal sama kamu yang belum"
"Kamu main ya ke Bandung kalau ada waktu. Aku mungkin kehilangan sebagian ingatanku Sya, hanya saja aku tau kok kalau kamu tulus" tersenyum dengan tulus dan indah. Bagaimana para pria di luar sana gak tertarik dengan Maudy.
Arga saja yang bodoh memilih seorang yang tidak benar ketimbang Maudy yang polos dan baik hati. Dia saja kalah.
Setelah Maudy lelah, Casya mendorong kursinya kembali ke dalam kamar rawat.
***
Dalam tidurnya pun Maudy sering kali bermimpi tentang seorang lelaki, entah itu siapa dia bahkan tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
Tengah malam dan Maudy terbangun, dia melirik ke arah mamanya yang sedang tertidur di kamar pasien ini. Ia, ini ruangan VVIP yang dipesan Casya sahabatnya. Dan Sky, yang merekomendasikan agar mamanya bisa tertidur nyenyak. Bukan, bukan hanya namnya tapi juga orang yang sedang menunggunya.
Maudya menghembuskan nafasnya kencang, dia akan memulai hidup baru di Bandung. Dua hari lagi dia akan pulang dan merencanakan untuk membuka lembaran barunya langsung bahkan sebelum dia keluar dari rumah sakit. Kehilangan ingatan -nya tidak membuat Maudy lupa akan keterampilan-keterampilan yang sudah dia pelajari selama ini.
"Maudy, kamu bangun nak?" Mama yang akan ke kamar kecil sedikit terkejut ketika tengah malam Maudy terbangun.
"Mama terbangun?" tanya Maudy balik,
"Mama akan ke kamar kecil. Kamu mau apa?" melihat Maudy menggeleng, mama pun mengangguk, "kalau ada apa-apa bilang aja ya nak? Biar mama bisa bantu. Jangan sungkan. Kamu tahu kan, mama selalu ada" kata mama mendekatinya dan mendekap kedua tangan Maudya erat.
Seolah mama sangat takut kehilangannya, seperti dia akan pergi jauh, atau memang dia sangat jahat di masa lalu? Dia sendiri lupa.
Ketika tidak ada jawaban dari Maudya mama pun beranjak ke kamar kecil. Sedang Maudya hanya mengingat sekilas ucapan-ucapan yang membuatnya sakit.
"Kita selesai"
"Kamu bahkan lebih rendah dari wanita jalangg"
"Tinggalkan cucu nenek!"
"Udah gue bilang kalau Arga tidak akan pernah bisa sama loe. Gue enggak akan pernah biarin itu terjadi"
Ancaman, dan peringatan itu seperti melekat di kepalanya. Maudya mencoba mengingat sebuah nama "Arga" tapi tidak berhasil.
Dia yakin mendengar nama itu tadi, kembali dia mencoba sampai mengernyit bingung dan meringis kesakitan "awww" katanya menjerit.
Untung saja mama keluar dari kamar mandi. Dan melihat Maudy dia langsung panik "Dy, kenapa nak?" Pertanyaan itu, hanya formalitas dia tau Maudya pasti mencoba mengingat masa lalu.
Jika bisa, dia ingin menggantikan posisinya dengan Maudy sekarang. Ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya menderita?
"Mama, kenapa sakit sekali?" Maudy meringis menahan sakit memegang kepalanya,
"Tahan nak, mama panggil dokter" ujar mama menekan tombol di sebelah ranjang Maudy
Tidak berapa lama, dokter dan dua orang suster datang. Memeriksa keadaannya dan memberikan resep kepadanya.
"Tidak apa-apa, saya lupa meresepkan pada ibu untuk memberikan obat ini jika di sakit. Sebenarnya, ini hanya membantu meredakan sakitnya. Tapi, jika dia mencoba mengingat maka seperti inilah responnya buk," ucap si dokter.
"Untuk sekarang, jangan biarkan Maudya mengingat dulu ya. Buatlah ia senang - dan ingatkan - padanya momen bahagia, jangan mencoba memaksa mengingat dulu ya Maudya! Agar kamu cepat sembuh" dokter itu memberi Maudy peringatan.
Setelah menjelaskan sedikit-banyak pada Maudy dan apa yang terjadi pada ibunya, si dokter dan kedua suster itu pun keluar ruangan.
"Dy, mama bukan melarang kami mengingat semua masa lalu tapi jangan sekarang ya nak!" Pintanya,
"Apakah masa laluku begitu sulit ma?" tanya Maudya,
"Tidak, kamu adalah anak dan wanita paling bahagia dulu dan saat ini. Tidak ada yang mengubah itu" ujar mama membelai rambut anak-nya.
"Tapi, kenapa aku merasa tidak demikian?" gumamnya yang masih bisa didengar oleh mamanya.
Dia tahu pasti ada yang mereka sembunyikan. Sesakit apa sih itu? Apakah Maudya tetap akan mengingat masa lalu jika tahu bahwa orang yang paling dia cintai yang menyebabkan dia menderita? Tidak dipercayai, dituduh, dicampakkan, dihina dan sebagainya?
Mungkin, Maudy adalah malaikat tanpa sayap yang dikirim Tuhan karena masih mau memaafkan dan kembali jika itu terjadi.
***
Sedang itu di belahan dunia lain, di kota yang berbeda dengan Maudya ada seseorang yang masih merencanakan bebas dari tahanan bawah tanah. Dia tahu Maudya masih hidup, hanya Arga yang tidak. Semua orang sudah tahu. Tapi, tidak ada yang memberi tahu pria itu. Dan wanita dalam tahanan ini bersyukur. Dia akan melanjutkan rencana-rencana yang sudah dia susun.
Tinggal menunggu bagaimana dia bisa keluar dari ruangan ini. Orang-orang tidak tahu bahwa dia memiliki mata-mata di luar sana. Para pecundangg dan orang bodohh itu hanya berfikir mereka sudah menang dan bisa membuatnya menyesali hidup. Tidak! Tidak ada satu orang pun yang bisa membuatnya menderita, justru dialah yang akan membuat orang-orang itu mendekam karena sudah membuatnya terkurung selama tiga tahun lebih.
Sedang Arga pun membuat sebuah rencana agar orang lain yang selama ini mengganggunya dan mencoba mengancam tidak bisa berkutik, tapi rencana apa yang dia miliki? Bahkan sampai sekarang pun dia buntu. Memikirkan Maudy, masa lalu mereka, teman-teman Maudya yang juga temannya. Nenek, yang terus saja memanggil Maudya. Padahal, dia tahu bahwa nenek dan dirinya adalah penyebab utama Maudya meninggalkan mereka selamanya. Apa, nenek bilang ingatan? Sepertinya tidak, karena masih mengingat Maudya. Tapi memang benar rasa bersalah Tidak bisa digantikan dengan apa pun.
"Arga masih menyesali hidupnya?" tanya Tirta,
"Kenapa bilang gitu?" Sean menimpali dengan mengambil minuman di atas meja setelah mengeringkan rambutnya dengan handuk,
"Tuh" tunjuk Tirta "diam sendiri hanya dengan melihat gawai di tangannya. Emang nya ponsel itu bisa mengembalikan Maudy?" Tirta berucap santai sampai mendapatkan pukulan di bahunya oleh Sean.
Mereka bertiga mungkin bersahabat tapi pasti memiliki rahasia masing-masing. Yang orang lain mungkin tidak tahu, hanya saja mereka bisa berbagi dan membagikannya di waktu yang tepat. Seperti saat ini, Tirta pun memiliki masalah sendiri. Sean yang paling santai juga memiliki kemelut. Hanya saja ketika mereka melihat Arga, ternyata kehidupannya lebih baik.
Kembali Arga menghembuskan napas kasar karena melihat sosial media Maudya. Terakhir postingan itu lima tahun lalu, sebelum kejadian itu menimpanya dan mengubah semua hidup orang di sekitarnya.
...
Andaikan tidak terjadi kecelakaan itu dia dan Maudy sudah menikah dan memiliki anak. Andai, semua hanya tinggal seandainya.
***