MEGGY POV
Aku melangkah mendekat dan berdiri di samping bed kak Willy.
"Kak, kak Willy sudah tahu tentang penyakit itu?" Tanyaku ragu.
Kak Willy meraih tanganku yang ada di dekat tangannya.
"Iya, tadi aku hanya pura-pura tertidur saat dokter Mulya mengatakan vonis itu.
Kamu tahu gak Meg? Apa yang membuat aku langsung membuka mata? Saat mom menyebut nama Tante Mina, dan aku langsung mencari tahu apakah kamu juga datang? Aku senang saat tahu kamu juga datang." lanjut Willy dan lagi-lagi membuatku merona merah.
Tangan kak Willy tak henti-hentinya membelai tanganku yang ada di genggamannya, dan kurasa gerakan jari Willy membuatku berdenyut dan jadi agak basah dibagian bawahku.
"Kak...." Panggilku ragu-ragu.
"Hmm..." Sahut kak Willy sambil terus menatapku.
"Ehm... itu... kak... aku... eh... maksudku.. kak Rose..." Kalimatku ragu-ragu sambil terus menunduk tak berani bertatap dengan matanya.
"Meg, Meggy! coba lihat aku!" perintah kak Willy dan aku berusaha untuk menatap wajahnya.
"Aku dan Rose tak pernah menjadi sepasang kekasih, ya aku mau jujur kalau sebenarnya Rose dan aku pernah....., ach! sudahlah! itu hanya masa lalu, kita semua sama-sama punya masa lalu Meg, tapi yang kita tuju itu masa depan." jelas Willy.
"Kemari Meg, ada yang ingin aku katakan serius, mendekatlah kemari, tolong bantu aku untuk duduk." pinta kak Willy kepadaku, aku pun mendekat dan membantunya untuk mengatur posisi bed supaya nyaman dia duduk bersandar.
Posisi kami sangat dekat hingga tiba-tiba.....
Cup...
Bibirnya menyentuh bibirku.
Bukan! bukan hanya mengecup bibirku! tapi bibirnya mencium bibirku dengan lembut.
Berbagai desiran yang sedari tadi sudah dia kirimkan lewat belaian tangannya langsung membuatku justru menutup mata menikmati bibirnya dan ikut bergerak membalas melumat bibirnya juga.
Satu tangannya bergerak melingkar di pinggangku, akupun mulai melingkarkan tanganku di lehernya. Kami berdua sungguh hanyut dalam ciuman lembut itu, hingga sesuatu mengejutkan kami.
Ceklek...
"Oops.!! sorry...!" kata kak Robin yang spontan membuat kami berdua kaget dan aku langsung menjauh dari ranjang kak Willy.
Saat aku menoleh ke pintu ternyata mom, dad, Tante Melly dan Om Sammy juga ada disamping kak Robin dan mematung di pintu melihat ke arah aku dan kak Willy.
"OMG!!! both of you!! ckckckckck!" komentar Tante Melly sambil menggelengkan kepala dan tawa dari mereka semua membuat wajahku menunduk panas yang bisa kutebak pasti merah merona.
"It's hospital son!" Om Sammy pun ikut berkomentar sambil senyum merekah.
"Ach! biasa aja kali mom, dad! just a kiss, no more than that! so... biasa aja deh." sahut kak Willy yang membuatku semakin malu saja.
"Astaga! apaan sih kak Willy?! Masa malah ceplas ceplos ngomong kiss gitu sih! iiich..."
Gerutu ku dalam hati.
Akhirnya jam besuk sudah habis, itu brarti aku juga keluargaku harus segera keluar dari ruang perawatan kak Willy, kami semua berpamitan dan pada akhir-akhir aku menghampiri Willy untuk berpamitan.
"Aku pulang dulu ya kak, cepat sembuh ya..." Pamitku pada kak Willy.
"Kok nggak seperti pas pamitan yang dulu sih?! Kok nggak pake kiss dan kalimat I Love you?" Goda kak Willy sambil menarik tanganku seolah tak rela aku pergi.
"Apaan sih kak?! Tadi kan udah yang second kiss, malu tau kak!" Jawabku malu sekali.
"hmmmmm.... second kiss ya??? eh kapan first kiss nya???" Goda kak Robin yang ternyata masih berada di dekat kami dan mendengar semuanya.
"Ach.... yuk ach! sudah kita pulang aja, kak Willy harus istirahat kak." Kataku menghindar sambil mendorong kak Robin ke arah pintu keluar.
*****
WILLY POV
"Oh Tuhan.... hidupku kembali sepi, kenapa Tuhan? Kenapa harus ada penyakit ini, saat aku mulai merasakan apa itu rasa cinta, rindu dan juga gairah karena cinta itu." batinku yang kembali terpuruk dalam kondisi kesehatanku.
Tak terasa darah mulai mengucur deras lagi dari hidungku, langsung kupencet tombol pemanggil perawat untuk minta bantuan.
"OMG WILLY..!!!!" teriak mom yang baru masuk ke kamar lagi setelah mengantar keluarga Meggy.
"Tenang aja mom, gak apa kok, willy sudah panggil suster kesini, tuh kan suster sudah datang." ucapku santai saat melihat perawat yang datang ke ruang perawatanku, namun tiba-tiba semua menjadi gelap dan tak lama aku tak mendengar suara apapun lagi.
****
MEGGY POV
"Ehmmm... jadi Willy yang sudah membuat matamu bengkak?" Tanya dad saat di perjalanan pulang.
"Eh... bukan kok! bukan Willy." jawabku bingung karena kaget dengan pertanyaan ayahku.
"Willy??? Sejak kapan kamu panggil dia tanpa sebutan kak?" Tanya kak Robin sambil terkekeh yang semakin membuatku gugup.
"Meg..., mom setuju aja kalau kamu sama Willy, tapi kamu harus siap lho dengan penyakitnya yang sewaktu-waktu bisa mengambil nyawanya. Apa kamu siap terluka karena kehilangan Willy untuk selamanya??? Kalau kamu nggak siap, lebih baik mundur dari sekarang. Bagaimanapun mom lebih takut kalau kamu sampai terluka dalam banget, hidupmu masih panjang Meggy." jelas mom yang hanya bisa membuatku mengangguk pelan.
"Mom benar, ya, semua perkataan mom itu benar, tapi aku masih ingin menikmati perasaan ini lebih lama, apalagi kak Willy sudah menunjukkan kalau perasaan kita berdua ternyata sama, meskipun belum dikatakan secara langsung padaku."
batinku dalam diam tak mampu kusuarakan.
Batinku meronta, sakit kalau aku harus meninggalkan kak Willy, apalagi kak Willy sudah mengetahui penyakitnya, bukankah akan membuat dia semakin sekarat kalau aku memberikan harapan palsu padanya, nyeri dadaku saat berpikir untuk menjauh dari Willy.
"Turun, kita sudah sampai di rumah" ucap kak Robin menyadarkanku dari lamunan.
Aku melangkah masuk ke rumah dan hendak naik ke atas.
"Meggy, makan dulu... kamu dari siang belum makan apa-apa, nanti ikutan sakit gimana?" Tegur ibuku saat melihat aku sudah akan langsung naik ke kamarku.
"Iya mom, Meggy ganti baju dulu, nanti Meggy pasti makan." jawabku dengan lesu.
Tak ada rasa lapar yang aku rasa dari siang, bagaimana aku bisa makan dengan kondisi kak Willy seperti itu.
******
MEGGY POV
Tok... Tok... Tok...
Pintu kamarku diketuk dengan sopan, kupikir itu pasti mbok Ijah, karena hanya dia yang mengetuk pintu terlebih dulu sebelum masuk ke kamarku.
"Masuk aja nggak dikunci!" sahutku sambil malas diatas tempat tidur.
Ceklek.
"Whoey....!!! What's wrong with you my girl?!! Pantas aja Tante Mina minta aku buat dateng kesini, anak gadisnya sudah kaya pasien rumah sakit jiwa aja sih.." seru Ryan begitu masuk kamarku.
"Hi Ry, ada apa? Sorry aku beberapa Minggu ini nggak ikut latihan basket dulu ya, lagi gak punya mood." sahutku sambil tetap malas di atas tempat tidur.
Ryan, seorang cowok seangkatan dengan kak Robin & Willy, tapi harus beda kampus karena nilai pendidikan nya tidak memenuhi syarat untuk lolos masuk ke universitas favorit yang sama dengan kak Robin & Willy, karena Ryan lebih memilih karier di basket daripada memikirkan nilai akademik.
Meskipun seumuran dan karib dengan kak Robin & Willy sejak dari kecil, tapi Ryan lebih sering bermain denganku, hobby basket kita pun sama, yang lebih mendekatkan kami lagi adalah karena Ryan juga bersedia menemaniku ke salon, shopping, bahkan spa atau perawatan tubuh lainnya pun dia selalu mau menemaniku.
Beda dengan kak Willy yang bahkan tak pernah menyapaku, meskipun setiap hari dia berkunjung ke rumahku untuk bermain bersama kak Robin.
"Wait..! kamu ngomong apa tadi?! Disuruh mom dateng kesini?! Buat apa?!" Tanyaku pada Ryan.
Ryan berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang ku.
"Iya, aku disuruh datang kesini sama Tante Mina, your mom...! kenapa girl? Putus cinta? Aku dengar cerita dari Tante Mina dan Robin, dan menurut cerita mereka itu sepertinya saat ini tuh kamu justru seharusnya sedang berbahagia, karena Willy sudah ngasih kamu kiss bahkan sampai 2 kali. Trus apa sih yang buat dirimu jadi gini? Keluar yuk! jalan-jalan, shopping, spa atau ngapain lah! yuuukkk...!" Bujuk Ryan mengajakku, tapi aku hanya diam.
"Liburan weekend nih... come on girl!" ajak Ryan lagi.
"Aku lagi gak mood buat jalan-jalan Ry, tapi..... kalo kamu mau ngajak aku ke rumah sakit tempat kak Willy, aku langsung siap-siap nih... gimana?" Rayuku pada Ryan dengan mata berbinar semangat.
"Hmmmmm.... rumah sakit? Willy? Okay lah kalau begitu.... yang penting kamu nggak gila di dalam kamar ini." Jawab Ryan membuatku langsung bangun dari rasa malasku.
"Aku tunggu dibawah ya girl, gini-gini kan aku juga cowok, takutnya aku malah jadi terangsang karena lihat kamu cuma pake handuk sehabis mandi." ucap Ryan lagi sambil berjalan keluar dari kamarku.
Aku langsung berlari ke kamar mandi lalu bersiap-siap dan sedikit berdandan.
" Yuk cussss lah...! kita berangkat!" Ajak ku pada Ryan yang sedang duduk di ruang keluarga bersama ibuku dan kak Robin.
Ryan langsung berdiri dari duduknya, saat aku berpamitan.
"Bye mom.... bye kak Robin..." Pamitku sambil mencium tangan mereka.
"Ryan pamit ya Tan..." pamit Ryan pada ibuku tak lupa dia juga mencium tangan ibuku.
"Cowok yang sopan"
batinku dalam pikiranku sendiri.
"Okay bro... aku nemenin adikmu kencan dulu ya... doain aku biar nggak diusir seolah nyamuk pengganggu ya..." Pamit Ryan pada kak Robin.
"Okay sob... be carefull ya..." Sahut kak Robin.
Aku dan Ryan langsung meluncur menuju ke rumah sakit.
Langkahku tak sabar untuk melewati lorong rumah sakit ini sampai di ujung lorong, senyumku terus mengembang ingin melepas rinduku pada kak Willy.
Namun saat mendekati kamar perawatan Kak Willy, aku sempat mendengar ada suara tawa dari dalam kamar kak Willy, pasti itu teman-teman kelas kak Willy yang datang berkunjung.
Sempat langkahku terhenti sejenak dan membiarkan Ryan mendahuluiku masuk ke kamar perawatan willy, entah kenapa aku mendadak menjadi gelisah.
Ceklek.
Pintu kamar perawatan Willy dibuka oleh Ryan.
" WOOOO...! WO.....! WOOOW........!!!!" Seru Ryan begitu pintu terbuka, akupun penasaran dengan yang dimaksud Ryan dan langsung menerobos masuk kamar kak Willy.
Deg.!
OMG.! Son of b***h!!!
seketika aku membeku melihat cowok dan cewek sedang asik saling melumat menikmati bibir satu dan lainnya, dan tangan merekapun saling bergerak di tubuh lawannya masing-masing.
Cewek itu langsung berdiri membenarkan kondisi baju yang dia kenakan, dan si cowok pun ikut terkejut dengan seruan Ryan dan kedatanganku.
Mata kak Willy tajam menatap mataku, akupun tak kalah tajamnya menatap mata kak Willy.
"Jangan!!! please, jangan menetes sekarang!"
doaku dalam hati karena genangan dimataku mulai penuh, langsung kupalingkan wajahku untuk menghilangkan genangan dimataku.
Seketika tangan Ryan memegang lenganku, memberi kekuatan padaku.
Hanya Ryan yang selama ini mengetahui rahasia hatiku pada Willy yang tersimpan rapat, bahkan Olin pun tak mengetahuinya.
"Hi bro....! sakit gila kau ya?! rumah sakit nih!!! m***m tuh di hotel bro!" celoteh Ryan ke Willy.
"s**t! Aku gak lagi m***m! gak seperti yang kau pikirkan bro." jawab kak Willy.
Aku hanya jadi patung yang dituntun oleh Ryan masuk dan duduk di sofa seberang tempat tidur Willy.
"Hi Ry.... ganggu aja sih!" kata kak Rose terkekeh tanpa malu setelah mengancingkan seluruh kancing kemejanya.
"Dasar m***m kau Rose! Memang nggak pernah berubah ya dirimu, dimana aja dengan siapa aja. Ckckckck!" sahut Ryan menggelengkan kepalanya pada kak Rose.
Aku tetap terdiam mematung hanya menunduk melihat lantai rumah sakit ini, pikiranku kosong.
"Kau balik aja Rose! Aku ada tamu penting." ucap kak Willy.
"Tapi Will.... aku kan baru aja datang! belum juga 15 menit disini, masa sih diusir gitu aja! Willy sayang...., aku pulangnya nanti aja ya... kan kita belum selesai tadi." rayu kak Rose dengan manja.
"Pokoknya kamu balik aja Rose, kalau aku bilang kamu pulang ya kamu harus pulang!!!" ucap kak Willy pada Rose bahkan sampai membentaknya, spontan membuatku mendongak ke arahnya dan kak Rose bergantian.
"Oke lah honey... aku balik dulu, ntar kalau kamu kesepian di rumah sakit ini, kamu hubungi aku lagi ya. kita bakal lanjutin yang tadi ya honey." Ucap kak Rose sambil mencium bibir kak Willy lagi sebelum dia pergi meninggalkan kamar perawatan ini.
"Bitchy..!!" Umpat Ryan saat kak Rose keluar.
"Ada hubungan apa kau sama bitchy itu Will?!" Tanya Ryan yang seolah mengetahui hal apa yang ingin aku tanyakan tapi tak punya keberanian.
"Aku nggak ada hubungan apapun sama Rose, tadi juga Rose yang nyosor aku duluan" jawab kak Willy terdengar sedikit kesal.
"Tapi kau juga menikmati banget tadi tuh!" ucap Ryan tak terima dengan jawaban Willy.
"Ry, aku bisa ngomong berdua aja sama Meggy? Please...." Willy memohon pengertian Ryan.
Aku? tentu saja aku masih diam mematung tak bersuara. Aku harus menahan air mataku ini.
*****
waaahhhh Willy emang gila....
kira-kira Meggy mau nggak diajak bicara berdua???