THE TRUTH

1476 Words
WILLY POV Baru saja aku sampai di rumah, ponselku sudah berbunyi, di layar tertulis 'Bro Rob'. hhhh.. hhhuuuft.... Hela nafasku berat karena sudah bisa kutebak apa yang akan dia bicarakan. "Hi bro, what have you done to my sister hah?!" Tanya Robin padaku "Sorry bro, aku buat adikmu menangis, hhhhhhh.. hhuuft.!" Jawabku dengan nafas berat. "Bro, I think that I have falling in love with Meggy, I don't know how it can happened" lanjutku. "Impossible! Bagaimana mungkin?! Kalian sudah seperti musuh bebuyutan yang tak pernah saling bicara! saling menyapapun tak pernah! that's impossible bro..!" Ucap Robin sambil terkekeh. "Sudahlah jangan menertawakan kami, adikmu yang buat aku sadar dengan perasaanku ini bro." Jelasku lagi. "memangnya apa yang sudah Meg lakukan padamu bro? Eh salah! Bukankah seharusnya justru aku tanya, apa yang sudah kamu lakukan ke Meg? Karena setahu aku nih, tadi Meg setelah jeda tidak masuk kelas sampai semua kelasnya hari ini selesai. Saat aku dan olin bertemu Meg, kondisinya parah banget bro, pakaian lusuh kotor, mata bengkak kaya ikan koki, gak ada semangat hidup, apa yang terjadi sih sama kalian berdua?!" Ucap Robin panjang lebar. Aku bingung tak memiliki penjelasan apapun untuk Robin, karena aku juga gak ngerti apa yang terjadi pada Meg setelah lari dariku tadi. "Bro, please trust me.... Aku gak bakal nyentuh Meg sembarangan, I love Meg bro." Sahutku lagi menyakinkan Robin. "Okay, please take care my Meg, can you bro? Tanya Robin. aku langsung menjawab dengan pasti. "pasti bro! aku pasti jaga Meg sebaik mungkin, thanks for trusted me". Telepon berakhir. Ada sebuah perasaan lega setelah aku mendapat sedikit restu dari Robin, sahabat yang juga calon kakak ipar ku, membuatku sedikit tersenyum. Aku harus segera bertemu Meggy, aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah Meg lari dariku. Segera kuambil kunci mobil dan berpamitan pada mom and dad. Cuuuuurrrr..... tes.... tes..... tes.... Darah mengucur deras keluar dari hidungku, mendadak duniaku gelap dan hanya terdengar teriakan mom memanggilku tapi tak bisa ku jawab. Samar-samar mulai kulihat terang yang silau sekali dan bayang-bayang orang-orang tapi tak jelas siapa saja, kepalaku pusing sekali, berat sekali rasanya kepalaku ini. Saat akan kupegang kepalaku ternyata di tanganku sudah ada selang berjarum.. kupejamkan lagi mataku dan kubuka perlahan-lahan. "Ach! mom... dad...." Panggilku lirih sambil menahan kepalaku yang sangat sakit. "Son... are you okay? We're here, Will" jawab mom menenangkan dan membantuku sedikit duduk bersender di bed rumah sakit. "Kenapa Willy ada disini mom?" Tanyaku bingung karena seharusnya aku berada di rumah Meggy bukan di rumah sakit. "Kamu mimisan lagi Will, tenanglah dokter bilang kamu sudah stabil, kita tinggal tunggu hasil cek darah, sementara kamu menginap disini dulu ya, mom mohon kali ini kamu bisa menuruti mom ya nak.." jelas mom sambil memegang tanganku memohon pengertian ku. Aku hanya bisa mengangguk lalu tertidur lagi. ***** MEGGY POV Dugh.... Dugh... Dugh.... Dugh...! Pintu kamarku digedor keras sekali, membuatku terbangun dari tidurku. "Meg, bangun....!!! Ayo Meg! kita harus cepat ke rumah sakit!!!" Teriak kak Robin sambil terus menggedor pintu kamarku. Ceklek.... Kubuka pintu kamarku dengan malas. "Ada apa sih kak? Siapa yang masuk rumah sakit?" Tanyaku dengan mengucek mataku yang masih ngantuk setelah ketiduran karena lelah menangis daritadi siang. "Willy masuk rumah sakit lagi, ayo cepat siap-siap, mom and dad juga masih siap-siap, aku tunggu di mobil." kak Robin menjelaskan dan tanpa menungguku bereaksi dia sudah langsung turun ke bawah. "Willy?? kak Willy masuk rumah sakit lagi? Apa dia kecelakaan? aaaarrrrgggghhhhhh!!! kenapa aku jadi lemot begini sih!" batinku bermain dengan pikiranku sendiri lalu segera bersiap-siap untuk ke rumah sakit. "Kak, emangnya kak Willy kenapa kok tiba-tiba di rumah sakit? Tadi siang di sekolah dia sehat-sehat saja, apa dia kecelakaan?" Tanyaku saat dalam perjalanan ke rumah sakit. Bukan kak Robin yang menjawab tapi mommy. "Meg, Willy tadi sore mimisan dan langsung pingsan, baru saja Tante Melly menelepon mom katanya Willy divonis leukimia stadium 3. Tante dan om sangat membutuhkan kita disampingnya, mereka sangat terpuruk Meg." penjelasan mom yang langsung membuatku terpuruk juga. Aku menatap kak Robin yang menyetir di depan lewat kaca spion tengah, kak Robin juga menatapku khawatir. "Oh Tuhan, please mataku masih bengkak masa aku harus menangis lagi dengan berita ini?? please God help me, help Willy.... leukimia stadium 3?? Oh God please...." Batinku perih tak mengerti harus bersikap seperti apa. ******* WILLY POV "What?! Dokter itu ngomong apa sih?! Leukimia stadium 3?! Siapa?! Aku?! Oh NO.!!" Seketika duniaku hancur. Aku sudah tersadar dari tadi, tapi belum kubuka mataku karena memang masih sakit sekali kepalaku ini, tapi telingaku masih berfungsi dengan baik, dan saat itu kudengar hasil cek darahku sudah keluar dan dokter Mulya mengatakan hasilnya sangat buruk, aku divonis leukimia stadium 3. Hiks... hiks... hiks.... Tangisan mom mulai terdengar. "gak mungkin dokter! coba periksa ulang!" ucap mom terisak tak terima dengan kenyataan diriku. Akupun tak percaya dengan perkataan dokter Mulya. "Meggy, kamu ada dimana? Kenapa saat aku mulai menyadari perasaanku dan mengerti perasaanmu juga sama, kenapa Tuhan memberiku penyakit ini? Meggy maafkan aku." batinku perang dengan pikiranku sendiri. Ceklek... Pintu kamarku dibuka oleh seseorang tepatnya lebih dari 1 orang, aku masih pura-pura tertidur, tapi sesuai pendengaran ku ada banyak suara disitu. "Mina, Willy..., Mina.....Willy ku sekarat..." tangis mom pada Tante Mina. "What?! Tante Mina?! Jangan-jangan..." batinku menduga-duga, tanpa sabar langsung kubuka mataku. "Oh good... shit...!!!! Tante Mina dan Om Candra juga Robin dan.... Meggy..., s**t!!!" Rutukku dalam hati, jadi mereka juga sudah tahu keadaanku. bagus sekali nasib ini mempermainkan hidupku. "Bro, gimana kondisimu?" Tanya Robin sambil mendekati tempat tidurku, semua mata ikut menoleh ke arahku dan menyadari aku sudah terbangun. "Aku gak butuh dikasihani bro, Kamu tau kan aku pasti sanggup bertahan." ujarku pada Robin. Ya benar aku tak butuh dikasihani oleh siapapun, egoku sangat besar. Kulihat Meggy hanya berdiri di ujung ranjang bagian kakiku, tepat berhadapan denganku dan terus menunduk, tapi aku tetap bisa melihat matanya bengkak. Ingin rasanya aku berdiri memeluk Meggy, meluapkan rasa hatiku ini, tapi aku tak mampu. Sekali lagi aku bersikap pengecut bila berhadapan dengan Meggy. "Mom, dad, Tante Melly, Om Sammy sebaiknya kita cari makan dulu yuk, ada resto yang enak buat ngobrol dan lezat makanannya di dekat rumah sakit ini" ajak Robin pada semua orang tua kami. Seolah mengerti dengan kode mata Robin yang ingin memberi ruang untukku dan Meggy berdua saja, semua mengangguk setuju, kecuali mom. "Tapi Tante gak laper Rob... kalian saja yang pergi makan" tolak mom pada ajakan Robin. "Oh mom please... bukan gak butuh mom, tapi aku benar-benar butuh berdua dengan Meggy saat ini, sorry mom, please menurut lah pada ajakan Robin" batinku dalam otakku mengeluh atas jawaban mom. Entah kode apa yang Robin gunakan, sampai-sampai mom dan semua akhirnya pergi keluar dari kamar ini, tertinggal hanya aku dan Meggy yang masih saja menunduk di ujung sana. "Ehemmm! ada apa dengan kakiku itu? Sampai dipandangi terus seperti itu." tegurku menyadarkan Meggy dari lamunannya. "Eh! gak kenapa-kenapa kak, maaf." jawab Meggy salah tingkah. "Kok diem kenapa?! jangan-jangan kamu masih mikir cara buat cium aku lagi ya?" Godaku ke Meggy, yang berhasil membuat wajahnya terangkat sejenak dan langsung menunduk lagi menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah dan tersenyum malu. "Hahhahhahaaa" tawaku pecah melihat tingkah Meggy yang semakin kikuk dan wajahnya memerah. ***** MEGGY POV "Kok diem kenapa? jangan-jangan kamu masih mikir cara buat cium aku lagi ya?" Goda kak Willy yang langsung membuatku melotot padanya dan kurasakan panas di wajahku ini. "Oh jangan. jangan. jangan sampai mukaku jadi merah" batinku sambil terus pura-pura bersikap biasa di depannya. "Hahhahahhahaaa" tawa kak Willy semakin membuatku malu teringat first kiss waktu itu. "Apaan sih kak???" Kataku kikuk dengan tawanya itu. "Gak apa-apa kok kalo mau cium lagi, sini... sini..." Goda Willy semakin membuatku memerah malu. "Aaach... sakit! sakit! sakit tau!!!!" teriak Willy saat aku cubit kakinya yang ada di hadapanku. "Makanya jangan suka ngeledek deh!" ucapku dengan angkuh penuh kemenangan. Tiba-tiba suasana jadi hening lagi diantara aku dan Willy. "Meg, Meggy" panggil Willy sambil menepuk pinggir tempat tidurnya, mengisyaratkan supaya aku mendekat kesitu di samping dia. Aku langsung menuruti dan sekarang posisiku tepat di samping tangannya. Kak Willy langsung menggenggam tanganku, mengelusnya lembut dengan jempolnya, membuat desiran aneh dalam diriku juga bagian bawahku. "Meg, maafin aku ya..." Ucap kak Willy memecah keheningan diantara kami. "Maaf, aku baru menyadari perasaan hatiku ini beberapa waktu yang lalu. Maaf, saat aku menyadari kalau perasaan kita sama, saat itu Tuhan memberiku penyakit ini." lanjut kak Willy. "Kak, kak Willy sudah tahu tentang penyakit itu?" Tanyaku heran. "Iya, tadi aku hanya pura-pura tertidur saat dokter Mulya mengatakan vonis itu, dan kamu tahu nggak Meg? Apa yang membuat aku langsung membuka mata? Saat mom menyebut nama Tante Mina, dan aku langsung mencari tahu apakah kamu juga datang." lanjut Willy dan lagi-lagi membuatku merona merah. ****** Hallooo.... Gimana nih dengan ceritaku? Please tap love and comment ya...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD