Agus menatap ke arah Mila, seolah mengerti apa yang dimaksud agus. Mila kemudian memperkenalkan dirinya,
"Selamat siang kek, saya Mila.. dan saya.. istri sah mas Agus."
Kakek terkejut mendengar pengakuan Mila,
"B-benarkah?"
Mila tersenyum seraya mengangguk mengiyakan,
Sang kakek pun berdiri dan mendekat ke arah mereka,
"Gus, kamu gak lagi mengerjai kakek kan?"
Agus menggelengkan kepalanya,
Kakek tertawa bahagia mendengarnya hingga ia menitikkan airmata bahagia.
"Kakek benar-benar bahagia mendengarnya, selama ini kakek pikir kamu ada kelainan dan gak menyukai perempuan. tapi ternyata kakek salah besar!" kakek memegang kedua bahu Agus lalu memeluknya
"Terima kasih, kakek benar-benar berterimakasih sama kamu!"
Agus melepas pelukan sang kakek,
"Sekarang, kakek minum obatnya ya?"
"Ya! tentu aja, mana tadi obatnya? siniin! aku harus sehat dan berumur panjang untuk bisa menyaksikan cicit ku lahir dan bisa aku gendong untuk aku pamerkan pada teman-temanku!"
Mila menatap canggung ke arah Agus, sedangkan Agus hanya membalasnya dengan senyuman.
***
Mila tengah duduk di sofa yang berada dikamar milik Agus,
"Kamu lagi ngapain?" tanya Agus yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dan memergoki Mila melamun
"Aku, merasa gak enak sama kakek kamu."
"Gak enak kenapa?" Agus duduk di hadapan Mila
"Gimana kalau kakek kamu tau, kalau pernikahan ini... enggak sungguhan,"
Agus tersenyum tipis,
"Pernikahan kita sah dimata hukum dan juga agama, jadi tidak ada yang perlu ditakutkan!"
"Tapi, cara kita menikah..."
"Itu tidak membuat pernikahan ini menjadi ilegal, hanya karena kamu yang melamar ku lebih dulu kan?"
Mila menundukkan pandangannya, ia merasa malu saat mengingat kejadian itu.
Agus mengangkat dagunya,
"Gak perlu merasa malu, semua ini sudah takdir yang harus kita jalani."
Agus hendak melangkah menuju kamar mandi, namun ia kembali menatap ke arah Mila
"Aku akan melakukan kewajibanku sebagai seorang suami, yaitu melindungimu dan menjagamu. dan Terima kasih karena kamu sudah mau menceritakan semuanya sebelum kita menikah, jadi aku tahu harus bersikap seperti apa untuk menghadapi pria kurang ajar seperti Rendy." Agus melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi
***
Malam hari pun tiba,
tok tok tok
terdengar suara ketukan pintu kamar Agus,
Agus pun membukanya,
"Permisi Tuan, Tuan besar mengajak anda dan nona untuk makan malam bersama," ucap asisten rumah tangganya
"Hm, kami akan turun sebentar lagi."
Asisten rumah tangga itu pun pergi,
"Ada apa?" tanya Mila
"Gapapa, kakek ngajak kita makan malam."
"Oh ya udah, ayo kita turun! kasian kakek nunggu." Mila melewati Agus begitu saja
"Tumben sekali kakek ngajak makan bareng," gumam Agus
Suasana makan malam yang terasa nyaman, dengan obrolan hangat didalamnya membuat sang kakek terlihat bahagia.
"Kakek merasa sangat bersyukur, Agus punya istri yang cantik dan baik seperti kamu. Terima kasih, sudah mau menerima cucuku yang payah ini,"
"Hah? Apa maksud kakek bilang seperti itu? Aku ini selalu juara di sekolah, perusahaan juga semakin maju berkat kerja kerasku." Agus memprotes ucapan sang kakek
"Iya kakek tau itu, tapi kamu itu terlalu gila kerja sama main game! sampe-sampe kamu gak punya waktu buat kenalin kakek sama Mila! tiba-tiba saja sudah menikah!"
"Aku ini kan anak laki-laki, jadi gak masalah kan kalau aku menikahi perempuan yang aku sukai kapanpun."
Kakek menghela nafas kasar,
"Apa kamu pikir pernikahan itu mainan? Seharusnya, kalau kamu mau menikah kamu bisa membicarakan semuanya dulu dengan kakek, kita bisa berdiskusi untuk gedung, makanan, pakaian pengantin dan yang lainnya Bersama-sama, bukannya langsung menikah begitu saja!"
Agus pun terdiam sejenak, ia melihat ke arah Mila yang seperti merasa bersalah.
"Udahlah kek! yang penting kan Agus udah nikah!"
"Iya itu bener! dan karena itu, kakek akan buat acara resepsi besar-besaran untuk pernikahan kalian, setelah itu kamu harus cuti selama sebulan untuk bulan madu!"
"Apa?" ucap Mila dan Agus kompak
"Apa-apaan kakek ini? gak bisa kek! Agus lagi sibuk sibuknya di kantor, makanya kemaren Agus nikah aja tanpa acara apa-apa biar lebih simple."
kesal dengan jawaban Agus, kakek pun memukul lengannya.
"Aww! sakit kek!"
"Otak kamu itu dimana? Mila ini adalah seorang anak perempuan yang berharga di keluarganya, bisa-bisanya kamu memperlakukan dia seperti itu!"
Agus mengelus lengannya sendiri, Mila pun mencoba untuk menolak secara halus rencana resepsi itu.
"Kek, apa yang dikatakan sama mas agus itu benar. tidak perlu ada resepsi, seperti aja udah cukup kok."
"Tidak ada penolakan! pokoknya, kalian harus nurut sama kakek!"
Agus dan Mila pun akhirnya hanya bisa pasrah dengan keputusan kakek.
***
Kakek begitu sibuk mempersiapkan resepsi pernikahan Agus dan Mila, ia memilih semuanya dengan kualitas terbaik. tak terkecuali untuk kartu undangan dan hal-hal kecil lainnya.
"Kek, apa ini gak berlebihan?" ucap Mila yang melihat hasil kartu undangan yang terlihat mewah dan elegan.
"Tidak ada yang berlebihan untuk cucu menantuku, aku akan mempersiapkan semuanya dengan baik! kita tidak punya banyak waktu, kamu hanya punya waktu satu minggu untuk pembuatan gaun pengantin. jadi, cepatlah untuk memilih model gaun pengantin yang ingin kamu kenakan."
Mila tersenyum canggung,
***
Mila melangkah cepat untuk menemui Agus yang berada di ruang kerjanya,
"Mas, aku pengen ngomong sesuatu."
Agus kemudian menutup laptopnya, dan fokus mendengarkan apa yang Mila sampaikan
"Ada apa?"
"Kayaknya, kita harus bilang ke kakek yang sebenarnya!"
"Maksud kamu?"
"Aku gak enak, kakek menghabiskan banyak uang buat resepsi pernikahan yang sebenarnya.. palsu."
Agus berdiri dan mendekat ke arah Mila, ia kemudian sedikit menunduk dan menatap dalam Mila
"Apa menurutmu, pernikahan kita palsu?"
"I-iya," Mila merasa gugup melihat wajah Agus dari dekat
Agus pun mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya,
"Ini adalah bukti, jika pernikahan kita asli."
Sebuah sertifikat pernikahan dan juga buku nikah yang dipegang Agus membuat Mila terdiam kaku.
Agus pun perlahan mendekatkan wajahnya,
Mila yang merasa gugup dengan jantung yang berdetak kencang pun secara refleks menutup kedua matanya, namun hanya berjarak 2 cm, Agus pun berhenti. ia menatap dalam inchi demi inchi wajah Mila yang terlihat gugup dan ketakutan.
Agus pun tersenyum, ia kemudian mencium pucuk kepala Mila dan melangkah pergi.
Mila yang terkejut pun, hanya menatap heran kepergian Agus.
***
Undangan telah disebar, kakek benar-benar mengundang semua orang ke pesta pernikahan cucunya. tak terkecuali orang tua Rendy yang ternyata adalah salah seorang teman bisnis kakek Agus.
***
Hari resepsi pernikahan pun tiba,
satu persatu tamu berdatangan, Mila pun tengah berjalan menuju ruang make up. ia yang berjalan sendirian tanpa sengaja berpapasan dengan seorang perempuan yang mengenakan gaun berwarna pink menjuntai, ia adalah Deva
"Kamu ngapain disini?" tanya heran Deva
"Memangnya kenapa?" Mila mencoba melawan
"Tempat ini hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang penting! orang-orang VVIP! bukan buat perempuan kayak kamu!" Deva mendorong Mila kasar