Ronald memang berniat untuk meminta maaf secara langsung pada Ines, tapi ditinggalkan hanya berdua saja dengan gadis itu juga membuat Ronald sedikit kaku. Jujur, ia belum terbiasa dengan dua hal pada diri Ines : satu, dengan sifatnya yang lumayan blak- blakan. Dan dua, tentu saja dengan kecantikannya. Ronald mendehem beberapa kali sebelum mulai bicara. “Lo jurusan apa, Nes?” “Gue?” tanya Ines balik. “Oh, Mene juga. Sama kayak Vinny.” (Mene = Manajemen) “Oh,” sahut Ronald. “Seru nggak, jadi anak Mene?” Ines mempermainkan rambutnya sehingga makin berantakan, tapi bibirnya tersenyum menyeringai. “Gue kelihatan kayak anak yang rajin ngampus nggak?” “Eh…” “Ngga apa- apa. Jujur aja.” Ronald ragu sejenak, tapi begitu melihat ekspresi Ines, dia mulai buka suara. “Sebenernya lo kelihatan kay

