Awal Perpisahan

1005 Words
Saat ini Jenny sedang berada dirumah Nathan tepatnya dikamar Nathan. Tujuannya kerumah Nathan? Tentu saja tidak ada yang special. Mereka memang terbiasa saling mengunjungi bahkan menginap, orang tua mereka juga tak kuatir saat mereka tidak mendapati anak mereka dirumah karena sudah tau dimana anak mereka sedang berada. Jenny berbaring diatas ranjang Nathan dengan pahanya sebagai bantal bagi kepala Nathan. Tubuh mereka bagai membentuk huruf T. "Jen aku harus pindah ke Indonesia minggu depan dan mungkin menetap disana" Nathan awalnya ragu mengatakan hal itu tapi cepat atau lambat dia harus berpamitan pada sahabatnya itu. "APAAAA" Jenny yang sedang asik membuka tabletnya kaget dan segera bangun duduk bersila membuat kepala Nathan menghantam kasur. "ih untung kepala aku jatuh dikasur ya, kalau di aspal bisa geger otak ini" Nathan mengusap-usap kepalanya kemudian duduk dan bersila seperti yang Jenny lakukan "Memang harus banget ya, kita kan sebentar lagi lulus. Kan tanggung kalau kamu pindah" Jenny berkata lirih. Saat ini mereka memang sudah akan lulus dari Senior High School atau di Indonesia disebut SMA. "Aku udah coba bilang sama Daddy and Mommy cuma mereka tetap bilang aku harus ikut mereka" Nathan melihat Jenny yang saat ini sudah menundukkan kepalanya. Nathan meraih pipi Jenny dengan kedua tangannya agar Jenny mau menatapnya namun kemudian… "Nathaaaaan" Jenny memeluk Nathan, Nathan yang tidak siap membuat tubuh mereka saling bertindih dengan Jenny berada diatas Nathan. "hiiikss....hikkks...aa..ku..nanti sendirian. aa..ku..pasti kesepian.......nanti aku ke taman sama siapa" Jenny terus berbicara terbata-bata. Nathan membiarkan posisi mereka, dia akan menunggu Jenny puas menangis. Kalau kalian pikir jantung Nathan akan berdetak cepat karena Jenny menindih tubuhnya, pikiran kalian harus dibuang jauh karena Nathan tak pernah merasakan hal itu saat bersama Jenny. Setelah tangisan Jenny reda.... "Udah belom nangisnya, berat nih" Jenny yang mendengar langsung bangkit kemudian memukul d**a Nathan "kamu harusnya bersyukur ya, ada gadis cantik macam aku ini yang mau nemplok ditubuh cowok biasa aja macam kamu" Jenny memang murid popular disekolahnya, bukan karena dia pintar tapi bukan berarti juga Jenny bodoh. Masalah kepintaran dia ada di level standard tetapi kalau masalah kecantikan tidak perlu diragukan lagi. Banyak lelaki yang antri untuk jadi kekasihnya namun belum ada lelaki yang benar-benar dapat membuat jantungnya berdebar-debar. Nathan sudah merasakan basah pada bagian dadanya, mungkin karena air mata Jenny. Namun saat tangannya menyentuh dadanya, dia mendapati tekstur air yang lebih kental dari tekstur air pada umumnya membuatnya berteriak "tuuuuh kan kebiasaan deh kalo nangis peluk aku pasti ada lendir-lendir gini" Nathan mengambil tissue dan mengelap bajunya yang penuh dengan lendir yang berasal dari hidung Jenny. "huffthh...huuuftth" Jenny mengeluarkan ingusnya "nih sekalian biar banyak ga pake tanggung" Jenny memeperkan ingus yang barusan dia pompa ke baju Nathan dan segera berlari meninggalkan kamar Nathan diliputi perasaan sedih dan kecewa. Jenny merasa harus menenangkan diri dikamarnya. ------------- Mendung menyelimuti suasana hati Jenny, hari ini dia akan mengantar kepergian Nathan ke Jakarta, Indonesia. "Kamu sariawan apa, sampe ga bisa ngomong gini" Nathan berusaha mencairkan suasana. Dia tau Jenny sangat sedih.  Jenny adalah tipe gadis yang suka memendam kesedihannya sendiri namun membagikan kebahagiaannya pada orang lain. Sifatnya yang seperti itu membuat Nathan menyayanginya, Jenny juga periang walau kadang hal itu yang menjadi topeng baginya saat sedih. Banyak orang tak menyadari dan merasa Jenny selalu bahagia. "hihihi aku nervous nih melepas cowok kayak kamu dinegara lain" ya sekali lagi dia berusaha menyembunyikan kesedihannya "kenapa, aku pasti bakal paling keren disana. Ga liat nih muka aku Mix Asian and Western" Nathan mangusap-usap dagunya dengan telunjuk dan jempolnya. Nathan lelaki tampan dengan mata hazelnya, tinggi badan yang sempurna, otot-ototnya yang terbentuk akibat olahraga rutinnya dan kulitnya yang coklat. Namun nathan tidak sepopuler Jenny tapi paling tidak Nathan adalah sahabat dari gadis populer disekolahnya. "idiiih, aku aja juga mix dan cantik satu sekolah aja ga narsis kayak kamu" ucap Jenny tak mau kalah. Jenny memang terkenal paling cantik disekolah. Rambutnya yang kecoklatan bergelombang, matanya berwarna amber, tinggi yang semampai, kaki jenjang yang indah dan kulitnya yang putih bersih namun tidak sepucat para bule. Merekapun saling mengejek dan berbincang hingga tak terasa mereka sampai dibandara. Walau dengan berat hati mereka keluar dari mobil. "Baik-baik ya Jen disini" ucap Mr & Mrs Green. Orang tua Nathan yang juga menyayangi Jenny “Uncle minta maaf harus mengajak Nathan bersama kami” lanjut ayah Nathan "Iya, Jenny ngerti kok Uncle" jawab Jenny, merekapun berpelukan. Sebenarnya Jenny ingin protes pada orangtua Nathan, tapi siapa dia yang hanya berstatus sahabat dibanding status sebagai orang tua. Jenny juga tak ingin memisahkan anak dari orangtuanya. Kedua orangtua Nathan masuk kedalam bandara lebih dulu meninggalkan Nathan, mereka memberikan waktu untuk Nathan dan Jenny melakukan salam perpisahan mereka. Mereka mengerti Jenny akan merasa kehilangan. "Kamu hati-hati ya, semoga selamat sampai tujuan" kali ini Jenny menatap Nathan dan sudah mulai meneteskan airmata. Nathan memeluk Jenny "Kamu juga, telepon aku jika kamu perlu teman bicara" Jenny mengangguk dalam pelukan Nathan. Jenny melepaskan pelukan mereka karena takut Nathan akan terlambat.  "Sudah sana, nanti ditinggal pesawatnya. Take care and call me when you arrived" Jenny melepas Nathan dan melihat Nathan yang akan segera menuju mesin scanning barang. Namun Nathan tampak melangkah kembali kemudian mengusap puncak kepala Jenny dan membisikkan sesuatu… "Tumben lendirnya ga banyak" Nathan berbisik ditelinga Jenny. Nathan kembali untuk mengejek Jenny, karena biasanya saat menangis dipelukan Nathan Jenny menghasilkan lendir berlebih dari hidungnya. Bukan hanya hal itu, sebenarnya Nathan juga sedih berpisah dari Jenny. "Nathaaan..." Jenny kesal dengan ucapan Nathan namun kemudian Nathan memeluk Jenny dan mencium puncak kepalanya sebelum benar-benar masuk kebandara. 'i'm gonna miss you' ucap mereka berdua dalam hati sambil melambaikan tangan mereka.  Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Setiap pertemuan yang baik dan menyenangkan membuat perpisahan itu semakin menyakitkan. Namun siapa yang dapat menolak perpisahan. Setiap moment memiliki batas waktunya sendiri, begitu juga suka dan duka. Waktu membuat kita menyadari bahwa setiap perpisahan mendewasakan kita dan memproses kita menjadi lebih baik. Time will heal you begitu kata orang bijak dan aku berharap ini hanya perpisahan sementara - Nathan & Jenny Lucu and sweet banget ya mereka bikin iri. Lanjut besok ya Jangan lupa follow, comment dan lovesnya Mumpung Freeee
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD