Proyek Mandeg

1042 Words
Adit terpana memandang wajah Hana yang semakin memukai ketika rambutnya di gelung seperti itu. Biasanya rambut Hana di gerai, terkadang di ikat biasa namun tak memudarkan kecantikannya. “Uhuuk” Adit terbatuk karena merasa Hana menyadari bahwa Adit sedang menatapnya sambil terpukau. Hana yang tahu bahwa ia di tatap oleh Adit dengan pandangan yang sepertinya sulit dijabarkan tak urung juga tersipu malu walau tak begitu ia tampakkan ke hadapan Adit yang juga jadi salah tingkah. Padahal posisi mereka sedang berada di kerumunan teman-teman lain yang juga sedang duduk-duduk melepas lelah di depan kelas. “Ecieee, ahem ahem” ledek Tito teman sekelas Adit yang justru menyoraki Adit dan Hana yang lagi duduk bersampingan. Tampak wajah Hana dan Adit menjadi memerah karena gurauan beberapa teman-teman mereka. Hanya berniat bercanda namun tetap saja membuat yang bersangkutan justru menjadi tersipu malu. Beberapa anak buah Pak Suryo sudah mulai berdatangan. Diarahkan untuk segera masuk ke ruangan kerja oleh mama Hana yang kebetulan sedang bersantai sambil membantu Bibik yang sednag membersihkan rumah. Ya, mama Hana tak seperti majikan kebanyakan yang justru membiarkan asisten rumah tangganya mengerjakan semua pekerjaan sendiri. Berbeda dengan mama Hana yang tetap membantu, ia justru terbiasa mengerjakan sendiri namun kadang kala rasa lelah juga dialami karena rumah yang ia tinggali cukup besar hingga membutuhkan perawatan yang jauh lebih ekstra. Tak lupa Nyak Adit juga sepertinya membutuhkan pekerjaan. Semua berawal ketika keluarga Pak Suryo merasakan bagaimana enaknya olahan masakan yang di buat oleh Nyak Adit. Masakan sederhana yang diolah dengan sedemikian rupa sehingga membuat siapapun yang memakannya jadi jatuh hati bahkan dari suapan pertama sekalipun. Salah satu alasan yang membuat Mama dan Papa Hana berniat untuk memiliki asisten rumah tangga guna membantu pekerjaan rumah yang cukup banyak itu, tanpa membuat mama Hana kehilangan sosok ibu rumah tangga di rumahnya sendiri. Pekerjaan tentu menjadi lebih cepat selesai karena ada yang membantu dan juga membantu orang lain untuk mendapatkan pekerjaan. “Bagaimana prospek dalam waktu dekat ini?” tanya Pak Suryo sambil menangkupkan kedua tangan di d**a sambil berjalan menuju ke jendela ruangannnya. Tampak kedua anak buah Pak Suryo saling bertatapan, keduanya saling beradu pandang sebab memang belum ada perkembangan yang berarti, ya mau bagaimana lagi semua usaha telah dilakukan tapi memang belum menemukan hasil yang lebih untuk saat ini. “Sepertinya belum ada kemajuan ya?” tanya Pak Suryo yang kemudian berpindah posisi kemudian duduk menghadap ke dua anak buahnya tersebut. Menatap satu persatu kiranya ada yang ingin di sampaikan tapi sepertinya memang belum ada satu kalimatpun yang keluar dari mulut para anak buahnya tersebut. “Belum ada bos, kami masih terus berusaha untuk mencari-cari tapi masih belum bisa ketemu” ujar sang anak buah yang membuat bos mereka memijit kepala. Pasalnya sudah cukup lama mereka diberikan waktu untuk mencari apa yang telah menjadi tugasnya tersebut. Kali ini, tak ada teriakan bahkan emosi yang membludak seperti sebelum-sebelumnya namun kali ini sepertinya Pak Suryo akan memberikan kelonggaran karena bagaimanapun juga kalau emosi pun belum tentu akan menyelesaikan masalah yang ada, Justru akan semakin membuat runyam masalah yang ada, sepertinya memang sedikit membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk misi kali ini bisa segera dituntaskan. “Baiklah kalau begitu, saya akan kasih waktu lagi. Setidaknya untuk urusan kali ini, kalian harus bekerja dengan lebih ekstra lagi. Bayaran kalian tergantung proyek yang sedang kita garap ini” tegas Pak Suryo. Kedua anak buah Pak Suryo pun mengatur taktik untuk proyek kali ini, masalahnya bayaran mereka tentu akan jauh lebih banyak apabila pekerjaan yang dibebankan ini bisa gol, terlebih ada komisi lebih yang sudah dijanjikan apabila apa yang di cari bisa ditemukan. Maklumlah Pak Suryo biasanya akan memberikan bonus yang cukup besar untuk siapaun yang bisa memberikan hasil terbaik bahkan kadang hanya sekadar memberikan informasi pun akan mendapatkan lembaran rupiah yang nominalnya lumayan. Tak pelit, begitulah Pak Suryo. Ia begitu royal hingga banyak teman yang menyukainya, namun untuka kalangan relasinya sudah paham benar apa yang diinginkannya harus diusahakan untuk menjadi kenyataan. Tak terasa waktu pulang sekolah pun sampailah jua, Adit bersiap menuju motor jadulnya, begitupun dengan Hana yang menuju ke mobilnya untuk segera pulang ke rumah. Hari-hari selama bersekolah di sini menyenangkan, toh bila ada sedikit gangguan itu merupakan hal yang biasa karena di manapun kita berada pasti ada yang suka maupun yang tidak suka dengan kita. Hal yang bisa di minimalisir sendiri supaya tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. “Ma, Hana pulang” setelah mengucapkan salam, ia mencium tangan mamanya. Sang papa tak terlihat, mungkin di ruang kerja atau mungkin di kamar. Setelahnya menuju ke dapur, tampak Nyak Adit sedang menyiapkan bahan amsakan untuk makan malam nanti. Hana berbincang sebentar sebelum menuju ke kamar untuk segera mandi, melepas lelah setelah hampir seharian menuntut ilmu. Untunglah selama di sini, Hana tak banyak keluar rumah, terkadang ada beberapa teman perempuannya yang berkunjung ke rumah Hana untuk mengerjakan tugas kelompok atau Hana yang juga kadang-kadang singgah ke rumah beberapa teman perempuannya. Untuk teman laki-laki hanya Adit saja yang pernah ia ajak naik mobilnya, itu pun karena Hana mengantar Adit yang kebetulan motornya rusak. Selesai memasak untuk menu makan malam, Nyak Adit pamitan untuk pulang. Kebetulan bapak Adit sudah menunggu di depan pagar karena nyak telah minta jemput ebberapa menit yang lalu. Untung saja hari ini tak seperti kemarin yang harus pulang lebih lama karena harus menemani Neng Hana yang sendirian di rumah. Nyak Adut merasa betah bekerja di rumah kediaman Pak Suryo karena selain semua penghuni rumah adalah orang yang baik, juga mendapatkan majikan yang royal, mulai dari menu maskaan yangs engaja di buat lebih supaya Nyak Adit bisa membawa pulang Sebagian untuk menu makan malam di rumah. Betapa rasa syukur Nyak Adit selalu panjatkan kepada sang Maha pencipta karena akhirnya sedikit banyak bisa membantu perekonomian keluarga. Apalagi untuk persiapan kuliah Adit yang jelas saja membutuhkan cukup banyak uang. Impian terbesar orang tua adalah bisa melihat anak-anaknya sukses kelak. Jangan seperti orang tuanya yang hanya tamatan sekolah dasar atau hanya sekolah emnengah saja. Maklumlah orang tua zaman dulu Sebagian menganggap pendidikan tak sebera penting karena lumrahnya wnaita nanti akan menjadi ibu rumah tangga sehingga hanya berurusan sama dapur, sumur dan juga kasur. Ketiadaan ekonomi juga membuat banyak anak zaman dulu tak bisa bersekolah, tetapi hal tersebut sekarang terulang karena banyak juga anak-anak yang tidak bisa menikmati bangku sekolahan karena minimnya keuangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD