Kebahagiaan yang tak Diduga

1033 Words
Bab 56            Makan malam kali ini pun terasa jauh lebih nikmat dengan sajian makanan yang lebih mewah di bandingkan sebelumnya, canda tawa mengiringi acara makan malam satu keluarga yang selalu diliputi rasa syukur dan juga memahami arti kehidupan dengan sebenar-benarnya bahwa kehidupan yang mereka jalani adalah impian banyak orang, walaupun tak begitu bergelimang harta namun kebahagiaan selalu ada di dalam keluarga ini. Kebahagiaan yang tidak bisa di nilai dengan materi yang bahkan tak terukur jumlahnya. Terkadang memiliki banyak materi pun tak akan menjamn semua kehidupan akan berjalan selalu dengan kehendak kita. Intinya seperti apapun kehidupan yang dijalani, kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan mesti bersyukur dengan segala apapun yang telah di takdirkan, tetap berusaha walau hidup tak seindah yang dibayangkan, juga tak selalu seindah cerita dongeng yang akan berakhir bahagia.            “Wahh, makanan malam ini enak banget ya Nyak” ujar Adhim sambil menyeka mulutnya yang belepotan sisa makanan saking lezatnya makanan yang di makan mala mini. Tampak Nyak dan Bapak yang saling berpandangan, tersenyum sennag melihat kedua anak lelakinya tersebut makan dnegan lahap. Hanya saja karena makanan kali ini berbeda, jadi mereka sangat lahap. Makanan apapun yang disajikan oleh Nyak pasti akan selalu di makan dengan lahap, namun rasa trenyuh terkadang timbul juga ketika melihat betapa kedua anaknya terlihat begitu antusias menghabiskan makanan lezat yang ia masak di rumah kediaman majikannya, yang tak lain adalah orang tua Hana, teman sekelas Adit. Sempat terpikir bahwa Adit akan merasa malu karena ibunya akan bekerja di rumah teman sekelasnya, namun Adit tidak mempermasalahkan hal tersebut karena taka da hubungannya dengan sekolahnya, tak aka nada yang terganggu, justru dalam hati Adit bersyukur karena mungkin niatannya untuk melanjutkan ke tingkat universitas bisa menjadi kenyataan walaupun memang ia tak menampik bahwa akan banyak biaya yang diperlukan untuk mengurus ke jenjang yang lebih tinggi tersebut, bahkan sengaja Adit menyisihkan uang jajan yang memang tak seberapa agar bisa membnatu meringankan beban Bapak dan juga Nyak.            “Mah, nggak salah memang kita pilih Nyaknya Adit untuk jadi asisten rumah tangga” ujar Papa Hana yang baru saja menghabiskan makanan di hadapannya. Hana dan sang mama juga mengiyakan apa yang dikatakan oleh sang papa. Memang benarlah, makanan yang di masak oleh Nyak Adit begitu lezat hingga bisa membuat nafsu makan siapa saja menjadi meningkat daripada sebelumnya.            “Ini juga mama bantuin masak lo pah” canda mama Hana yang ingin dipuji juga sepertinya.            “Wahh jelas dong, kalau masakan istriku jelas enak, tiada tandingan” goda papa Hana. Hana terkikik melihat kedua orang tuanya macam anak remaja yang sedang di mabuk cinta. Hana juga merasa senang karena bisa dekat dengan orang tua Adit, apalagi Nyak Adit yang di panggilnya ibu itu adalah orang yang ramah, karena masih baru tentu ada masa penyesuaian yang membuat Hana belum bisa sedekat mamanya yang hampir seharian berada di rumah. Tentu ada hal yang ingin Hana ketahui perihal Adit, sesuatu yang jauh lebih ingin ia ketahui dari orang terdekat Adit, yaitu Nyaknya Adit. Hana ingin lebih dekat, sepertinya sudah mulai ada rasa-rasa yang tiba-tiba muncul tanpa ia kehendaki sebelumnya, rasa yang entah bagaimana akhirnya ia rasakan setelah sebelumnya ia tak ingin mengenal rasa ketertarikan terhadap lawan jenis seperti sekarang ini.            Perasaan yang tiba-tiba muncul, tanpa bisa ia cegah hingga ketika berdekatan dengan Adit menjadi momen yang selalu di tunggu-tunggu. Lucu memang, padahal kalau dipikir-pikir Hana baru mengenal Ait, itupun hanya hitungan beberapa hari, namun siapa yang bisa mencegah suatu rasa timbul dan bersemi, apalagi sang empunya membiarkan perasaan yang sudah bersemi ini tumbuh subur. Entah harus diapakan, tapi inilah momen pertama Hana mulai merasakan menyukai seseorang tanpa alasana, mengagumi tanpa harus ada embel-embel di belakangnya. Menikmati rasa yang timbul dengan sebaik mungkin, menjalani hari-hari dengan penuh semangat agar bisa terus berdekatan dengan Adit, toh mereka bisa hampir tiap hari bertemu ketika hari sekolah. Nyak Adit juga bekerja di rumah Hana hingga akan lebih mudah untuk mengetahui beberapa hal seputar Adit nantinya ketika Hana menanyakannya langsung pada Nyak Adit nantinya.            Usai makan malam, Hana kembali ke akamrnya. Ia pun kemudian memainkan ponselnya, entahlah akhir-akhir ini ia mulai jarang menggunakan ponsel, iklimnya sedikit berbeda ketika tinggal di suasana baru seperti ini. Berbanding terbalik ketika berada di rumah sebelumnya, ia lebih sering menggunakan ponsel miliknya. Selama di sini, banyak teman yang baik, tulus, mungkin memang ada beberapa hal yang menyebabkan Hana jauh lebih menikmati setiap momen kebersamaan selaama tinggal di sini. Banyak hal yang justru jauh lebih bisa ia lakukan, ada banyak kegiatan di sekolah yang membuatnya enggan untuk memainkan ponsel mahalnya, bahkan ia merasa bahwa segala keserhanaan yang ia lihat adalah suatu hal yang justru menyenangkan di bandingkan segala kekayaan yang ia miliki. Terkadang ada banyak hal yang tak harus selalu di nilai dengan materi, ada banyak pula kesenangan yang tak harus melibatkan materi seperti kesederhanaan keluarga Adit yang bahkan bisa Hana simpulkan dengan sekilas memandang, keikhlasan dan juga ketulusan begitu tampak terasa kala ia menginjakkan kaki di rumah Adit untuk pertama kalinya. Kehangatan dan ketulusan itu sungguh sangat menentramkan jiwa, segala kepalsuan yang biasanya Hana temukan ketika bersama dengan teman-temannya dulu bahkan taka da sama sekali terasa di sini. Hingga Hana, merasa menyesal sempat kecewa berlebihan dngan keputusan papanya yang memutuskan untuk pindah ke daerah pinggiran demi pekerjaan, yang entah bagaimana Hana sendiri bingung apakah sebegitunya pekerjaan sang papa hingaga memutuskan untuk beralih tinggal ke daerah pingggiran seperti ini. Hingga bisa memiliki banyak teman, hawa yang juga sehat dibandingkan dengan sebelumnya yang justru amat sangat berbeda tiga ratus enam puluh derajat. Bahkan rasanya Hana ingin sejak dari awal ia tinggal di sini dengan segala kearifan dan yang jelas semua stigma negatif sebelum tinggal di sini pun berubah. Ada banyak hal yang harus ia syukuri karena ada banyak pelajaran yang bisa ia petik karenanya. Bersyukurlah dirinya karena sang papa memilih tempat sederhana ini untuk menjadi kediaman mereka sekeluarga. Apakah aneh bila Hana bisa sesenang itu dengan kehidupannya sekarang? Tentu tidak karena memang kesennagan setiap orang tak selalu bisa terukur. Ada banyak hal yang bahkan kelihatan sepele namun nyatanya adalah sesuatu yang sungguh sangat amat berarti bagi seseorang.            Mama Hana pun menyukai keadaan di sini, sedangkan papa Hana masih berkutat dengan pekerjaan yang memang tak banyak orang lain tahu, ia menyembunyikan dengan rapat [ekerjaannya, seluk beluknya dan semua hal yang berkaitan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD