Stok Alasan buat Adit

1049 Words
            Mama Hana pun berat rasanya untuk ikut pindah ke perkampungan yang akan menjadi tempat tinggal selanjutnya itu. Mereka berdua sepakat bila memang, lebih nyaman tinggal di teman rumah sekarang, sekolah di tempat Hana menuntut ilumu sekarang, dan juga teman-teman arisan mama Hana sekarang yang sudah kompak dan juga lebih dekat karena sama-sama memiliki satu tujuan, apalagi kalau bukan sama-sama menyukai barang mewah, barang branded dan juga suka kongkow-kongkow di kafe mahal. Mama dan Hana pun ingin sekali menyampaikan keinginan mereka namun apalah daya, apa yang mereka katakana pun tak akan mengubah keputusan papa Hana untuk pindah karena alasan pekerjaan, pekerjaan berupa kerajaan bisnis yang membuat mereka bisa semakmur sekarang. Entah apa yang akan terjadi bila papa Hana tak berkecimpung di dunia barang antik, maka kehidupan glamor dan penuh dengan kemudahan seperti sekarang tak akan mudah untuk digapai.             Di dalam kamar, nyak dan bapak sedang berbincang. Tampaknya ada hal yang dibicarakan, sesuatu yang mungkin berkaitan dengan anak-anaknya.             “Pak, bapak ngerasa aneh nggak akgir-akhir ini?” tanya nyak sambilmerebahkan badan di kasur yang sudah tak begitu empuk lagi saking lamanya tidak di ganti, maklumlah uang haarian yang ada di gunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehingga kebutuhan lain mesti dikesampingkan.             Apanya yang aneh nyak?” tanya bapak dengan memasang wajah penasaran atas apa yang sang istri ucapkan.             “Bapak nggak perhatiin ya, akhir-akhir ini kita kayaknya ketiban banyak banget rezeki ya pak, lewat Adit apalagi” ujar nyak dengan memasang tampang serius.             “Perasaan nyak aja kali, tapi ya namanya rezeki kan alhamdulillah nyak kalo kita dapet. Lagian selama halal aja mah kan nggak papa” jawab bapak.             Lantas nyak menyebutkan beberapa kali Adit mendapatkan rezeki yang terhitung alasannya cukup klasik, di bantu teman katanya. Kemudian beberapa keberuntungan lain yang tak hanya Adit alami namun juga dirinya. Malam ini misalnya, pelanggan padahal emminta agar baju pesanan diselesaikan sore ini, namun tiba-tibe menelepon lagi bahwa habis isya saja di ambil. Alhamdulillah bisa terselesaikan tepat waktu, padahal nyak tahu pelanggan yang satu itu biasanya on time sehingga ketika permintaan akan mengambil bajunya diundur membuat nyak bisa sedikit bernapas lega. Dipiki-pikir tak seperti bisanya pelanggannya ini bersikap seperti itu.  lain lagi perihal makanan yang Adit bawa beberapa kalai. Ada teman yang memberi alasannya, hingga nyak berpikir baik sekali teman Adit, sebelum-sebelumnya tak pernah seperti itu. Rasanya ingin sekali nyak bisa bertemu dengan teman Adit yang sering disebut-sebut oleh Adit yang sering membantu Adit. Rasanya sedikit aneh karena biasanya teman-teman Adit tak pernah bersikap seperti itu sebelumnya, lantas tiba-tiba berubah menjadi anak yang royal. Apakah mungkin Adit punya teman baru? Entahlah nyak hanya menerka-nerka saja, mungkin nanti akan ia tanyakan langsung pada Adit supaya ia bisa mengenal teman Adit yang baik hati itu.             Di belakang pintu, tak sengaja Adit emndengar obrolan bapak dan nyak. Awalnya Adit hanya ingin mengambil segelas air minum untuk di bawa ke kamar, namun ketika melewati kamar nyak dan bapak, Adit tak sengaja mendengarkan obrolan orang tuanya tersebut. Sesampainya di kamar,Adhim tampak telah terlelap. Ia kemudian meminum air yang baru saja ia ambil, meneguknya perlahan.             “Gimana nih, kalao nyak sama bapak curiga kalau aku boong?” ucap Adit setengah berbisik.             Bagaimanapun, Adit harus memikirkan alasan yang tepat agar nyak dan bapak bisa menerima alasan apa lagi yang akan Adit ucapkan seandainya ada hal yang dianggap berlebihan menurut mereka berdua. Kalau dipikir-pikir memang siapa teman Adit yang seroyal itu kepada dirinya, sedangkan keadaan sosial teman-teman Adit Sebagian besar sama dengan dirinya, memang ada yang berkecukupan tapi hanya ada sepersekian persen dan itupun mereka memilih untuk bergaul dengan yang sepadan saja. Biasanya begitu, namun ada juga beberapa teman Adit yang emrupakan orang berpunya namun tak begitu dekat dengannya hanya sekadar kenal saja.             Sambil memikirkan alasan yang tepat nantinya, agar tak hanya menggukan kata ‘teman’ sebagai tameng. Adit memejamkan mata dan tak lama kemudian ia pun tertidur. Di tempat lain, Pak Suryo pun sedang tidur, lagi-lagi dia bermimpi. Mimpi yang mengarahkan dia bahwa apa yang sedang ia cari smeakin dekat. Bahwasanya tempat di mana sumpit itu berada memanglah berada di tempat yang anak buahnya ceritakan, harus dipercepat agar tak semakin banyak orang yang tahu keberadaan sumpit ajaib. Ada banyak orang juga yang menginginkan apa yang Pak Suryo inginkan. Saingan yang juga berusaha untuk mendapatkan benda yang bisa membuat siapa saja yang memilikinya akan Makmur jaya, memiliki segalanya, dan tak perlu bersusah payah bekerja keras karena hanya dengan sedikit membayangkan sesuatu maka semua akan menjadi kenyataan. Pak Suryo terbangun karena merasa, ada seorang anak remaja laki-laki yang berusaha untuk merebut sumpit ajaib yang sempat berada di tangan Pak Suryo.             Pak Suryo pun terbangun, mnegelap sedikit keringat di dahinya. Menyandarkan badan di tepi ranjang yang berukuran besar. Kemudian emmandang istrinya yang tengah terlelap, mengelus pucuk kepala mama Hana sejenak sebelum beranjak untuk mengambil air minum di naks dekat tempat tidur. Setelahnya, ia pun harus mengambil tindakan cepat agar tak kedahuluan oleh orang lain, jangan sampai ada yang mendahuluinya untuk bisa menddapatkan sumpit yang ajaib itu. Harus segera dipersiapkan semuanya, secepatnya akan ia hubungi anak buah yang bekerja pada dirinya untuk mengurus segala keperluan di sana agar ia dan keluarga bisa segera pindah ke sana.             “Urus segera, keperluan di sana. Saya harus segera pindah, sebelum ada yang lebih dulu menjegal aa yang saya cari” isi pesan yang Pak Suryo kepada anak buahnya.             Tak lama kemudian ia merebahkan diri lagi karena masih terlalu cepat dirinya bangun. Akhirnya, Pak Suryo pun terlelap kembali. Berusa sedikit lebih tenang walaupun banyak hal yang bercamuk di dalam d**a, siapa sosok laki-laki tanggung yang ada di mimpinya. Lelaki yang ia terka tak jauh berbeda usianya dengan Hana, anak semata wayangnya.             “Bang, bangun. Ntar kesiangan lo, udeh setengah enam nih” ujar Adhim sambil menggerak-gerakkan tangan abangnya yang masih asyik bergelung dnegan selimut dan guling yang sudah lumayan kempes karena lama tak diisi kapuk lagi.             “Iye Dhim”sahut Adit smabil mengerjap-ngerjapkan matanya. Berusaha melawan rasa kantuk daripada nanti kena omelan nyak karena Adit bangun kesiangan dan alhasil membuat dirinya terlambat, apalagi sekarang tugas Adit mengantar Adhim terlebih dahulu supaya bapak bisa mengojek lebih pagi daripada sebelum-sebelumnya. Lumayan kalau bapak bisa mengantar penumpang yang minta antar ke kantor, tetangga yang minta anaknya di antar ke sekolah dan lain sebagainya. Alhasil, pemasukan buat Bapak bisa sedikit lebih meningkat, tapi Namanya rezeki tidak tentu. Ya kadang banyak, kadang sedikit.             
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD