bc

MEMBUNGKAM HINAAN MEREKA

book_age18+
23
FOLLOW
1K
READ
HE
drama
small town
like
intro-logo
Blurb

Tidak hanya dihina oleh para tetangga, Aretha juga direndahkan oleh suaminya sendiri dan juga keluarganya, namun yang lebih parahnya lagi, keluarga dari pihak Aretha sendiri tidak ada yang mau membelanya.Hingga kemudian Aretha dan Fauzan bercerai, sebab Fauzan ketahuan selingkuh, dan setelah itu Aretha memilih pergi dan menjauh dari mereka semua.Hingga beberapa tahun kemudian, Aretha akhirnya kembali lagi untuk membungkam hinaan mereka semua.

chap-preview
Free preview
Part 1
"Retha, cepat sapu lantainya!" teriak Yuni, yaitu ibu mertuanya Aretha. Belum sempat Aretha menyahut, dari arah belakang pundak Aretha ditepuk oleh Nina, yaitu adik iparnya. "Mbak, tolong cucikan bajunya Nilna dulu, dia habis gumoh, takutnya membekas nanti." Menyodorkan baju bayi yang terlihat kotor dan juga bau. "Iya, kamu rendam dulu aja, nanti setelah aku selesai nyapu--" "Aduh, Mbak. Sekarang aja, nanti kalau membekas dan bau, kamu mau gantiin dengan yang baru?" "Tapi--" "Retha, .... cepetan!!! Teman-teman Ibu sudah hampir sampai ini, dan rumah masih berantakan!" "Iya, Bu, ...." Lalu tanpa mempedulikan Nina lagi, Aretha langsung pergi ke ruang tamu untuk menuruti perintah ibu mertuanya. "Dari tadi dipanggil baru nongol, lelet banget jadi orang! Kamu sengaja ya mau bikin Ibu malu!" Yuni langsung mengomel, sedangkan Aretha hanya bisa menghela napas panjang. Sabar ... sabar ... sabar ... Aretha hanya bisa merapalkan kalimat itu untuk menghadapi semua orang yang ada di sini. Tepat setelah Aretha selesai menyapu lantai ruang tamu, teman-teman Yuni datang, dan Aretha kembali disuruh Yuni untuk membuatkan minuman untuk mereka. Namun, saat hendak berjalan menuju dapur, Aretha melihat baju bayi yang teronggok di lantai. "Ini pasti bajunya Nilna tadi, astaga ... tinggal direndam dulu aja, kenapa Nina tidak mau melakukannya sih ...." keluh Aretha seraya memungut baju bayi tersebut. Sambil menaruh sapu di belakang, Aretha terlebih dahulu membilas noda di baju Nilna, lalu kemudian ia merendamnya. Namun, saat Aretha baru saja selesai merendam baju tersebut, ibu mertuanya yang tidak sabaran itu menghampirinya di dapur. "Astaga ... Aretha! Dari tadi kamu ngapain aja sih? Sudah Ibu suruh bikin minuman, tapi malah kelayapan di belakang! Kamu benar-benar sengaja mau bikin Ibu malu ya!" "Nggak, Bu. Aku lagi ngrendam bajunya Nilna yang terkena gumoh. Nina nya tadi nggak mau disuruh ngrendam, jadi aku--" "Halah, dasar kamu nya aja yang lelet. Ngrendam baju gitu aja lama banget! Udah, sekarang cepat kamu bikinin minuman untuk tamu-tamu Ibu!" "Baik, Bu." Lagi-lagi Aretha hanya bisa menghela napas panjang, ia sudah biasa menjalani kehidupan seperti ini, Aretha hanya dianggap seperti pembantu di rumah ini. Jika ada yang tanya, apakah Aretha tidak pernah marah? Ia tentu sangat marah, bahkan saking kesalnya ia ingin mencekik keluarga ini satu persatu. Namun, jika ia melakukan itu, bisa-bisa dia dipenjara, lalu bagaimana nasib Vano nantinya? Yaitu anaknya yang masih bersekolah TK. Dan, alasan ini jugalah yang membuat Aretha masih bertahan tinggal di rumah ini. Aretha yang tidak diperbolehkan Fauzan bekerja, ia jadi bergantung hidup pada suaminya tersebut. Apalagi keluarganya Aretha sendiri sudah tidak mempedulikannya lagi, sebab selama ini Aretha hanya tinggal bersama pamannya, karena kedua orang tua Aretha sudah meninggal semenjak ia kecil. Aretha yang sudah pernah merasakan hidup tidak adil selama ia tinggal bersama dengan paman dan juga keluarganya, maka ia tidak kaget lagi ketika mendapat perlakuan seperti ini dari keluarga suaminya. Setelah selesai membuatkan minuman, Aretha langsung mengantarnya ke ruang tamu. Namun, di sana ia kembali mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari ibu mertuanya, dan juga teman-teman mertuanya. "Owalah, ini to menantumu, Mbak Yun. Beneran biasa aja ya, pokoknya jauh banget sama Nila, pantas kamu nyesel jadiin dia menantumu," sindir salah satu tamu dengan senyum mengejek. "Iya, padahal kalau Nila yang jadi menantuku. Uhh ... hidupku pasti bahagia sekali. Tapi, lugunya si Fauzan dulu, malah milih dia daripada putrimu yang cantik itu." "Aduh, sayang sekali ya, Bu Yuni. Padahal kalau kamu berbesan dengan Bu Retno, pasti hidupmu lebih menyenangkan lagi," timpal tamu yang lain. "Iya, benar itu," sahut yang lainnya yang juga ikut menimpali perkataan ibu tersebut. "Iya, sebenarnya aku ya inginnya besanan sama Bu Retno. Tapi, mau bagaimana lagi? Fauzan sudah terlanjur nikah sama dia," "Eh, tapi kan si Nila belum menikah, terus laki-laki kan boleh menikah sampai empat kali. Ya ... mungkin saja kalau si Nila mau gitu, hehehe ...." celetuk salah satu ibu-ibu yang semakin tidak mempedulikan keberadaan Aretha yang masih berada di tengah-tengah mereka. Sedangkan Aretha yang sedari tadi diam dan hanya fokus menyuguhkan minuman saja, kini ia melirik ibu-ibu tersebut. "Apa maksud orang ini? Mau nyuruh Mas Fauzan poligami gitu? Heh, tentu tidak akan bisa! Sebab aku tidak akan pernah mengizinkannya," batin Aretha kesal. Sedangkan Yuni yang melihat Aretha mulai bereaksi setelah mendengar perkataan temannya, bukannya menyejukkan perasaan Aretha, namun Yuni malah tambah memperkeruh perasaan Aretha. "Oh, iya, ya ... kalau begitu nanti aku coba ngomong sama Fauzan saja, ya kali aja dia mau. Tapi, asalkan boleh sama Bu Retno, hehehe ...." "Kalau aku sih terserah Nila nya saja, sebab bagiku yang utama itu adalah kebahagiaan anak-anak," timpal Retno yang membuat hati Aretha semakin tergerus oleh emosi. Aretha yang merasa tidak kuat mendengar ini lebih jauh lagi, ia lantas langsung pergi ke dapur tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun. Sesampainya di dapur, napas Aretha jadi ngos-ngosan karena marah, ia tidak menangis ataupun sedih setelah mendengar kalimat-kalimat menyakitkan itu, sebab dirinya bukanlah tipe wanita yang cengeng. Aretha memang tidak mau meminta cerai duluan, meskipun ia selalu disakiti oleh keluarga suaminya. Namun, bukan berarti Aretha adalah sosok istri yang bucin pada suaminya. Akan tetapi, ia hanya memikirkan nasib anaknya jika mereka berdua berpisah nanti. Dan, bukan berarti juga Aretha tidak berani meminta pisah jika sampai Fauzan berani berpoligami, sebab selain masa depan Vano yang ia jadikan alasan untuk mempertahankan pernikahan ini, namun kesetiaan Fauzan lah yang juga jadi pegangan kuat untuk ia tetap mempertahankan rumah tangga ini. Akan tetapi, jika saja Fauzan sampai mau menikah lagi, maka pernikahan ini akan benar-benar berakhir. "Astaga ... kok ada ya, di dunia ini perempuan yang hidup macam mereka semua, bisa-bisanya mereka mengatakan itu di depanku." Aretha benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan ibu mertuanya dan juga teman-temannya itu. Dan, karena mentang-mentang selama ini Aretha adalah sosok istri yang pendiam dan juga penurut, sepertinya semua orang mengira bahwa ia adalah seorang wanita yang lemah, dan akan menerima saja jika direndahkan seperti ini. Kesabaran sebenarnya tidak ada batasnya, karena para nabi selalu diberi ujian berat, namun kesabaran mereka tidak pernah habis. Akan tetapi, bagi manusia biasa seperti Aretha, perlakuan dan perkataan semena-mena orang itulah yang membuat kesabaran itu jadi berbatas. "Huh! Spertinya karena selama ini aku selalu diam, maka mereka jadi terbiasa menginjak-injak harga diriku. Kalau begitu baiklah, mulai sekarang aku tidak akan diam lagi jika ada orang yang menyinggungku."

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
460.7K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
492.8K
bc

The Perfect Luna

read
4.0M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
598.4K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
462.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook