Pertemuan

985 Words
Dor, dor, dor. Suara tembakan bertubi-tubi menggema di sebuah gudang kosong, terlihat lima orang yang tengah berlutut dengan tangan yang terikat ke belakang. Dua orang lainnya sudah terkapar bersimbah darah. Terlihat seorang wanita tengah mengacungkan senjatanya ke arah salah seorang pria yang tengah berlutut. "Siapa yang menyuruh kalian?" Pria tersebut hanya diam tak menjawab pertanyaan wanita itu, ia kemudian menembak satu persatu pria lain yang tengah berlutut di sampingnya. "Kau masih tidak mau menjawab, baiklah sepertinya kau ingin mati bersama teman - temanmu." "King, mereka menyuruh kami. Tolong lepaskan aku." smirk terpatri di bibir manis wanita itu. "Apa kau tau siapa aku, apa kau mengenali wajahku?" ia berlutut di depan pria tersebut. "Aku tidak tau, ak, aku tidak tau kalau kau pemim-." dor! "Berarti kau mengenali ku bodoh! bereskan semuanya jangan sampai ada jejak yang tertinggal." Wanita itu pergi meninggalkan para pria yang memakai baju hitam untuk membereskan mayat - mayat yang bergeletakan. Kanada menjadi negara maju dengan jaringan perdagangannya yang sangat pesat, para mafia pun berkembang dengan baik di sana. 5 tahun tinggal di Kanada, Alkeyadra tubuh menjadi gadis yang cantik dan ceria. Ia bekerja mengurus sebuah cafe kecil yang di berikan oleh Demian. Setiap paginya ia akan di sibukkan dengan banyak pengunjung yang datang. Tak hanya sendiri, Key di temani oleh Kenan dan Baraq dalam menjalankan bisnis cafe tersebut. "Ku dengar mereka akan menjual sapi panggang malam ini," ucap Kenan "Benarkah, sepertinya kita harus ke sana." Key tersenyum sambil membawa nampan yang berisi makanan yang di pesan oleh pengunjung. Dengan gesit ia membawa nampan tersebut dan menyajikan di meja pengunjung. "Silahkan, ada yang bisa di bantu lagi pak?" "Alkeyadra Orzola, senang bertemu denganmu. Bisa kita bicara sebentar?" "Maaf saya tidak mengenal anda" "Perkenalkan nama saya Altan Xavier Dimitri kakak kandung Lukas." Kiara membeku menatap pria yang ada di hadapannya tersebut. Dengan canggung Key mengajak Altan untuk berbincang di samping cafe. Altan terus menatap Key dengan tatapan yang sulit di artikan. "Lama tidak bertemu, kamu sangat berbeda sekarang," ucap Altan sambil menyecep minumannya. "Aku tidak mengenalmu." Key mulai berbicara non formal. "Aku pernah melihat mu saat Lukas datang mengunjungi mu yang sedang sakit, ah mungkin kau lupa." "Maaf jika kau kesini hanya ingin membicarakan masa lalu sebaiknya kau pergi saja." Key beranjak dari kursinya "Menikahlah dengan ku." "Ck! apa kau sedang mabuk tuan, sepertinya otak mu terganggu cukup parah." "Hai Key, apa dia uncle mu," ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja datang "Ah bukan, dia hanya tersesat menanyakan jalan pada ku." Key berjalan meninggalkan Altan Ia menyeringai "uncle apa aku setua itu?" batin Altan, ia beranjak dari kursinya dan berjalan menuju sebuah mobil sport berwarna putih. *** Jonathan tertawa terbahak-bahak mendengar Altan yang tengah kesal karena disebut uncle oleh seorang wanita paruh baya. Ia terus memperhatikan wajahnya di depan cermin. "Kau memang sudah tua, hahahaha. pantas kau di tolak oleh gadis itu karena kau terlihat tua baginya." "Hey berhentilah tertawa, usiaku masih 28 tahun, para model super cantik saja mengantri untuk ku tiduri. Dia saja yang tidak memiliki mata yang normal, aku jamin dalam waktu satu minggu dia akan bertekuk lutut di hadapanku." Altan menyibakkan rambut panjangnya kemudian mengikat lagi rambutnya. "Kau harus merubah penampilanmu agar terlihat lebih muda." Pagi harinya Key seperti biasa membawa belanjaannya, ia melewati seorang pria yang tengah berdiri di sebuah mobil yang terparkir di depan cafenya. Pria itu terus menatap Key, namun ia sama sekali tidak mempedulikannya. Key mengedipkan matanya menyapa Kenan yang tengah membawa pesanan pengunjung. Baraq yang mengetahui Key membawa barang yang ia butuhkan segera menghampirinya. "Apa sapi panggang nya enak," goda Baraq. "Ehm, sudah ku lahap semua, oya nanti malam jangan sampai rencana kita gagal oke." "Kau tak perlu ikut biar kami yang mengurusnya." "Ku serahkan padamu anak pintar," sambil menepuk b****g Kenan Altan terlihat risih sedari tadi memperhatikan Key yang sedang berbicara dengan kedua teman pria nya. Ia kemudian berjalan menuju meja kasir untuk menemui Key. "Bisakah kita bicara sebentar nona Alkeyadra." Key akhirnya mengikuti langkah Altan, "Perlu aku temani," ucap Kenan. Key menggelengkan kepalanya sambil melakukan wink kepada Kenan. Sebenarnya kemarin setelah bertemu dengan Altan Key langsung mencari tau profil Altan. Yang paling mengejutkan bagi Key saat ia mengetahui jika Altan merupakan seorang bos mafia. Altan tidak hanya mengurus bisnis keluarga Dimitri, ia juga mengurus bisnis ilegalnya yang bernama Santori. "Siapa kau," ucap Key "Apa kau tidak mengenaliku, kemarin baru saja kita bertemu. Apa sekarang kau sedang terpesona dengan penampilan ku, tutup mulutmu air liur mu menetes." "Ck! selain gila sepertinya kau memiliki penyakit star sindrom." Key membalikan tubuhnya namun Altan langsung menarik tangannya, membawanya masuk kedalam mobil. Sepanjang perjalanan baik Altan mau pun Key tidak ada yang memulai pembicaraan hingga akhirnya mobil yang dikendarai Altan berhenti di sebuah gedung tinggi yang diperkirakan memiliki 35 lantai. Altan keluar dari mobil dan berjalan memutar membuka pintu untuk Key serta menggandeng tangannya. "Lepas, lepas kau mau bawa aku kemana!" Key menghempaskan tangan Altan Semua mata menatap ke arah Key mendengar teriakannya, "Apa aku harus menggendong mu?" Sambil menahan rasa malu, Key mengikuti langkah Altan. Semua orang menyapa Altan dengan hormat, bahkan mereka menunduk tak berani menatap Altan. "Dia berbeda dengan Lukas," desis Key Ceklek. "Masuklah." Key terus berjalan mengikuti langkah Altan, "Duduklah." Altan berjalan ke rak buku mengambil sebuah buku kecil yang terlihat seperti diary. "Ini untuk mu, itu buku diary Lukas." Key diam tak berani mengambil diary itu. "Aku ingin menebus semua kesalahan yang telah ia lakukan kepada mu, maaf karena dia telah jahat dan bahkan menorehkan luka yang membekas di hati mu." "Harusnya dia yang menebus semua kesalahannya bukan kau" Key menatap mata Altan "Kau dan dia berbeda tapi memiliki sifat yang sama, sama-sama licik." Terlihat buliran air mata menetes di pipi Key namun langsung ia tepis dengan jarinya. "Ku mohon berhentilah menemui ku." Key berlalu meninggalkan Altan yang diam terpaku. "Kau jahat Lukas, kau benar-benar telah membuatnya terluka parah. Aku harus bisa membuatnya bahagia," sambil menatap punggung Key yang semakin jauh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD