Dua

1166 Words
Pagi-pagi sekali Nyonya Wisesa sudah bersiap pergi. Diantar sang supir menuju kawasan pemukiman padat penduduk di selatan Jakarta. Sebuah map dibacanya selama dalam perjalanan. Map yang berisi laporan orang kepercayaannya. "Assalamualaikum" Ucap Nyonya Wisesa di depan pintu sebuah kontrakan "Wa alaikum salam" Sarah segera membuka pintu, dilihatnya seorang perempuan berusia 50an berbalut celana panjang cream , blous putih dan blazer yang senada dengan warna celananya. Walau tampilannya sederhana namun sangat berkelas. "Perkenalkan saya Anggita Prameswari Wisesa, saya punya penawaran untuk Anda." “Maksud anda?” “Tawaran pekerjaan” "Pekerjaan? Mari kita bicara di dalam Nyonya" Sarah merasa tidak sopan jika mereka bicara di luar. Tidak ada sofa di kontrakan Sarah hanya karpet yang digelar di ruang depan. Ruangan yang biasa menjadi tempat main Ayu. Nyonya Wisesa memperhatikan sekeliling. "Silakan duduk , maaf tidak ada kursi kita duduk di bawah saja." Kata Sarah mempersilakan. "Baik langsung saja ya, saya ingin menawari dek Sarah sebuah pekerjaan" Nyonya Wisesa duduk dengan posisi tidak nyaman. "Pekerjaan? Saya sudah bekerja Nyonya" jawab Sarah "Saya bisa menggaji 3 kali lipat dari pekerjaan dek Sarah di minimarket." Bagaimana dia tahu aku kerja di minimarket?3 kali lipat? Batin Sarah bertanya. Sarah berpikir sejenak dan mulai tertarik dengan penawaran nyonya Wisesa mengingat harga-harga kebutuhan yang terus meroket dan kondisi kesehatan Ayu yang sering sakit belakangan ini. "Kalau boleh saya tahu pekerjaan apakah itu?" Tanya Sarah "Menjadi perawat anak saya" Jawab Nyonya Wisesa masih dengan posisi tidak nyaman. "Saya tidak punya pendidikan perawat, cuma lulusan SMK biasa. Bagaimana bisa saya merawat anak nyonya?!" "Perawat kesehatannya sudah ada, tugas kamu hanya menemaninya dan memastikan anak saya makan dan meminum obatnya. Ini kartu nama saya, datanglah besok ke rumah saya. Saya permisi" Nyonya Wisesa pergi tanpa menunggu jawaban Sarah, ia sangat yakin Sarah akan menerima tawarannya. Seperti biasa Sarah menjalani rutinitasnya, menitipkan Ayu pada Mak Haji lalu berangkat bekerja dan pulang di sore hari. "Sar, kayaknya Ayu demam nih. Panas" Mak Haji melaporkan kondisi Ayu begitu Sarah tiba di rumah. "Ibu...hu...hu..hu..." Ayu menangis "Cep...cep...cep, Ayu demam ya? Tunggu ibu ganti baju sebentar ya terus kita ke dokter" Sarah mengusap-usap kepala Ayu penuh rasa sayang. Sarah segera mengganti seragamnya dan membawa Ayu ke klinik dekat rumahnya. Sang dokter memeriksa Ayu dengan teliti lalu mengajak Sarah bicara "Bu, dalam sebulan Ayu sudah 3 kali demam tanpa sebab yang jelas. Sebaiknya Ayu di periksa lebih detail di Rumah Sakit." "Baik dok" Jawab Sarah lalu menyelesaikan administrasi dan kembali ke rumah. Semalaman Sarah berpikir, pemeriksaan intensif di Rumah Sakit membutuhkan biaya yang lumayan sementara tabungannya sudah tidak memadai. Akhirnya Sarah memutuskan untuk menerima tawaran nyonya Wisesa. Sore hari sepulang bekerja ia bersiap ke rumah nyonya Wisesa, setelah Ayu dititipkan kepada Mak Haji Sarah berangkat menuju alamat yang tertera pada kartu nama Nyonya Wisesa. Sarah membaca kartu nama yang diberikan Nyonya Wisesa dan memastikan alamat yang ditujunya sudah benar. Dilihatnya sebuah rumah megah bergaya mediteranian. Lampu-lampu di rumah itu telah dihidupkan menyambut malam yang sebentar lagi tiba. Sarah berdiri di depan gerbang lalu seorang satpam datang menghampirinya dengan wajah terkejut ia menanyakan keperluan Sarah. Sarah menjelaskan keperluannya sekaligus memperlihatkan kartu nama Nyonya Wisesa. Mendengar penjelasan Sarah sang penjaga keamanan lalu memanggil seorang pelayan untuk mengantar Sarah masuk ke dalam. Bersama sang pelayan Sarah berjalan menuju bangunan utama. Di kanan dan kiri jalan tanaman dari berbagai jenis tumbuh subur dan terawat. Sampai di bangunan utama Sarah menunggu di ruang tamu. “Akhirnya kamu datang juga” Nyonya Wisesa turun dari sebuah tangga melingkar. Sarah berdiri menyambut. “Saya sudah memikirkan baik-baik tawaran Nyonya” Ucap sarah begitu keduanya sudah duduk di sofa. “Keputusanmu?” tanya Nyonya Wisesa sambil menyilangkan kakinya “Saya menerima tawaran Anda” "Syukurlah kau menerima tawaranku Sarah" "Siapa yang harus saya rawat?" "Mari ikut saya" Nyonya Wisesa mengajak Sarah ke sebuah kamar yang luasnya 3 kali lebih besar dari kontrakannya dengan teras kamar yang menghadap langsung ke taman samping. Seorang pria berkursi roda bersama perawatnya terlihat di teras kamar, menatap ke arah taman. "Yang di kursi roda itu anak saya Satria Abimanyu Wisesa, sudah 6 bulan ini di kursi roda. Dia mengalami depresi setelah kecelakaan." Nyonya Wisesa mengajak Sarah mendekati Satria. Nyonya Wisesa menepuk bahu Satria yang memandang dengan tatapan kosong. "Satria, ini Sarah dia yang akan membantu merawatmu" Satria meilihat ke arah Sarah. "Elvira...Elvira maafkan aku!" Satria menggenggam erat tangan Sarah. "Saya bukan Elvira, saya Sarah anda salah orang!" Sarah menarik paksa tangannya. "Maafkan aku Elvira! Maafkan aku! " Satria menangis. "Satria ini Sarah bukan Elvira, Elviramu sudah meninggal nak!" Nyonya Wisesa menatap Satria sambil memegang tangannya lalu memeluknya sampai Satria tenang. Satria kembali terdiam. Nyonya Wisesa melepaskan tangannya dan mengajak Sarah keluar kamar. "Satria depresi setelah calon istrinya wafat dalam sebuah kecelakaan, ia menyalahkan dirinya sendiri karna saat itu terjadi Satrialah yang menyetir mobil." Nyonya Wisesa menjelaskan kondisi satria di depan pintu kamar. "Maaf nyonya saya tidak bisa menjadi perawat anak nyonya, saya tidak bisa menjadi orang lain." Sarah menggeleng-gelengkan kepalanya. "Saya tidak meminta kamu menjadi Elvira, tetaplah menjadi Sarah. Saya membutuhkan kamu untuk membujuk Satria agar mau makan dan terapi. Selama ini Satria tidak mau makan dan tidak mau terapi. Dia kehilangan semangat hidupnya" Nyonya Wisesa menatap Sarah "Saya bukanlah yang dia butuhkan Nyonya" "Sarah, saya sudah mengkonsultasikan ini pada dokter. Saya harap kamulah jawaban atas doa-doa saya selama ini" "Tapi nyonya, saya tidak..." Nyonya Wisesa menangis sambil memegang tangan Sarah. "Saya mohon Sarah, saya akan memberikan apapun yang kamu mau. Begini saja, cobalah seminggu merawat Satria kalau tidak ada kemajuan kamu boleh berhenti. Saya seorang ibu, kamu juga seorang ibu kan. Kamu pasti bisa memahami perasaan saya ketika melihat anak kandungmu sakit tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Please... bantu saya!" Naluri keibuan Sarah terpancing, akhirnya Sarah memutuskan untuk mulai bekerja merawat Satria. Sarah menggangguk. "Prang!" Suara piring pecah mengagetkan nyonya Wisesa dan Sarah. Mereka segera masuk ke kamar Satria. "Maaf nyonya tuan muda tidak mau makan, ia melempar piringnya" Adi pria yang selama ini merawat Satria angkat bicara sementara bi Inah tergopoh-gopoh datang untuk membersihkan lantai yang terkena pecahan piring. "Ambilkan makanan lagi!" Perintah Nyonya Wisesa pada Adi. "Sarah, kau bisa mulai bekerja dengan membujuk Satria untuk makan" Sarah berjalan mendekati Satria sambil membawa piring berisi sandwich yang sudah dipotong kecil-kecil. Sarah duduk di depan Satria, ia meletakkan piring di meja. "Tuan Satria ayo sarapan dulu" Satria menatap tajam Sarah. "Elvira..." Mata Satria berkaca-kaca, tangannya memegang tangan Sarah. Perlahan Sarah melepaskan tangan Satria lalu menatap Satria. "Tuan saya Sarah bukan Elvira. Sa-rah. Ayo dimakan sarapannya!" Satria menjauhkan piring dari dirinya. "Sayang sekali, sandwich ini kelihatannya enak. Banyak orang di luar sana yang sulit mendapatkan makanan karena harga semakin mahal. Anda sangat beruntung, Allah memberi anda nikmat yang sangat banyak. Anda tidak perlu kelaparan semua sudah tersedia. Tidak banyak orang seberuntung anda, maka bersyukurlah. Saya rasa nona Elvira juga tidak ingin melihat anda seperti ini.Makanlah Tuan!" Sarah membujuk Satria dengan tatapannya yang dalam. Perlahan Satria mengambil garpu dan memasukkan sepotong sandwich ke dalam mulutnya. Nyonya Wisesa dan perawat Adi tersenyum menyaksikan bagaimana Sarah membujuk Satria.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD