11

758 Words
Bab 3: Pesan dari Masa Lalu (Lanjutan) Malam itu, setelah bertemu dengan dukun tua, Aria dan Keira merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri mereka. Perasaan dan kenangan dari kehidupan sebelumnya seperti menjadi lebih nyata, seolah-olah pintu yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini mulai terbuka. Meski mereka belum sepenuhnya memahami apa yang harus dilakukan, sebuah keyakinan kuat tumbuh di hati mereka—keyakinan bahwa mereka memiliki misi yang lebih besar. Keesokan harinya, Aria dan Keira memutuskan untuk mencari informasi lebih lanjut tentang hal-hal yang diceritakan oleh dukun itu. Mereka mengunjungi perpustakaan kota, berharap menemukan petunjuk mengenai “penjaga keseimbangan” atau kisah-kisah tentang jiwa-jiwa yang terikat oleh takdir. Saat mereka menjelajahi rak-rak penuh buku tua, Keira menemukan sebuah buku berjudul Legenda Jiwa Abadi. Buku itu tampak usang, dengan sampul kulit yang lusuh dan halaman-halaman yang menguning. Keira membuka halaman pertama, dan mereka berdua mulai membaca cerita yang seakan-akan menggambarkan kisah hidup mereka. Buku itu mengisahkan dua jiwa yang terus bereinkarnasi, dipertemukan berulang kali oleh takdir untuk melawan kekuatan gelap yang mengancam keseimbangan dunia. Kedua jiwa ini selalu terhubung oleh “benang merah” yang tidak bisa diputus, yang memandu mereka dalam setiap kehidupan untuk saling melindungi dan mendukung. “Apa kamu merasa ini tentang kita?” tanya Keira, menatap Aria dengan mata yang penuh harap dan kekhawatiran. Aria mengangguk, pandangannya serius. “Semua ini terlalu mirip. Pertemuan kita, mimpi-mimpi itu, dan pesan dari dukun. Sepertinya, buku ini adalah bagian dari teka-teki yang harus kita pahami.” Mereka terus membaca, semakin dalam tersedot oleh cerita dalam buku itu. Mereka menemukan bahwa kedua jiwa tersebut tidak hanya terikat satu sama lain, tetapi juga memiliki kekuatan yang hanya akan bangkit dalam situasi krisis besar. Dalam setiap kehidupan, mereka memiliki kemampuan berbeda—kadang sebagai penyembuh, kadang sebagai pejuang, atau kadang hanya sebagai penjaga rahasia yang dilindungi dari dunia luar. Namun, ada satu hal yang selalu sama: mereka selalu menghadapi pilihan sulit, antara mengikuti jalan takdir atau mengambil jalan yang berbeda. Dalam kehidupan mereka sebelumnya, keduanya telah menghadapi banyak cobaan dan sering harus memilih antara cinta mereka atau tugas menjaga keseimbangan dunia. Ketika mereka selesai membaca, Keira menutup buku itu dengan hati-hati, seolah takut merusak sesuatu yang berharga. “Aria, bagaimana jika kita menghadapi pilihan seperti itu? Apa kita siap untuk melepaskan segalanya demi menjaga keseimbangan?” Aria terdiam sejenak, lalu menatap Keira dengan ketulusan yang dalam. “Aku tidak tahu, Keira. Tapi aku merasa bahwa jika kita dipertemukan oleh takdir, maka kita memiliki kekuatan untuk menghadapi apa pun yang datang. Aku percaya kita bisa menemukan jalan tanpa harus mengorbankan semuanya.” Keira tersenyum, merasa lega mendengar jawaban Aria. Meskipun masih banyak hal yang tidak mereka ketahui, setidaknya mereka memiliki satu sama lain. Di hari-hari berikutnya, perasaan misterius itu semakin kuat. Kadang-kadang, mereka merasa seolah-olah ada bayangan yang mengawasi mereka, namun ketika menoleh, tidak ada siapa pun di sana. Malam-malam mereka pun dihiasi oleh mimpi-mimpi aneh yang semakin jelas, menunjukkan gambaran masa lalu dan kehidupan lain yang pernah mereka jalani. Suatu malam, Aria bermimpi berada di sebuah kastil kuno, dikelilingi oleh api dan suara peperangan yang menggema di sekitarnya. Di tengah medan perang, ia melihat Keira dalam wujud lain—dengan baju besi berkilauan dan pedang di tangannya, melindungi dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Di sisi lain, ia melihat dirinya sendiri berdiri dengan tangan terangkat, menciptakan perisai energi untuk melindungi Keira dari serangan musuh. Ketika ia terbangun, ia menyadari bahwa apa yang ia lihat bukanlah sekadar mimpi, melainkan kenangan dari kehidupan sebelumnya. Kesadaran itu membuatnya merasa lebih terhubung dengan Keira, dan juga memberi petunjuk bahwa kekuatan mereka mungkin mulai bangkit. Keira pun mengalami mimpi yang sama, dan pagi itu, ketika mereka bertemu, mereka menyadari bahwa mereka melihat hal yang sama dari dua sudut pandang. Ini semakin memperkuat keyakinan mereka bahwa mereka adalah penjaga keseimbangan dunia yang sebenarnya. “Aria, mungkin inilah saatnya kita menerima bahwa ini bukan sekadar mimpi atau kebetulan,” ujar Keira dengan tekad yang baru. “Jika kita benar-benar memiliki peran dalam menjaga keseimbangan, kita harus siap menghadapinya.” Aria meraih tangan Keira, menggenggamnya erat. “Aku siap, Keira. Apa pun yang harus kita lakukan, aku akan selalu berada di sisimu. Kita akan menemukan jawabannya bersama.” Di bawah langit pagi yang cerah, mereka berdiri dengan hati yang penuh keyakinan. Mereka belum tahu apa ancaman yang akan datang, tetapi mereka siap menghadapi apa pun yang diperlukan untuk memenuhi takdir mereka. Mereka percaya bahwa benang merah takdir ini tidak akan pernah membawa mereka ke jalan yang salah, dan bahwa perjalanan ini hanyalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD