desi

1031 Words
"ma aku berangkat sekolah dulu ya," ucap gadis yang seumuran dengan Julian itu ya dia adalah Desi anak pintar, cerdas dan murah hati, tapi membenci kenakalan. "Sayang kamu gak sarapan dulu ini sarapannya hampir jadi sayang," jawab bundanya dari dalam dapur yang sedang memasak, untuk sarapan mereka. "Gak usah bun nanti aku sarapan di luar, ada banyak yang harus aku selesain di sekolah," ucapnya lalu salam ke bundanya dan langsung berangkat. Desi anak yang begitu peduli dengan waktu, dia sampai di sekolah paling awal, sebelum pengurus sekolah sampai dia sudah sampai di sekolah. Dia sangat peduli dengan waktu, waktu dia sampai di sekolah dia mengerjakan yang di perlukan di sekolah, seperti mempersiapkan data siswa untuk saat ini dan juga dia membersihkan sekolah dan juga ruang kelasnya. karna itu gurunya sangat menyayanginya, selalu tanjung dengan ketertiban dan prilakunya, dia selalu di sebut sebagai contoh di sekolah dan sebagai teladan bagi teman temannya. Berbanding terbalik dengan Julian, walaupun sama sama pintar dan berbakat, tapi Julian paling malas dengan waktu dia seolah olah menyia- yia kan waktu, dan karna ini pula mereka saling benci, karna selain Desi di sekolah tidak ada yang berani membentak dan menegur Julian. Begitupun dengan Desi dia paling benci siswa yang membantahnya. Suatu saat Desi naik menjadi ketua OSIS di sekolah dia di perintah oleh gurunya untuk memberi teladan untuk semua siswa siswi di sekolahnya. Pernah suatu saat Julian berangkat sekolah pagi sekali karna dia di rumah tidak tau kenapa gak bisa tidur sewaktu bangun jam 4 pagi, dia mencoba tidur lagi tapi tidak bisa, akhirnya dia pun putus asa, tepat jam 5:30 dia memutuskan berangkat kesekolah. "Mami, papi aku berangkat kesekolah ya," ucapnya sambil berpamitan ke kedua orang tuanya. Melihat Julian yang berangkat begitu pagi, orang tuanya pun sangat terkejut, karna ini sejarah bagi mereka melihat Julian berangkat begitu pagi, Karna biasanya Julian akan berangkatnya paling pagi itu jam 7:30 itupun kalo maminya dan papinya memaksanya bangun untuk suatu hal. "Kamu gak sarapan dulu an," tanya intan maminya Julian bertanya,"ah gak usah mi nanti Julian mampir di warung sebelah," jawabnya Tampa lama lama, diapun langsung menyalakan mesin motornya untuk siap berangkat. Sesampainya di parkiran motor, karna dia lagi tidak fokus mengendarai motornya dari rumah. Dan tepat di depan parkiran dia menabrak seorang gadis." Aw, hai dasar buta kau kalo mengendara pake mata, terus memandang kedepan," omel gadis yang di tabrak itu, membuat Julian tersadar kalo dia menabrak seorang gadis untung saja gak terlalu keras karna dia tadi tidak mengendarai motornya seperti biasa yang ugal ugalan, karna dia lagi tidak fokus dengan fikirannya yang membuatnya dari tadi malam tidak bisa tidur, entah fikiran apa itu dia juga tidak tau. Karna biasanya dia tidak pernah begini. "Lo yang buta, kalo jalan liat liat dong, untung gue gak ngebut, coba saja kalo ngebut Lo sudah tinggal nama," jawabnya kesal karna merasa ada yang menghalangi jalannya. "Malah ngomel balik ya jelas jelas Lo yang mengendara gak liat liat, sampai nabrak orang yang jalan santai gini," jawab Desi tidak mau kalah." terserah, awas minggir gue mau lewat", ucapnya dingin tidak merasa bersalah sedikitpun,"aaw.. sakit," perih Desi merasakan sakit di kaki kanannya karna itu tadi kena tabrak karna tidak tahan dia mengaduh karna benar kesakitan. Melihat Desi yang mengaduh kesakitan dan jalan compang camping, dia hanya cuek malah menyindir,"rasain tuh lain kali jalan pake mata jangan pake otak," sindirnya langsung pergi meninggalkan Desi yang mengaduh kesakitan. Melihat Julian yang gak peduli dengannya karna akibat laki laki itu dia jadi kesakitan. dia sangat membenci Julian, sejak saat itu Desi tidak menyukai Julian karna tidak merasa bersalah sedikitpun begitupun dengan Julian dia juga merasa tidak menyukai gadis yang keras kepala seperti Desi. Dan itu jadi awal permusuhan mereka. **** Sampai di depan kelas Desi, duduk di kursi yang berada di depan kelasnya, dia mengurut kakinya yang masih terasa sakit dengan kedua tangannya. "Sialan gara gara laki laki itu gue gak bisa bersihin kelas hari ini, aduh sakit sekali, gak gak gue harus kuat," ucapnya semangat, dan tiba tiba kedua sahabatnya Ririn dan sisi datang, melihat Desi yang tumben duduk di depan kelas mereka sambil memegang kaki kanannya mereka pun menghampirinya, "Des kamu kenapa, gak apa apa kan?, Keliatannya kaki mu sakit," tanya mereka berdua melihat raut wajah Desi yang mengerutkan alisnya, mereka jadi sadar kalo Desi memang sedang kesakitan. " Tidak apa apa kok aku baik baik saja tadi hanya tidak sengaja terpeleset pas turun dari mobil," jawabnya berbohong karna dia gak mau, membuat kedua sahabatnya itu mengetahui masalahnya. "Makaknya lain kali pasang mata di depan, terus jangan melamun kalo jalan biar gak menabrak sesuatu," tiba tiba terdengar suara Julian yang berjalan ke arah kantin sekolah. Melihat Julian yang berjalan cuek nan dingin itu Annisa menatapnya benci, melihat Julian yang lewat kedua sahabat Desi pun terpesona melihat ketampanan Julian, tapi mereka sadar dengan ucapan Julian tadi, dia pun balik menatap mata Desi, terlihat di mata Desi kali dia sangat membenci Julian, maka merekapun berfikir kalo semua yang terjadi sama Desi ada kaitannya dengan Julian. "Desi apa kaki mu yang sakit ada kaitannya dengan Julian?," Tanya sahabatnya tapi Desi sama sekali tidak menjawab pertanyaan mereka. Melihat Desi tidak menjawab mereka, mereka hanya bernapas panjang karna mereka mengenal baik Desi, gadis yang tidak pernah sekali mengeluh atau bercerita tentang masalahnya sedikitpun kepada mereka, walaupun mereka sahabat baiknya selama menginjakkan kakinya di sekolah ini. Kepribadian Desi mereka sangat mengenalnya gadis baik rajin, berbakat dan juga ramah ini, tapi yang mereka tidak mengerti kenapa setiap Desi bertemu dengan Julian, mereka sama sama saling cuekin malah saling sindir, padahal Desi gadis yang ramah tapi kalo sama Julian dia akan bersifat dingin. Mereka sebagai sahabatnya pun bingung dengan Hubungan mereka yang seperti tikus dan kucing. " Bik kopinya satu," pesan Julian setelah sampai di kantin sekolah, mendengar suara Julian yang memesan kopi pun Mpok Imah langsung membuat kan kopi buat Julian. "Baik den Julian tunggu sebentar," ucap Mpok Imah ramah, di sekolah ini cuma dua orang yang di sebut den dan non, di sekolah ini karna dia mengenal kedua orang tua mereka yang orang tidak sembarangan di kota ini, yaitu Julian dan siapa lagi kalo bukan Desi. Mengingat kedua orang tua mereka bersahabat sejak kecil tapi beda dengan anak mereka yang sekarang bermusuhan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD