bc

Wanita Idaman CEO

book_age16+
13.2K
FOLLOW
139.5K
READ
billionaire
possessive
contract marriage
one-night stand
arrogant
dominant
sensitive
CEO
bxg
Indonesia-My Possessive CEO Writing Contest
like
intro-logo
Blurb

BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!

Mahasiswi semester akhir, hidupnya baik-baik saja semula. Namun kasus yang menjerat ayahnya membuat Zakia Edelweiss harus jatuh ke tangan seorang CEO tampan dan juga penganut one night stand!

Brian Fathir Agler, terobsesi kepada Zakia sejak kali pertama melihat fotonya. Bos dari ayah Zakia, mencari win-win solution. Kebebasan Sandy-ayah Zakia, ditukar dengan tubuh Zakia.

"Aku bukan penghangat ranjangmu!"

"Papamu telah menyerahkan dirimu kepadaku, kau takkan bisa keluar dari rumah ini sebelum papamu membayar kembali uang perusahaan!"

Zakia ingin menghilang dari muka bumi ini, segera! Daripada harus terperangkap bersama setan tampan bernama Brian.

chap-preview
Free preview
1. Zakia Edelweiss
Kampus swasta nomor satu di Jakarta sedang ramai dengan riuh Campus Trip angkatan terbaru. Belum lagi para mahasiswa tua yang kini tengah bercengkrama. Di taman kampus, di kantin, bahkan sebagian menggelar tikar di bawah pohon rindang, begitu asyik dengan perbincangan mereka. Universitas Bhineka Tunggal Eka, menjadi kampus swasta idola sejak dulu kala. Beberapa mahasiswa jurusan Fakultas Ilmu Pemerintahan Negara tengah dikejutkan dengan keluarnya kebijakan baru. Mahasiswa seharusnya memang ikut mengawal dan mengawasi sejumlah pelayanan publik. Tidak terkecuali Zakia Edelweiss, gadis setinggi seratus enam puluh lima sentimeter, dengan wajah asia yang sangat cantik. Sebagai seorang mahasiswi tingkat akhir kiranya Zakia tetap kritis menyikapi segala hal. Sebagai salah satu universitas terkemuka di kota Jakarta. Universitas tempat Zakia menimba ilmu tidak hanya menghadirkan nuansa akademis yang sangat hidup, tetapi suasana kampusnya juga memiliki potensi wisata. Terdapat gedung-gedung megah yang berupa bangunan lama, dan yang sangat menunjang lainnya seperti taman-taman sederhana dengan rerumputan dan pohon cemara yang menjulang tinggi. Memiliki area yang nyaman dan teduh, tentunya hal ini sangat menopang kegiatan ilmiah di luar jam kuliah. Siang itu terlihat banyak sekali mahasiswa berdiskusi disudut-sudut kampus hijau atau sekedar duduk-duduk menikmati suasana kampus yang asri. Zakia terlihat bingung, ada raut lelah yang dipikulnya. Dia berjalan ke sana, ke mari, menoleh ke kanan, dan ke kiri dengan gelisah. Padahal semestinya ini sudah sesuai janji. Tapi begitulah dosen dengan segala kesibukannya. Zakia harus menunggu lebih lama lagi. Terdengar suara perut Zakia yang keroncongan. Gadis itu mengangkat tangan kirinya, menatap pada arloji pengap yang basah oleh keringatnya. Sudah hampir menjelang dhuhur, tapi tidak ada tanda-tanda balasan dari dosen pembimbingnya. "Mau ke mana Za?" tanya teman satu kelas Zakia. "Mau makan, bisa pingsan gue nungguin balesan dosbing," gerutunya mencebik. Saat itu tampak sekali ekspresi yang sangat lihai diperlihatkannya, sebuah ekspresi jengkel. Zakia berjalan dengan terburu-buru, menghentak kerikil kecil pada langkahnya yang kesal. Puluhan halaman kertas HVS 800 gram yang disimpan di dalam map plastik berkancing itu dibanting di atas meja kantin hingga menimbulkan suara dentuman di sana. "Bu, aku pesan bakso dan es jeruk. Eh baksonya enggak usah pakai mie putih, ya," ujar Zakia kepada ibu kantin langganannya. "Siap, Za. Seperti biasa ya?" tanya ibu kantin dengan cekatan. Wanita paruh baya itu lantas membuka tutup dandang yang mengeluarkan uap panas. Ibu kantin menciduk beberapa pentol bakso lalu meniriskannya ke dalam mangkok beling berlogo ayam jago. Dicomotnya beberapa bahan campuran lain seperti bawang goreng dan daun sawi segar. Terakhir bakso itu disiramkan dengan kuah yang sudah sedari tadi memunculkan semerbak harum kaldu sapi. "Wah sedap sekali, Bu. Bakso Ibu emang juara di kampus ini," puji Zakia ketika semangkok bakso dengan es jeruknya sampai di meja. "Yah gimana enggak sedap, Za. Orang Ibu jualan di kampus ini aja sudah dua puluh tahun lebih. Apa enggak ahli kalau sudah selama itu," jawab ibu kantin sambil mengelap keringat dengan handuk yang mengalung di lehernya. Baru saja Zakia mau menyuap pentol pertamanya, tiba-tiba saja terdengar suara notifikasi chat masuk. Dengan reflek tangan Zakia mengurungkan suapannya lalu mengambil handphone yang berada di sebelah mangkok bakso. Dosen: Zakia bisa ke ruangan saya sekarang? Baru saja Zakia hendak menyuapkan satu pentol bakso ke dalam mulutnya, namun getaran di ponselnya membuat Zakia mengurungkan niat. Itu pesan dari dosen pembimbingnya. Zakia: Bisa, saya segera ke ruangan Bapak sekarang. Tidak beruntung, sedari pagi Zakia tidak memakan apapun. Dan baru saja makanan yang dia pesan hendak memasuki mulut malah sang dosen memintanya datang ke ruangannya sekarang juga. Zakia menghela napas panjang, menenangkan diri agar tetap sabar demi gelar sarjana tersemat di belakang namanya. Dia harus menahan dirinya, begitulah para dosen pembimbing. "Bu ini uangnya." Zakia menyodorkan uang 25.000 rupiah. "Lah kenapa enggak dimakan baksonya?" tanya ibu kantin penasaran. "Buru-buru mau bimbingan, Bu. Sudah dulu ya, makasih." Zakia berlari secepat yang dia bisa, tidak perduli orang-orang di sekitarnya menganggap aneh. Sepanjang larinya Zakia mulai mempertanyakan perbedaan dosen pembimbing dengan kompeni, mereka sama-sama memerintah. Harusnya ada cara yang lebih manusiawi dari pada ini. Jantungnya hampir copot karena menaiki puluhan anak tangga. Gedung dengan dua lift membuatnya harus sabar menunggu antrean, tapi Zakia tidak dalam mode sabar menunggu. Gadis itu memilih berlari terseok-seok untuk mencapai lantai enam. Zakia terengah-engah, dan mukanya terlihat sangat pucat pasi, seperti tidak ada darah. Sesampainya di ruang dosen pembimbing yang dingin. Zakia langsung menyerahkan naskah skripsinya lalu duduk di kursi yang telah disediakan, tanpa salam dan basa-basi. Rasa kesal yang bukan kepalang itu tak mampu membuatnya mengatur air mukanya. Mungkin saja kalau skripsinya mendapat banyak coretan Zakia akan menangis di tempat. Bahkan saat ini dia sangat tegang karena naskahnya diperiksa lembar perlembar dengan sangat teliti. "Sudah benar ini, Za. Ada beberapa pengertian yang perlu lebih detail lagi kamu jelaskan. Untuk bimbingan selanjutnya cukup bawa bab tiga saja. Bab dua ini kamu tambahkan saja sesuai yang saya coret, enggak perlu dibawa lagi," jelas sang dosen pembimbing membawa angin segar pada indera pernapasan Zakia Edelweiss. "Baik terimakasih, Pak." Zakia merapikan skripsinya dan segera meninggalkan ruangan dosen pembimbingnya. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian lain, lelaki muda berpawakan tegap tengah melakukan presentasi guna mendapatkan tender besar kerjasamanya dengan perusahaan Corlyn Company. Raut wajahnya begitu serius, tidak ada senyuman ramah di wajahnya karena semua orang tahu bahwa lelaki itu—Brian Fathir Agler, bukan tipe lelaki penyuka basa-basi. "Hebat sekali!" puji Marchello Archelaus Carollino, wakil dari Corlyn Company—perusahaan keluarga ibunya. Marchello menjabat tangan seorang keturunan keluarga Agler. Keduanya pantas didaftarkan sebagai lelaki most wanted pada tahun ini. Sayangnya, Marchello telah menikah dan jarang berada di Indonesia. Lelaki itu lebih sering berpergian ke luar negeri untuk urusan bisnis keluarganya. Ponsel Marchello berdering, dia menatap Brian dengan senyuman mengejek. "Maaf, Bro. Ini istriku, sepertinya dia rindu," kekeh Marchello seakan mengejek lelaki di depannya yang sampai saat ini masih single. Brian hanya mendengkus, entah mengapa kehidupan lelaki setelah menikah selalu saja membosankan. Untung saja Brian enggan menikah muda, baginya melepaskan kebutuhan biologisnya bersama wanita 'pengisi ranjang' sudah lebih dari cukup. Masa bodoh dengan pernikahan. "Pernikahan hanya ikatan membosankan," gumam Brian menggelengkan kepalanya. Melihat Marchello selalu saja meluangkan waktu untuk keluarganya, membuat Brian membayangkan jika kehidupan Marchello hanya sebatas itu semata. Padahal Brian tidak mengerti, kalau pernikahan tidak serumit itu.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Ensnared by Love

read
104.0K
bc

JODOH SPESIAL CEO JUDES

read
289.0K
bc

Dependencia

read
186.8K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.5K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

LIKE A VIRGIN

read
841.3K
bc

Over Protective Doctor

read
475.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook