2,5 Milyar.

1009 Words
"Mau gimana lagi? Udah terlanjur akting, yaudah terusin," balas Fahira. Randika manggut-manggut paham. Ia langsung menutup kembali kaca mobilnya dan pergi begitu saja. Setelah mobil Randika menjauh, Fahira langsung masuk ke kos-kosan. Ia langsung merebahkan dirinya di kasur. Matanya menatap langit-langit ruangan. Hembusan napasnya terdengar berat. Baginya ini adalah petaka dimana ia harus menikah. Bukan akting menikah seperti pada sinetron tapi betul-betul menikah. Ntah apa yang ia pikirkan hingga memiliki ide yang berbuntut panjang seperti ini. Fahira merutuki dirinya yang tidak berpikir sebelah bertindak. Ia tidak mempertimbangkan konsekuensinya. "Duit sialan! Kalau saja aku terlahir kaya. Jangankan 2,5 milyar. 5 milyar saja kecil," guman Fahira. Tak lama kemudian matanya terpejam. Flashback on Tuk Tuk Fahira tengah sibuk berjalan ke sana kemari mengambil dan mengurus berkas-berkas. Ia melakukan pekerjaan dengan cekatan. Saat tengah sibuk membawa berkas dari salah satu ruangan ke ruangan lain telepon pribadinya berdering. Dengan sedikit kesusahan karena membawa tumpukan berkas Fahira mengambil telepon yang ada di sakunya. Terpampang nomor tak dikenal dari layar telepon. Fahira langsung mengangkat telepon tersebut. "Halo?" sapa Fahira. "Benar ini dengan Fahira?" suara serak-serak basah terdengar dari ujung telepon. Fahira tau bahwa yang meneleponnya adalah seorang pria. "Iya, ada yang bisa saya bantu?" "Anda PHO bayaran bukan? Saya memiliki pekerjaan untuk Anda, jangan khawatir uang yang saya tawarkan bukan main. Datanglah ke cafe xxxx jam makan siang ini," "Maaf, Anda siapa ya?" tanya Fahira. "Saya Ari, datang saja ke cafe yang saya sebut tadi, tunggu di meja nomor 27," Tut Sambungan langsung terputus secara sepihak. Fahira mengernyit ia tak tahu apa motif pria ini menelpon. Apakah ia benar-benar membutuhkan jasa perusak hubungan orang atau hanya mempermainkannya saja? Setelah perang batin akhirnya Fahira memutuskan untuk tetap datang ke cafe yang katakan pria tersebut pada jam makan siang. Setibanya Fahira di cafe tersebut matanya sibuk mencari meja nomor 27,Fahira menemukan meja tersebut di pojok ruangan lalu gadis itu segera menuju meja tersebut dan memesan kopi latte. Ia sempat khawatir jika pria tersebut tidak datang dan hanya mempermainkannya saja. Namun, setelah 10 menit menunggu tiba-tiba saja ada seorang pria mengenakan jas berjalan menuju ke arah Fahira. "Fahira?" tanya orang tersebut. Fahira mengerjapkan matanya berkali-kali. "Eh, iya." "Saya Ari," ucap Ari memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan. Dengan cepat Fahira menjabat tangan tersebut. "Fahira, silakan duduk." "Terima kasih," ucap Ari kemudian duduk di hadapan Fahira. "Ada perlu apa Anda menghubungi saya?" tanya Fahira langsung ke inti permasalahan. "Ah, saya membaca lewat internet tentang informasi Anda yang merupakan PHO bayaran," ujar Ari. "Lalu?" Ari terkekeh. "Anda pikir untuk apa saya menghubungi Anda? Bukankah sudah jelas? Kalau saya ingin Anda merusak hubungan seseorang." Fahira manggut-manggut mengerti. "Berikan pada saya informasi tentang mereka. Mulai dari nama, alamat, dan nomor telepon. Lalu berapa yang akan Anda berikan kepada saya?" Ari tersenyum miring sambil menatap Fahira. "2, 5 Milyar!" Fahira tersenyum licik. "Oh, uang yang lumayan. Sekarang berikan informasinya pada saya." Ari langsung mengambil sebuah kartu tanda pengenal dan memberikannya pada Fahira. Dalam kartu itu tertera: Randika Wijaya CEO dari perusahaan xxxx No HP: 08xxxxxxxxxx Fahira langsung menatap Ari. Menunggu pria tersebut memberikan penjelasan. "Itu identitas si pria lalu untuk identitas wanitanya ini," ujar Ari sambil menyodorkan ponselnya pada Fahira. Di layar ponsel tersebut terpampang foto seorang gadis dan juga nomor teleponnya. Fahira segera mencatat nomor yang tertera. "Gadis ini bernama Rosseta. Dia adalah kekasih saya. Namun, orang tuanya menjodohkan Rosseta dengan pria yang bernama Randika," jelas Ari. "Heem, okey. Lalu?" "Dan mereka akan melaksanakan pernikahan dua minggu lagi," sambung Ari. Ani terbelalak mendengar perkataan Ari barusan. Ari bilang mereka akan melaksanakan pernikahan 2 minggu lagi? Dan pria ini memintanya untuk merusak hubungan yang sudah seserius itu?! "Anda gila?! Anda menyuruh saya menjadi pelakor hah?!" bentak Fahira. Ia tidak bisa menerima tawaran tersebut karena Fahira hanya melayani merusak hubungan orang yang masih di fase pacaran atau baru tunangan bukan menikah. "Tidak, aku menyuruhmu untuk merusak hubungan mereka sebelum mereka sah jadi suami istri," jawab Ari. "Saya tidak bisa melakukan itu, waktunya terlalu sempit," tolak Fahira. "Ayolah, bukankah Anda profesional? Uang yang saya berikan juga setimpal bukan?" tanya Ari. Fahira menghela napas. "Betapa bodohnya saya, saya kira Anda memberikan uang sebesar itu hanya untuk merusak hubungan yang masih sebatas pacaran." "Ah, tentu saja tidak mungkin. Bukankah semakin sulit suatu misi semakin besar juga bayarannya?" ucap Ari mencoba bernegosiasi dengan Fahira. "Saya minta Anda untuk mempertimbangkannya lagi. Saya tunggu jawaban Anda 2 hari lagi. Saya harap jawaban Anda tidak mengecewakan." Ani mendesah lemah. "Baiklah akan saya pikirkan terlebih dahulu," Ari menyungging senyum di sudut bibirnya. "Ya, saya tunggu. Senang bertemu dengan Anda, Fahira." Ari langsung bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Fahira yang tengah dilanda dilema. 2,5 milyar?! Uang yang sangat banyak dan juga sangat diidam-idamkan oleh Fahira. Namun, pekerjaan yang sangat sulit juga sudah menantinya. Apa yang harus Fahira lakukan? Apakah ia harus menolak tawaran tersebut? Atau justru menerimanya? Jika Fahira menerima tawaran tersebut maka rencana apa yang akan Fahira buat untuk mengagalkan rencana pernikahan? Fahira tidak ingin terlalu buru-buru. Jika ia akan menerima tawaran tersebut berarti iya harus memikirkan langkah yang harus ia ambil selanjutnya. Fahira akan memikirkan dengan matang rencana yang akan ia rancangan dan laksanakan. Fahira melirik jam tangan di pergelangannya. Sebentar lagi jam makan siangnya akan habis. Fahira tidak ingin telat datang ke kantor dan dimarahi oleh atasannya atau justru bisa saja ia terkena SP. Fahira segera pergi ke kasir untuk membayar pesanannya akan tetapi setibanya di kasir, sang kasir bilang kalau pesanan Fahira sudah dibayar oleh pria yang tadi bersamanya. Fahira mengangguk, ia segera keluar dari cafe dan segera bergegas kembali ke kantor. Fahira tiba tepat waktu di kantornya. Ia langsung melakukan pekerjaannya seperti biasa. Hanya saja dari tadi ia tidak bisa fokus dalam bekerja. Bayang-bayang uang 2,5 milyar terus berasal dibenaknya. Bahkan Fahira sudah membayangkan apa saja yang akan ia lakukan dengan uang sebanyak itu. "Arhh, dasar uang sialan!" desisnya sedikit frustasi. "Apa yang harus gw lakuin buat mengagalkan pernikahan?" guman Fahira. klunting Tiba-tiba ponsel milik Fahira berbunyi, ternyata ada notifikasi sebuah berita seorang artis tengah hamil. Tunggu, Fahira langsung memiliki ide yang bagus setelah membaca motif tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD