2 – The Agent

2646 Words
2 – The Agent Hal tersulit dalam bersosialisasi adalah Beradaptasi dengan lingkungan menyebalkan   “Aku Erwin, Direktur NDA, National Defense Agency, dan aku yang meminta bantuan pada SIA,” pria yang lebih tua memperkenalkan dirinya. “Jika Direktur tahu tentang SIA, itu berarti pemimpin kami percaya pada Direktur. Maka dengan itu, kami bisa mempercayakan identitas kami pada Direktur, bukan begitu?” Joe memastikan. Erwin mengangguk. “Kalian juga tidak perlu khawatir dengan Johan, dia juga dapat dipercaya,” ucap pria itu seraya menoleh ke arah pria yang datang bersamanya tadi. “Aku Wakil Direktur NDA, dan rahasia kalian aman di tanganku,” pria itu berkata. Joe mengangguk. “Terima kasih,” ucapnya tulus. “Seperti yang sudah kalian tahu, aku Jonathan, dan ini rekanku, Brian. Kami dikirim kemari untuk membantu NDA, tapi kami belum mendapatkan detail dari misi kami. Pimpinan kami mengatakan bahwa kalian yang akan menerangkan detailnya.” Erwin mengangguk. “Aku akan menerangkan detailnya setelah acara makan malam kita. Kuharap kita bisa membangun hubungan kerja sama yang baik di sini,” ucapnya. “Kami juga berharap begitu,” Joe membalas. “Dan kami pasti akan melakukan yang terbaik untuk melaksanakan misi ini.” “Tunggu,” Brian tiba-tiba angkat bicara. “Kalian tidak perlu meragukan kami, tapi aku tidak punya alasan untuk percaya pada gadis ini.” Brian menunjuk gadis yang duduk tepat di seberangnya di meja bundar itu, dan seketika, ia mendapat tatapan tajam dari gadis itu. “Sejak awal bertemu, dia bersikap sangat kurang ajar,” kata Brian lagi. “Aku khawatir, dia adalah mata-mata yang tidak menginginkan kehadiran kami karena khawatir kedoknya akan terbongkar.” Erwin dan Johan saling bertukar pandang, sementara gadis itu mendengus, –dengusan meledek seperti sebelumnya. “Aku benar-benar minta maaf jika dia sudah sangat tidak sopan pada kalian,” Erwin berkata penuh sesal. “Aku bukannya tidak bersikap sopan, aku hanya tidak menurunkan kewaspadaanku,” gadis itu membela diri. “Lihat itu,” dengus Brian. Gadis itu menyipitkan mata mengancam pada Brian, dan baru mengalihkan tatap ketika Erwin menegurnya, “Brianna Jocelyn!” Gadis itu, Brianna, menoleh ke arah Erwin dengan kesal. “Jangan panggil aku seperti itu!” protesnya. Brian dan Joe mengangkat alis. Wajarkah seorang sekretaris biasa mendebat pimpinannya seperti itu? Erwin mendesah lelah, lalu menatap Brian dan Joe bergantian. “Aku secara pribadi meminta maaf atas nama putriku ini. Dia memang selalu seperti ini, dan dia bisa sangat keras kepala,” ucapnya kemudian. Brian dan Joe melongo selama beberapa saat, tapi Joe lebih cepat menguasai diri dan berdehem. “Gadis ini ... Nona Brianna ini ... adalah putri Anda?” tanyanya memastikan. Erwin mengangguk, sementara gadis bernama Brianna itu mendengus. “Brianna, jaga sikapmu,” Erwin mengingatkan. “Sudah kubilang, aku juga tidak suka dipanggil seperti itu,” kesal Brianna. “Dan lagi, sudah berapa kali aku harus mengatakan pada Direktur untuk tidak memperkenalkanku pada orang-orang sebagai putri Direktur? Itu membuat mereka merasa berhak merendahkanku.” “Kami sama sekali tidak ...” “Terutama dia!” seru Brianna, menyela kata-kata Joe dan menunjuk tepat ke wajah Brian. Erwin menghela napas berat. “Baiklah, kau bisa memperkenalkan dirimu sendiri, kalau begitu,” tawarnya. “Itu lebih baik,” dengus Brianna seraya duduk tegak dan menatap langsung ke arah Brian. “Aku Brianna Jocelyn, salah satu dari sepuluh agen terbaik NDA, dan aku adalah detektif terbaik di NDA,” ucap gadis itu angkuh. “Dan jangan memanggilku Brianna,” lanjutnya. “Lalu kami harus memanggilmu bagaimana, Nona?” tanya Joe sopan. “Teman-temanku biasa memanggilku Brian,” sahut Brianna santai. Brian langsung mendengus kasar mendengarnya, sementara di sebelah Brianna, Erwin sudah menunduk dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan putus asa. Di sebelahnya, Johan menepuk-nepuk bahunya. Tampaknya kekeraskepalaan Brianna sudah membuat semua orang menyerah atasnya. “Aku tidak percaya ada gadis yang begitu keras kepala untuk sebuah nama,” dengus Brian. “Tapi sebagai orang yang memiliki nama Brian, aku tidak terlalu senang dengan kenyataan seorang gadis keras kepala berkeras menggunakan nama yang sama denganku.” “Kita bisa bertukar nama kalau begitu,” sahut Brianna santai. “Aku akan memanggilmu Brianna, bagaimana?” Joe menahan lengan Brian yang sudah hendak berdiri. Brian menggeram marah ke arah gadis itu. “Brianna, cukup!” akhirnya Erwin menengahi. Ia lalu menatap Brian dengan penuh sesal. “Maafkan aku atas sikap putriku ini. Aku benar-benar minta maaf, dan tolong jangan kau anggap serius apa yang dikatakannya. Sikapnya memang masih kekanakan kadang-kadang dan ...” “Kapan aku bersikap kekanakan?” Brianna tak terima. “Setiap waktu,” balas Erwin seraya menatap putrinya itu dengan tegas. “Jika kau ingin tetap berada di sini, jaga sikapmu.” Brianna tampak tak terima, tapi ia tak mendebat dan hanya menggerutu, “Seolah kalian bisa menyelesaikan masalah ini tanpa informasi dariku.” Joe sempat mendengar gerutuan gadis itu dan ia penasaran, sudah sejauh mana informasi yang didapat gadis itu, yang membuatnya bisa berada di ruangan ini dan mengetahui identitas Joe dan Brian yang sebenarnya? “Tapi benarkah ini misi pertama kalian di negara ini?” tanya Johan penasaran. “Aku sudah beberapa kali ke negara untuk misi, tapi ini kali kedua bagi Brian sejak ia direkrut SIA,” terang Joe. “Benarkah?” Erwin menatap Brian heran. “Bukankah kau juga warga negara ini? Bukankah SIA merekrut agen di seluruh dunia karena lebih mudah menyusupkan agen-agennya ke negara mereka sendiri? Tapi bagaimana bisa ini baru kali keduamu datang ke negara ini?” Brian tampak enggan menjawab, dan Joe tahu alasannya. Maka Joe pun menjawab untuknya, “Kami cukup bagus dalam penyamaran, jadi kami juga sering ditugaskan di negara lain dengan misi yang lebih berbahaya. Sejauh ini, tidak pernah ada masalah di negara mana pun kami ditugaskan.” “Kecuali di negara ini,” celetuk Brianna, membuat seluruh perhatian terpusat padanya kini. “Kalian berdua hampir selalu menjalani berbagai misi bersama sebagai rekan. Pengecualian untuk misi di negara ini. Itulah kenapa Jonathan sudah beberapa kali dikirim untuk misi di negara ini sementara Brian baru sekali. Brian sangat membenci negara ini. Bahkan aku yakin, dia tidak akan keberatan untuk mengkhianati negara ini, negara kelahirannya sendiri.” “Brianna!” Erwin terdengar marah kini, sementara di depannya, Brian sudah memalingkan wajah, tampak marah dan frustrasi. Joe bisa melihat usaha Brian meredam emosinya. Jika dia nekat menatap Brianna saat ini, dia mungkin akan melompat ke seberang meja dan menghajar gadis itu. Bahkan meskipun bagi mereka menghajar wanita hanyalah pekerjaan para pecundang dan pengecut, tapi gadis ini sudah cukup mengusik harga diri Brian, juga luka masa lalunya. “Brian, maafkan putriku, dia ...” “Di mana kamar mandinya?” suara Brian terdengar dingin ketika ia berdiri. Ketika Brianna sudah berdiri, Johan ikut berdiri. “Aku yang akan mengantarnya, Brianna,” pria itu berkata penuh penekanan. Brianna mengedikkan bahu santai seraya kembali duduk, tapi kemudian Erwin juga berdiri. “Biar aku saja yang mengantarnya,” Erwin berkata, mengejutkan Brianna dan Johan. “Direktur ...” “Jika Brianna tidak bisa menjaga sikapnya, aku mungkin akan harus berlutut memohon maaf di depan tamu kita ini bahkan sebelum acara makan malam ini selesai,” kata Erwin tegas, memutus protes Johan. Joe akhirnya bisa melihat gurat rasa bersalah di wajah gadis itu. Joe tak bisa mencegah rasa penasarannya yang semakin dalam saat mendengar pernyataan gadis itu tentang Brian. Gadis itu tahu jika Brian membenci negara ini. Sebagus itukah dia dalam mencari informasi? *** “Maaf karena aku jadi merepotkan Anda,” ucap Brian ketika ia dan Erwin berjalan bersisian di lorong berpenerangan cahaya putih kebiruan itu. “Aku yang seharusnya minta maaf karena sikap putriku,” sahut Erwin. “Anda tidak harus menanggung semua kesalahan putri Anda,” Brian berkata. Erwin tersenyum sendu. “Tapi akulah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas sikap putriku itu. Aku yang membesarkannya. Jika dia bersikap seperti itu, itu sepenuhnya tanggung jawabku.” Brian mengerutkan kening, berpikir. Lalu di mana ibu Brianna? “Putriku ... dia punya beberapa informasi tentang misi ini,” kata Erwin kemudian. “Dia tidak akan memberikan informasi penting itu jika kami tidak mengikutkannya dalam misi ini.” Kening Brian berkerut semakin dalam. Apakah itu berarti ... “Dia akan terlibat dalam misi ini dan ... kuharap kau tidak terlalu menanggapi sikap dan kata-kata kasar yang diucapkannya,” ujar Erwin. Brian ternganga tak percaya. Gadis itu juga akan terlibat dalam misi? Brian sudah berencana menyingkirkan gadis itu setelah ia tahu semua detail misinya, tapi ternyata ... gadis itu adalah sumber informasinya? “Dan ... aku secara pribadi, memohon padamu,” Erwin menghentikan langkahnya dan menatap Brian. Brian ikut berhenti, tak dapat mencegah kebingungannya sendiri. “Tolong jaga putriku dalam misi ini,” Erwin mendaratkan tangannya di bahu Brian. “Tolong jaga putriku satu-satunya. Meskipun aku tahu ini adalah permintaan yang sangat egois, walaupun aku tahu seharusnya aku tidak boleh melakukan ini, tapi ... aku tidak bisa tinggal diam dan melihat putriku terjun dalam bahaya. Dia ... satu-satunya yang kumiliki di dunia ini. Karena itu, kupercayakan dia padamu.” Permohonan yang begitu sungguh-sungguh di mata Erwin membuat Brian tak bisa menolak bahkan meskipun hatinya luar biasa ingin menolak permintaan gila itu. Pertama, ia harus membiarkan gadis angkuh itu terlibat. Dan sekarang, dia harus menjaga gadis itu. Sejauh ini, sepertinya ini adalah misi terberat Brian selama dia bergabung dengan SIA, Secret Intelligence Agency, yang bahkan tidak sembarang orang bisa tahu tentang keberadaannya. *** “Aku bisa menjamin, mereka ada di dalam NDA,” Brianna berkata. “Aku masih belum tahu siapa, tapi kemungkinan, mata-mata itu adalah salah satu anggota elit, atau bahkan petinggi di NDA. Saat ini, tidak ada satu pun yang bisa kita percaya, selain yang ada di ruangan ini.” “Bagaimana kau tahu mereka bukan tersangkanya?” Brian mengedikkan kepala ke arah Erwin dan Johan. “Apa karena Direktur Erwin adalah ayahmu?” Brianna mendengus. “Aku sudah memastikan mereka bisa dipercaya. Aku sudah menjebak mereka untuk memastikan itu,” katanya. Brian mengangkat alis seraya menatap Erwin dan Johan bergantian. Kedua pria itu berdehem canggung. “Pekerjaan mata-mata itu sangat rapi, dan mereka sudah terlalu tua untuk itu,” lanjut Brianna lagi. “Mereka bahkan tidak bisa lolos dari sensor laser yang kupasang untuk menjebak mereka.” Erwin dan Johan mendadak tampak sibuk menatap vas bunga di tengah meja. “Aku berkata pada mereka bahwa aku menyimpan laporanku tentang mata-mata itu di suatu tempat. Aku memasang jebakan yang sama yang pernah ditembus sang mata-mata sebelumnya, tapi mereka bahkan tidak bisa melewati setengahnya,” urai Brianna. “Itu berarti, mata-mata itu pernah membobol jebakan itu sebelumnya?” tanya Brian. Brianna mengangguk. “Daftar penjahat yang terlibat dalam kasus penyelundupan narkoba dari Thailand, hilang. Penjahat-penjahat itu ternyata hanyalah orang-orang yang dibayar dan dikendalikan oleh seseorang yang mereka panggil Bos Besar. Aku yakin jika kita bisa menangkap penjahat-penjahat itu, kita mungkin bisa tahu siapa Bos Besar itu. Tapi setelah daftar itu hilang, satu demi satu penjahat itu mati. Bahkan mereka yang berada di dalam penjara, juga tak lolos dari kematian. “Mata-mata itu bertanggung jawab atas semua itu, dan juga kebocoran misi NDA. Dia juga bertanggung jawab atas kematian para saksi mata. Dia bergerak di antara kami, sebagai kaki tangan dunia hitam. Aku menyebut orang itu, Mata Kegelapan. Tidak berhenti sampai di situ, di atasnya masih ada Bos Besar yang bertanggung jawab atas sang Mata Kegelapan, dan kejahatan besar lainnya, termasuk seluruh transaksi gelap senjata ilegal dan perdagangan obat terlarang di negara ini.” Selama beberapa saat, tak ada yang bersuara. Brian dan Joe mencerna informasi Brianna itu. “Itu berarti, mata-mata itu adalah orang yang sudah sangat mengenal NDA. Dia tahu tempat-tempat penyimpanan berkas rahasia, dan dia juga bisa melewati penjagaan di penjara. Bukankah ada kemungkinan dia adalah agen NDA yang sudah berhenti?” Joe bertanya. Brianna mengangguk. “Aku juga sedang menyelidiki itu, tapi karena jumlah mereka juga tidak sedikit, ditambah lagi dengan kasus-kasus kebocoran misi ini, dan terakhir, kematian beberapa detektif NDA, Direktur NDA berkeras bahwa kami tidak bisa melakukannya sendiri. Itulah kenapa dia meminta bantuan SIA, meski menurutku itu tidak perlu.” Brianna mengangkat dagunya angkuh. “Sejauh ini, aku bisa mendapatkan cukup banyak informasi dan ...” “Kau hanya akan mengundang kematian padamu dengan memamerkan informasi yang kau dapat itu,” sela Brian tajam. “Sejauh ini, kau mendapatkan banyak informasi, tapi hanya itu. Kau perlu bergerak, dan juga bertahan. Jika tidak ada satu orang pun yang bisa kau percaya di perusahaanmu, itu berarti selama ini kau bergerak sendiri. Perlukah kuingatkan nasib para detektif NDA di tangan penjahat itu, Nona Detektif? Tidakkah kau berpikir, kenapa mereka menjadi korban juga?” Brianna menatap Brian tajam. “Kau, kurasa, adalah korban selanjutnya. Itulah yang akan kulakukan jika aku adalah sang Mata Kegelapan,” Brian melanjutkan tegas. “Karena itulah,” Erwin angkat bicara, “Aku meminta bantuan kalian untuk menangani kasus ini.” Brianna menatap Brian dengan sebal, tapi ia tak mengatakan apa pun. Tampaknya sekarang gadis itu tahu salah satu alasan ayahnya memanggil Brian dan Joe adalah karena ayahnya mengkhawatirkannya. “Untuk misi ini, akan dibentuk tim elit dengan lima orang anggota. Kalian akan dilatih sebagai tim khusus oleh seorang agen NDA terbaik. Dia memutuskan untuk meninggalkan NDA sepuluh tahun lalu saat ia ingin hidup dengan tenang. Tapi aku bisa memastikan, kemampuannya tak sedikit pun berkurang. Kudengar, dia juga sempat bergabung dengan SIA meski tidak lama. Entah kalian kenal dengannya atau tidak, tapi kami biasa memanggilnya Tiger,” urai Erwin. Tiger. Brian pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi ia tidak pernah mencari tahu lebih jauh. Mungkin dari Tiger juga NDA mendengar tentang SIA. Beberapa bulan ini, SIA sudah mengirim seorang agen baru untuk mengawasi situasi di NDA, namun ia tak juga bisa menemukan informasi yang mereka inginkan. Beberapa yang sudah disebutkan Brianna tadi. Bahkan pembunuhan demi pembunuhan yang berhubungan dengan kasus ini terus terjadi. SIA menarik agen itu dan akhirnya memutuskan mengirim Brian serta Joe untuk membereskan kasus ini. “Sedangkan untuk kedua orang terakhir yang akan bergabung dalam misi ini ...” Erwin menatap Brianna dan mengangguk kecil, lalu gadis itu mengeluarkan kotak bedak. Brian mengangkat alis, pertunjukan apalagi ini? Brianna lantas meletakkan benda itu di meja, membukanya, lalu muncul cahaya di depan mereka yang mengarah ke dinding dan menampillkan gambar di sana. Brian lagi-lagi harus memuji perkembangan teknologi di negara ini. Seorang pria yang tidak terlalu tinggi, berpenampilan funky dengan rambut yang nyaris semuanya berdiri, duduk di depan sebuah komputer layar datar. Tangannya bergerak lincah sementara tatapannya tetap tertuju pada layar. Brian mengangkat alis ketika menyadari pria itu sedang membobol data rahasia instansi besar. “Ini Gading. Dia adalah agen IT terbaik NDA. Dia jenius. Baginya, pekerjaan adalah permainan yang menyenangkan,” Erwin menerangkan. Lalu muncul orang berikutnya, kali ini seorang pria yang cukup tinggi, tapi tampaknya tidak lebih tinggi dari Brian ataupun Joe. Pria ini tampak rapi dan rajin. Ia juga tampak begitu serius. Pria ini sedang berlatih di lapangan, berlari, melompat, berguling dan akhirnya, menembak tepat pada sasaran hanya dengan satu tembakan. “Ini Rega, agen terbaik NDA. Ia juga merupakan salah satu dari Unit Pasukan Khusus NDA. Ia sudah terjun dalam berbagai macam misi dan rekornya adalah nyaris tidak pernah gagal. Saat ini, tidak banyak yang bisa kami rekrut, dan kami hanya bisa mendapatkan mereka. Aku pribadi mempercayai mereka dan ...” “Aku tidak,” sela Brianna. “Aku tidak bisa percaya pada siapa pun sebelum aku menemukan sang Mata Kegelapan.” “Brianna, mereka adalah ...” “Apa Ayah akan membiarkan aku menjebak mereka untuk memastikan bahwa mereka aman untuk dipercaya?” potong Brianna cepat. Erwin mendesah lelah. “Kau sudah mengamati kegiatan mereka selama dua puluh empat jam dalam waktu seminggu terakhir dan tidak ada yang mencurigakan. Apa lagi yang kau butuhkan untuk mempercayai mereka?” Brianna memalingkan wajah tak rela. Sepertinya memang tak ada seorang pun yang bisa dipercaya gadis itu. Brian sendiri, sejauh ini, belum bisa percaya pada gadis itu. Tak sedikit pun ia percaya pada gadis itu. ***   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD