"bel, kakak kamu mana?" tanya sang mama.
"kayanya di kamar, bentar aku panggil dulu" jawab bella, kemudian ia pergi ke kamar sang kakak.
"kak" panggil bella seraya mengetuk pintu kamar arin namun tak ada jawaban.
bella pun membuka pintu kamar tersebut yang ternyata tidak di kunci, dirinya melangkah masuk ke dalam kamar sembari terus memanggil sang kakak namun tak ada sahutan, bella berjalan ke arah kamar mandi namun kamar mandi itu kosong, lalu bella melangkah ke arah balkon dan di situ juga tidak ada siapa pun, bella binggung kemana perginya arin, tidak mungkin kakaknya itu keluar rumah karena dia sedang di pingit.
harusnya hari ini arin dan satria pergi ke butik untuk mencoba gaun pengantin nya, tetapi calon pengantin itu tak ada di kamar, bella keluar dari kamar arin dengan langkah cepat, ia menghampiri sang ibunda yang berada di ruang keluarga.
"mah" panggil bella kepada sang ibu.
"arin mana?" tanya fani, sang ibunda.
"kak arin ga ada di kamar" jawab bella.
"coba kamu cari di dapur atau di taman belakang" ucap wanita yang melahirkan bella dan arin itu.
bella mengangguk dan mencari arin di penjuru rumah, hingga bertanya kepada asisten rumah tangga nya, namun arin tak di temukan keberadaan nya.
bella mulai sedikit panik, dirinya takut terjadi sesuatu kepada arin, bella kembali menghampiri fani.
"kak arin ga ada mah, padahal udah aku cari di semua sisi rumah" ucap bella.
"lohh terus dimana?" tanya fani, dirinya juga menjadi sedikit panik.
"aku juga ga tau" jawab bella pelan.
fani mengambil ponsel di tas kemudian menghubungi arin, tetapi nomor putri sulungnya itu tidak aktif.
"nomor telepon arin ga aktif bel" ucap fani.
"lohh kenapa?" tanya bella, ia mengambil ponsel di sakunya kemudian mencoba menghubungi arin dan benar, nomor telepon kakaknya itu tidak aktif.
"kemana perginya kakak kamu bella?" tanya fani.
"ga tau mah, kak arin ga bilang apa-apa sama aku" jawab bella.
"kita tunggu sampe sore" ucap fani.
"iya mah" balas bella.
"kamu jangan kemana-mana dulu" ucap fani.
"ok mah" balas bella patuh, bella berjalan ke kamar sang kakak, dirinya memilih menunggu arin di kamar.
6 jam telah berlalu namun arin belum terlihat juga, bella lelah terus-menerus bermain PS, bella melihat jam di ponselnya, sudah hampir petang, bella berhenti bermain PS dan melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, ia terbiasa meminjam mukena sang kakak jika dirinya sedang berada di kamar arin, bella terlalu malas untuk kembali ke kamarnya.
setelah menunaikan ibadah, bella keluar dari kamar arin dan berjalan ke ruang keluarga, sudah ada sang ayah yang baru saja duduk di soffa.
"kak arin belum pulang kah?" tanya bella kepada orang tuanya.
"belum, mamah udah coba telpon temen-temen nya tapi ga ada yang tau dimana arin" jawab fani.
"ga inget kah dia bahwa hari ini dia harus fitting baju pengantin" ucap pradana, ayahanda bella dan arin.
"entahlah pah" balas fani.
tiba-tiba ponsel pradana berdering, dan tertera nama frans, calon besan nya, pradana pun menjawab panggilan itu.
"assalamua'laikum" ucap pradana.
"walaikum'salam" balas frans.
"ada apa frans?" tanya pradana.
"apa satria ada di rumahmu pra?" tanya frans di seberang sana.
"ga ada, emang satria ga ada rumah?" tanya pradana.
"iya, dia ga ada di rumah dari tadi siang" jawab frans.
"arin juga ga ada di rumah dari tadi siang" ucap pradana.
"serius kamu" ucap frans.
"iya serius frans" ucap pradana.
"kira-kira kemana mereka?" ucap frans, dirinya menghembuskan napas kasar di seberang sana.
"aku juga ga tau" balas pradana.
"ya udah makasih pra" ucap frans pelan, kemudian pria paruh baya itu memutus panggilan nya setelah mengucap salam.
¶¶¶¶¶¶
"gimana ini bel, acaranya besok" ucap fani, wanita tua itu merasa tak tenang.
"aku juga ga tau mah" balas bella, gadis berusia hampir 19 tahun itu ikut panik dengan keadaan saat ini.
"apa yang harus kita lakuin jeng?" tanya sonya kepada fani.
"ga tau" jawab fani.
sedangkan seorang pria berusia 24 tahun yang berstatus adik dari satria itu hanya diam.
"mereka ga ada kabar sampe sekarang" ucap frans.
"iya" sahut pradana.
"pernikahan ini ga mungkin di batalin, semua udah kesebar" ucap sonya.
"pengantin nya aja ga ada, gimana mau di lanjut" ucap frans kepada sang istri.
"kalo di batalin akan bikin keluarga kita malu" ucap sonya.
"ga ada pilihan lain bun" ucap frans.
"aku ga mau menanggung malu yah, apa kata orang" ucap sonya dengan nada suara pelan, wanita tua itu menahan tangisnya.
"harus ada yang menggantikan mereka" ucap fani tiba-tiba.
"maksud mama?" tanya pradana tak mengerti.
fani menatap bella dan sigit secara bergantian.
"kalian berdua gantikan lah kakak kalian yang ga bertanggung jawab itu" ucap fani kepada sigit dan bella.
"apa maksud mama?" tanya bella.
"iya, apa maksud tante?" sambung sigit.
"demi nama baik keluarga, kalian harus ngelakuin itu" ucap fani.
"mama apa-apaan sih, aku baru lulus sekolah dan aku juga udah punya pacar" ucap bella menolak usul ibunda nya itu.
"masih ada cara lain untuk menyelamatkan nama baik kita" sambung sigit.
"bener kata sigit mah, lagipula menikahkan sigit dan bella adalah hal yang ga masuk akal, mereka ga saling kenal" ucap pradana.
"cara lain apa pah?" tanya fani kepada pradana.
pradana diam, seakan otak nya buntu untuk menjawab pertanyaan sang istri.
"fani bener, kalian berdua harus menggantikan satria dan arin" ucap sonya kepada sigit dan bella.
"jangan gila please" ucap frans.
"kalo kalian ga mau berarti sama aja kalian membiarkan kami hancur" ucap sonya.
"bun" tegur frans.
"ga ada cara lain yah, kita harus ngelakuin ini" ucap sonya.
"undangan nya bukan nama mereka bun, itu pasti bikin tamu bingung" ucap frans
"itu urusan belakangan, yang penting kita ga malu" ucap sonya.
"tapi bun, aku udah punya nadia" ucap sigit berbisik kepada sang bunda
"demi keluarga kita sayang, mama mohon sama kamu" ucap sonya lembut kepada sigit.
melihat air mata sang bunda yang hampir keluar, sigit menghembuskan napas pelan, dirinya tidak dapat menolak permintaan sang bunda namun ia juga perduli pada hatinya dan ada pula hati yang harus ia jaga, sigit pun menatapnya bella.
"bel, ikut aku bentar dong" pinta sigit kepada bella, sigit bangkit dari soffa.
bella mengangguk dan mengikuti langkah sigit, mereka menuju taman di samping rumah bella.
"kenapa bang?" tanya bella, begitu mereka sudah duduk di kursi taman.
"kamu pasti nolak usul mereka kan?" tanya sigit.
"iya jelas" jawab bella.
"tapi kalo kita nolak keluarga nanggung malu" ucap sigit.
"mereka pasti ngerti, mereka kan bukan anak kecil" ucap bella.
"iya aku tau" balas sigit.
"ya udah batalin, ga ada pilihan lain" ucap bella.
"gak bel" ucap sigit.
"maksudnya?" tanya bella.
sigit menatap bella.
"kita harus nikah" ucap sigit.
bella terkejut mendengarnya.
"ga mungkin bang" balas bella.
"demi keluarga kita" ucap sigit.
"aku udah punya pacar" ucap bella.
"aku juga" balas sigit.
"lagian kita ga saling kenal, ketemu aja bisa di itung pake jari" ucap bella.
"aku tau bel, tapi kita harus ngelakuin ini" ucap sigit.
"maaf bang, aku ga bisa, ada hati yang harus aku jaga" ucap bella.
"apa kamu membiarkan keluarga kita menanggung malu bella?" tanya sigit
"para undangan pasti ngerti" jawab bella.
"tetep aja, kita pasti jadi bahan gosip" ucap sigit.
bella diam.
"sebenernya aku juga ga mau, aku udah tunangan sama pacarku tapi aku harus berkorban demi keluargaku" ucap sigit lagi.
bella terkejut mendengarnya.
"tunangan abang pasti hancur kalo abang ngelakuin ini" ucap bella.
"ga ada pilihan lain" ucap sigit.
"pasti ada" balas bella.
"apa?" tanya sigit.
"kita jujur, dan semua akan berlalu seiring berjalan nya waktu" jawab bella.
"ga semudah itu bella" balas sigit.
"aku ga bisa bang, aku masih terlalu muda buat menyandang status istri" ucap bella.
"kamu ga perlu berubah atau jadi orang lain, pernikahan kita cuma buat menyelamatkan keluarga kita aja" ucap sigit.
"pernikahan bukan buat di mainin bang, itu janji kita sama Allah" ucap bella.
"aku tau" balas sigit.
"kita ga bisa nikah" ucap bella
"tapi bel" ucap sigit pelan.
"gak bisa bang" kekeh bella.
"besok keluarga kita ga akan punya muka di hadapan banyak orang" ucap sigit.
bella binggung, dirinya tak tahu harus berbuat apa untuk menyelamatkan keluarga nya selain menikah dengan sigit, calon iparnya sekaligus pria yang tidak bella tahu sama sekali kehidupan nya.
"waktunya kurang dari 24 jam lagi bel" ucap sigit lagi.
bella masih diam, suasana menjadi hening beberapa menit.
"bel" panggil sigit pelan.
bella menatap sigit.
"masa kita harus menghianati pasangan masing-masing bang" ucap bella.
"demi nama baik keluarga" balas sigit.
"demi keluarga" ulang bella.
"iya, ini juga sangat berat buat aku tapi aku ga punya pilihan" balas sigit.
bella terdiam kembali, ia menatap kumpulan pot bunga di hadapan nya.
"aku ngerti sama apa yang kamu rasain, kita sama-sama harus terluka demi keluarga, kamu ga sendirian" ucap sigit lagi.
"harus ya bang?" tanya bella polos tanpa menatap sigit.
"iya harus" jawab sigit.
bella menarik napas dalam kemudian mengembuskan nya perlahan, dirinya melakukan itu beberapa kali lalu menatap sigit.
"ya udah aku ikutin mau kalian" ucap bella pelan.
"makasih bel" balas sigit, bella tak menyahut.
mereka pun sibuk dengan pikiran masing-masing.