Alex memperhatikan beberapa foto Mia Clark yang ia pajang diruangan pribadinya. Biasa saja, dia lebih tampak cantik dilihat secara langsung. Dia mewarisi mata bulat yang hitam dari wanita itu pasti. Dan saat melihat iris matanya yang hitam bulat menatapnya takut dan penuh kerapuhan Alex langsung menyukai tatapan itu.
Dia punya pesona yang tak bisa Alex dekskripsikan tapi melihat wajahnya dia ingin sekali menyetubihanya sampai dia memohon ampun padanya dan saat dia membuka mulutnya karena mendesahkan namanya nikmat dia akan menembakan peluru membuatnya mati tanpa suara . Melihat bibirnya membuat Alex bernafsu untuk menciumnya dengan panas melumatnya dan mendorongnya ketembok kasar lalu saat dia mulai menikmati ciumannya ,perlahan tapi pasti Alex ingin memutar kepalanya 360° memutuskan denyut nadi lehernya secara cepat. Tanpa darah dan cepat. Ya.
Setelah itu Alex akan mencongkel mata hitamnya. Mata yang terlahir dari wanita yang tak sudi ia sebutkan namanya. Dan jujur saja, matanya adalah salah satu bagian favorit Alex yang dimiliki wanita itu. Setelah itu, Dia akan mempersembahkan tubuh putrinya pada si tua bangka Tom. Mia Clark, adalah alasan dia bernafas sampai sekarang dan karena si Tua bangka ini bodoh telah menyembunyikan anaknya selama sembilan tahun dan membuat berita murahan bahwa dia telah mati, itu sangat bodoh. Alex punya banyak cara untuk mengetahui kebohongan itu secara mudah.
Alex duduk dikursi kerja bekas mendiang ayahnya. Sambil memejamkan matanya dia tersenyum penuh arti.
Sepertinya aku bisa tidur untuk malam ini...
***
Mia terbangun dari tidurnya karena sakit disekitar lehernya. Ia mengucek-ngucek matanya pelan. Ya dan kenyataannya ia berada di kamar serba putih ini. Ini gila, Mia menggerutu frustasi. Dia tidak mungkin berharap ini mimpi lagi.
Tiba tiba pintu kamar ini terbuka. Dia terkesiap kaget, matanya membulat. Pria gila itu membuatnya ketakutan tentu. Dia bisa saja melakukan hal yang lebih parah lagi kan?
"Kau sudah bangun?" Tanyanya tenang.
Alex lalu melihat kasur seharusnya ditempati Mia sambil menaikan alisnya.
"Apa kau tidur di sofa?" Tanyanya lagi
Mia masih belum menjawab.
Alex lalu mendekat. Mia beranjak dari sofanya dan melangkah mundur.
"Kenapa?" Tanya Alex semakin mendekati Mia
Aku takut padamu ! Pekik Mia dalam hati.
"Jawab aku!!" Teriak Alex membuat Mia kaget bukan main. Wajah tenangnya tadi berubah menjadi orang yang sangat marah. Mia tersentak kaget. Lalu mematung saat ingin melangkahkan kakinya untuk mundur.
Alex merengkuh tubuh ramping Mia secara kasar. Mia makin bergetar hebat. Ia meringis sakit karena cengkraman alex sangat kuat.
"Kau punya mulut kan?" teriak Alex
Mia mengangguk pelan.
"Lalu kenapa tidak menjawab?" Tanya Alex masih berteriak.
Tubuh Mia bergetar karena takut.
"K-kau.. membuatku-u t-takut" kata Mia gugup dan pelan.
Alex yang menatap manik mata Mia yang takut dan penuh kerapuhan itu segera merenggangkan cengkramannya. Lalu merubah air mukanya kembali tenang lagi.
Alex lalu mengusap sebelah Mia lembut.
"Lain kali ... jika aku bertanya kau harus langsung jawab! Aku tidak suka jika mulutmu ini kau biarkan tertutup terus," katanya pelan namun penuh penekan, Alex lalu membelai bibir mia yang masih sedikit bergetar.
"Atau ... aku akan melumatnya habis sampai kau benar benar tak bisa bicara." Lanjut Alex dengan tatapan dingin.
"Mandilah. Aku menunggumu dibawah untuk sarapan." Katanya lagi.
Mia masih bungkam menatap punggung Alex yang menjauh keluar kamarnya.
Ia berpegangan pada dinding bercat putih itu.
Ya! Pria itu gila. Bagaimana bisa dia berubah menjadi sangat lembut saat dia sedang marah. Dan tatapannya dengan manik mata berwarna abu itu tak pernah bisa Mia baca warna abunya terlalu pekat seperti asap yang memblurkan pandangan.
Ia bergidik ngeri lalu segera masuk ke kamar mandi dan ya kamar mandi ini pun serba putih.
Mia membuka lemari bergaya kuno di kamar itu, gaun dress santai berbahan katun berwarna hitam dan putih menggantung banyak disana. Dan juga pakaian dalam wanita...
Ah! Mia tak mau banyak berpikir lagi ia mengambil asal dress berwarna hitam selutut dan pakaian dalam itu untuk segera ia pakai.
Ia juga melihat beberapa make up wanita yang tersedia di meja kecil pinggir kasurnya.
Dia menyisir rambutnya cepat.
Ia segera keluar dari kamarnya mencari pria gila itu, Alex.
Mia mengelus dadanya pelan. Bahkan mencari meja makan di rumah ini harus mengeluarkan banyak energi. Ia melihat Alex yang sedang duduk memunggunginya.
"Kau lama sekali." Kata Alex yang menyadari keberadaan Mia.
"Eh." Kata Mia kaget.
"Kau mau tetap disitu? Dan membiarkanku kelaparan hmm?" Kini Alex membalikan badannya. Lalu melongo melihat Mia yang memakai dress hitam selutut yang ia pakai. Warna hitamnya sesuai dengan warna manik matanya.
"Kau suka warna putih ya?" Tanya Mia langsung. Ia sudah tidak tahan untuk bertanya.
"Tidak." Jawab Alex dengan senyum miringnya.
"Kau mau membuatku gila karena kamar serba putih itu?" Kata Mia sekali lagi.
Alex menyunggingkan seringai jahatnya.
Misi utamaku adalah membuatmu menderita bodoh! Batin Alex.
"Hm. Aku sangat lapar karena menunggumu mandi. Apa semua wanita mandi selama ini?" Tanya Alex mengalihkan pembicaraan.
Mia memajukan bibirnya
'Suruh siapa menungguku pria gila' gumam Mia pelan. Dan ternyata terdengar oleh Alex.
"Pria gila?" Mia membelokan matanya menatap Alex. Ia takut Alex akan berwajah marah lagi seperti tadi pagi. Tapi tidak air mukanya masih tenang.
"Kau salah dengar." Kata Mia pelan lalu duduk dan pura pura tenang mengambil makanan dan makan bersama Alex.
Alex tak berbicara apa apa lagi setelah itu. Ia kini serius pada makanannya dengan wajah dinginnya lagi.
Pria gila ini mempunyai mood yang berubah ubah. Batin Mia.
***
Mia tak melihat Alex setelah kejadian tadi pagi. Terakhir, dia sudah berpakaian rapi dan mengabaikannya dengan wajah dinginnya.
Alex Abraham masih sangat asing untuk Mia.
Dia tak tahu harus bersikap bagaimana pada Alex yang kadang membuatnya sedikit takut dengan perubahan sikapnya yang cepat itu.
Mia ingin bertanya padanya dimana papanha sekarang, apa yang terjadi dan kenapa dia berada disini. Tapi mengetahui sifatnya yang arogan seperti itu membuat Mia mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Mia ingin kabur dari tempat ini, tapi setelah dipikir pikir dia akan pergi kemana? Mengingat dia tak tahu jalan dan juga bagaimana jika nasibnya malah bertambah buruk di luar sana.
Mia bertekad untuk bertahan disini sementara dan mencari tahu apa yang terjadi.
Mia sangat bosan dengan suasana kamar serba putih ini. Tidak ada yang dapat dia ajak bicara, para pelayan disini sama dinginnya dengan wajah Alex pria. Niatnya untuk melihat-lihat rumah ini dia urungkan karena membayangkan para pelayan itu mempunyai sifat sama dengan Alex.
Jadilah Mia disini diam di kamar yang di d******i warna putih. Tidak ada pemandangan lain yang bisa dia lihat. Ini sangat menyebalkan untuknya. Dia merasa terkurung disebuah istana dengan penghuni penghuni berwajah dingin.
Tiba tiba sesuatu mengagetkannya, saat dua lengan kekar melingkar diperutnya. Memeluk Mia dengan erat dan dia menenggelamkan wajahnya di lekukan lehernya. Mia mencium parfum yang sama... Alex.
"Sedang memikirkan sesuatu hm?" bisik Alex.
Mia menggeleng pelan" Em Alex bisa lepaskan aku?" Kata Mia mencoba melepaskan pelukannya.
"Tidak" jawabnya singkat sambil mengeratkan pelukannya.
Sesaat Mia terdiam dalam posisi seperti itu. Sambil menggigit bibir bawahnya, dia merasakan hal aneh mendapat sentuhan intim dari Alex.
"Mia Clark, apa kau sudah mempunyai kekasih? Apa reaksi kekasihmu jika melihat kau seperti ini?" tanyanya dengan nada, sedikit meremehkan.
Tubuh Mia bergetar, dia jadi teringat Gio. Tunggu dulu, hubungan mereka memang belum pasti. Tapi tidak tahu kenapa, perasaan Mia padanya hanya sebatas menyayanginya sebagai sahabat dari teman kecinya. Dia harus menjelaskan apa nanti pada Gio. Dan apa ia akan menerima keadaannya sekarang? Mungkin iya, tapi keluarganya? Ah. Ini membuat Mia gelisah.
"Apa dia tampan? Pastinya tidak lebih tampan dariku" suara Alex terdengar mengejek. Dia percaya diri sekali. Membuat Mia mendengus kesal.
Alex melepaskan tangannya yang melingkar ditubuh Mia. Lalu membalikan badan Mia untuk menatapnya. Lagi-lagi sirat matanya tak bisa dia tebak warna abunya terlalu pekat. Dia memakai kemeja biru muda yang dilinting.
"Kenapa kau perlu tahu?" Tanya Mia sedikit menantang.
Dia menyunggingkan senyum jahatnya.
"Aku hanya ingin tahu siapa pria yang telah menaklukan hatimu. Dia pasti beruntung bisa mencicipi, tubuh indahmu ini..." katanya sambil mengelus pipi Mia dengan telunjuknya.
Lancang sekali dia! Mata Mia memanas dan reflek tangannya diacungkan untuk menampar pipi Alex, tapi sebelum tangan Mia mendarat dipipinya, tangannya mencekal lengan Mia dan menariknya untuk mendekat padanya. Dan dengan cepat bibirnya menjadi sasaran empuk untuk Alex.
Tentu saja Mia kaget dan tangannya yang ingin dia pakai untuk melepaskan dirinya dari Alex dicekal olehnya. Tubuh Mia direngkuh Alex dan kini dia menempel dengan Alex. Ia melumat bibir Mia kasar dan mendorong tubuhnya ke dinding sehingga Mka tak bisa bergerak lagi.
Mia tak bisa berpikir jernih lalu dengan cara terakhirnya dia menggigit bibir Alex keras. Lebih keras dari Alex menggigit bibirnya kemarin.
"Auw!" dia terpekik dan mundur satu langkah dari Mia
Alex meringis menatap Mia lalu membelai bibirnya yang merah karena digigit tadi.
Alex kembali mendekat pada Mia.
"Kau hampir menikmatinya hah?" Katanya tanpa ekspresi mencoba meraba wajah Mia.
Mia memalingkan wajahnya. Tak bisa berkata kata. Merasa malu karena telah dilecehkan.
Alex masih menatap Mia dalam diam lalu pergi meninggalkannya tanpa kata-kata.
Mia tak bisa membayangkan bagaimana kedepannya jika dia masih berada disekitar Alex.
tbc