tak terasa seminggu berjalan tanpa seseorang yang Sangat dicintai.
kematian ayah mereka membuat anak anak tersebut merasa putus asa, termasuk Adit dan Lala walaupun mereka belum mengerti tentang ditinggal selamanya tapi dengan tidak melihat ayah di hari hari mereka lagi membuat terkadang mereka menangis yang mampu membuat sang ibu juga ikut menangis.
Bahkan sang ibu sempat pingsan saat sang ayah diantar pulang oleh ambulan.
beberapa pesan sang ayah semasa hidup membuat mereka sekarang kuat.
sang ibu juga lebih fokus pada anak anaknya dengan harta peninggalan sang suami seperti ansuransi membuat banyak sanak saudara yang menjilatinya padahal suami nya baru saja meninggal.
karena melihat banyak kebusukan hati, dihari kelima setelah sang suami meninggal ia memutuskan pindah tanpa diketahui keluarganya dengan bantuan beberapa teman yang dipercayainya.
sudah seminggu sejak tragedy itu, sekarang mereka berada dirumah baru dengan menjual rumah yang lama.
malam hari dengan suhu 28 derajat Celcius mereka berkumpul diruang tengah sambil menonton tv, mereka baru saja siap makan malam.
"kak, bunda akan kerja ditempat restaurant itu lagi" sang ibu membuka percakapan, kelima anaknya pun menatap sang ibu dengan berbagai tatapan yang berbeda beda.
sang ibu bernama Mina itu memang seorang kepala koki disebuah restaurant tapi dia mengambil cuti untuk mengurus Adit.
sekarang Mina berpikir dia harus bekerja untuk menghidupi kelima anaknya, dia tidak bisa bergantung pada peninggalan sang suami yang mungkin bisa mencukupi kehidupan mereka 5 tahun kedepan.
"yaudah kakak akan berhenti sekolah dan menjaga Adit dirumah" ucap Maryam dengan senyuman lembutnya, membuat hati sang ibu sedikit teriris mendengarnya.
"kakak sekolah aja, biar bunda sewa babysitter untuk menjaga Adit" ucap sang ibu lembut mengelus kepala Maryam yang duduk disampingnya.
"Bun, ayah tidak suka orang lain bergabung dirumah kita" ucap Maryam lirih memperingati ibunya.
sang ibu pun terkejut mendengarnya, dan sekarang dia merasa seperti ibu yang buruk.
"yaudah kalau begitu kakak homeschooling aja ya, kakak udah SMP loh tidak boleh berhenti sekolah ya" ucap sang ibu, Maryam pun mengangguk menurut.
"bunda nanti pulang jam berapa?" tanya Hary yang dari tadi hanya menyimak.
"bunda pergi dari jam 9 pagi dan pulang jam 5 sore".
"ooh berarti kak Maryam ambil homeschooling nya di pagi hari saja, biar Abang yang jaga Lala dan Adit dipagi hari, kan Abang masuk siang" ucap Hary membuat sang ibu bangga Hary yang sudah bisa membuat jadwal seperti itu.
"lalu Milan siapa yang mengantar dia kan masuk pagi" tanya Maryam mengingat Milan masuk jam 7 pagi.
"biar bunda saja" ucap sang ibu.
"tapi bunda kan tidak bisa naik kereta" ucap Milan yang juga mulai bergabung dengan percakapan itu. sang ibu hanya bisa menaiki mobil tidak dengan kereta Karena ada sesuatu yang membuatnya trauma.
"bunda berencana membeli mobil dengan uang jual kereta dengan tambahan sisa uang jual rumah kita dulu, agar bunda juga bisa membawa kalian sekali semua jika berpergian" ucap sang ibu.
"tidak" ucap Hary yang mulai teringat kejadian seminggu lalu.
sang ibu pun mengerti lalu bergeser sedikit agar duduk didekat Hary.
"bagaimana jika tragedy itu terjadi lagi" ucap Hary dengan tubuh yang bergetar takut menatap sang ibu.
"Hary. dengar bunda, kita sudah jauh sekali dari kejadian itu dan disini selalu ramai orang berlalu lalang dan juga jika kita dihalangi oleh preman kita akan menabrak mereka" ucap sang ibu dengan kekehan diakhir kalimat untuk menghibur anaknya.
mendengar itu Hary pun mulai menurut dan ikut tertawa dengan Milan juga Maryam, Lala dan Adit sudah tertidur di karpet tebal berbulu lembut itu.
"kalian semua juga sudah bunda pindahkan ke sekolah yang baru, Milan dan Abang Hary satu sekolah" ucap Sang ibu antusias.
"yeeeay" sorak Milan senang, Hary juga tersenyum senang.
sang ibu langsung saja memeluk anaknya yang terlihat trauma dengan kejadian itu.
keesokan pagi nya di mulai lah rutinitas mereka, sang ibu lebih awal menyiapkan sarapan lalu membersihkan bayi Adit.
setelah itu dia pergi mengantar Milan ke sekolah sambil langsung pergi ketempat restauran dimana dia bekerja.
sedangkan dirumah ada Maryam yang sedang mengucir rambut Lala, Hary bermain dengan si kecil adit.
mereka semua sudah sarapan bersama sama tadi pagi, setelah selesai dengan rambut Lala sang kakak pun bergegas membereskan rumah dimulai dari menyapu rumah, menyiram tanaman, menjemur pakaian yang sudah dicuci oleh mesin cuci, serta mencuci piring bekas sarapan mereka tadi.
setelah sekitar 2 jam membersihkan rumah dia kembali lagi ke ruang tengah dimana adik adiknya sedang menonton tv.
"Hary, kamarmu sudah dibereskan?" tanya Maryam sambil mengambil tempat duduk dikarpet merah tersebut.
"sudah kak, habis mandikan Lala langsung di beresin kok" ucap Hary memandang Maryam dan Adit bergantian.
Maryam pun mendengarnya tersenyum bangga pada Hary yang membantunya mengurus adik adik mereka.
"oh iya kak, kakak kapan mulai homeschooling nya?" tanya Hary menatap sang kakak.
"kata bunda sih mulai besok" ucap Maryam sambil mengambil Adit yang mengantuk dari pangkuan Hary.
"ooh gitu ya" ucap Hary mengangguk mengerti.
"kakak nidurkan Adit ke kamar dulu ya ry" ucap Maryam sambil berlalu pergi ke kamarnya.
Hary pun mengangguk menurut.
sekarang dia bersama Lala yang daritadi sangat serius menonton film Spongebob.
karena Hary masuk sekolah jam 1 dan sekarang masih jam 10 dia pun mengajak Lala bermain tebak gambar yang sering dilakukannya bersama ayahnya dulu.
Hary pun mengambil sebuah kertas yang banyak gambar hewan dari kamarnya.
"la ayo kita bermain tebak gambar" ajak Hary antusias didepan tv, Lala yang melihatnya ikut antusias juga karena ini adalah permainan yang sering dimainkannya dengan sang ayah dulu.
"ayo bang" ucap Lala bangun dari rebahannya dengan mata berbinar.
"oke sekarang coba Lala tebak ini gambar apa?" tanya Hary sambil menunjuk gambar harimau dikertas itu.
"hm itu" Lala pun berpikir kerasa tampak dari kerutan didahinya. "singa" jawab Lala semangat.
Hary tertawa melihat jawaban sang adik salah padahal ada nama hewannya dibawah gambar tersebut tapi karena Lala belum bisa membaca jadi hanya mengandalkan daya ingatnya saja.
"ih Abang kok ketawa" ucap Lala cemberut tentu saja malu karena jawabannya yang salah tapi dengan percaya dirinya dia menjawabnya.
"salah la ini harimau" ucap Hary menghentikan tawa nya sebelum adiknya itu marah beneran.
mereka pun melanjutkan permainan terkadang Lala bisa menjawabnya tapi banyak juga dia salah menjawab.
setelah 30 main tebak gambar, Lala pun lelah langsung saja diletakkannya kepalanya ke paha sang Abang yang sedang selonjoran.
"Abang, ayah tidak akan pulang lagi ya" tanya Lala dengan bahasa celatnya.
Hary terkejut dengan pertanyaan Lala yang sangat tiba tiba dan random itu.
tapi Hary langsung mengubah wajahnya selembut mungkin untuk menyembunyikan kesedihannya itu.
"ayah sudah bahagia ditempat lain, kalau Lala jadi anak baik nanti pasti bisa jumpa ayah" ucap Hary perhatian sambil tangannya mengelus kepala Lala yang sudah mengantuk itu.
"tapi Lala kangen ayah" ucap Lala lirih.
"kalau begitu doa kan ayah sebanyak mungkin jangan bersedih terus karena nanti disana ayah ikutan sedih" ucap Hary lembut.
Lala pun mengangguk menurut dan memeluk pinggang Hary dengan erat.
tak lama kemudian terdengar dengkuran halus Lala dan nafasnya juga sudah teratur menandakan dia tertidur.
Hary yang berumur 9 tahun pun mengangkat Lala yang masih berumur 3 tahun itu ke kamar.
setelah itu Hary buru buru membereskan buku buku yang akan dibawanya nanti kesekolah dan juga menyiapkan seragamnya.
tepat pukul 12.30 bus sekolah Hary sudah didepan rumah, sebenarnya bisa saja Milan juga naik bus tapi teringat umur Milan masih terlalu dini juga hiperaktif membuat ibu nya khawatir jadilah Hary saja yang naik bus.