Menuju Hari yang Sakral

1448 Words
Setelah penandatanganan kesepakatannya dengan Richie, entah kenapa Sharlynn semakin terlihat percaya diri. Mengikuti saran sang paman, ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke mansion utama keluarga Eisenhauer. "Mom, kemana anak manja itu?" tanya Odette pada Rolanda saat keduanya berada di dalam kamar. Dibantu dua orang pihak butik, Odette berdiri di depan cermin seukuran tubuhnya sedang memakai gaun pengantin tanpa lengan berbelahan d**a tinggi. Membuat dua gundukan d**a miliknya seolah menyembul keluar. "Mungkin dia pergi untuk menenangkan diri. Besok adalah hari pernikahanmu dengan Julian. Tentu saja dia pasti meratapi nasib malangnya," jawab Rolanda yang membuat Odette tertawa girang. Membayangkan wajah menyedihkan saudara perempuan tirinya. "Padahal aku sudah menyiapkan kejutan untuknya besok. Batal menikah dengan Julian, aku ingin dia melihat kemesraanku bersama Julian. Albert m***m itu sangat cocok untuk sharlynn. Aku yakin, pria itu akan menciptakan neraka untuk anak manja itu," kata Odette yang kembali membuat Rolanda tertawa yang kali ini suaranya lebih kencang dan memenuhi setiap sudut kamar. "Kau memang benar. Sharlynn pantas merasakan neraka yang akan diciptakan Albert. Sudah terlalu lama dia menikmati kekayaan yang dimilikinya. Sekarang dia harus merasakan menjadi seperti kita dulu," sinis Rolanda saat mengingat betapa irinya ia melihat kemesraan Heinz dengan mendiang ibu Sharlynn. "Tapi daddy menjengkelkan! Kenapa pernikahan kami harus digabung di hari yang sama. Aku tak ingin para tamu hanya fokus pada Sharlynn yang diketahui sebagai anak kandung dari Heinz!" Amuk Odette sembari menghentakkan kedua kakinya. "Justru itu kesempatanmu untuk menunjukkan pada Sharlynn dan Albert bahwa pasangan paling sempurna di hari pernikahan itu adalah kau dan Julian," senyum jahat tercetak di wajah Rolanda. "Percayalah, Sharlynn akan menjadi pengantin paling tidak bahagia di hari pernikahannya," hibur Rolanda sembari mengusap lembut pipi mulus anak perempuannya. * Di ruang utama. Heinz Othman sang tuan rumah tampak mondar-mandir. Ia mencoba menghubungi ponsel anak perempuannya. Tetapi hanya suara operator yang menjawabnya. Apalagi ia mendapatkan laporan yang tak mengenakkan dari Albert. "Anak tak tahu diuntung! Bisa-bisanya dia kabur saat berkencan dengan Albert. Berani juga dia dibawa seorang pria asing!" Heinz mengepalkan tangannya dengan kuat. Seolah mendapat amunisi dari Rolanda yang dijejalkan terus-menerus, ia terlihat semakin membenci anak perempuannya sendiri. "Lihat saja jika dia berani pulang! Aku akan membuat perhitungan denganmu, anak bandel!" * Mobil yang dikemudikan Richie baru saja tiba di halaman depan mansion keluarga Eisenhauer. Berhenti tepat di depan teras mansion, Sharlynn seolah enggan turun dari sana hingga Richie terpaksa mengusirnya secara halus. "Kita sudah tiba, Nona," kata Richie yang membuat Sharlynn mengerjap dua kali. Gadis itu menatap ke sekeliling melalui jendela kaca samping mobil. Rumah mewah yang merupakan tempat kelahiran dan menghabiskan masa kecilnya, tiba-tiba menjadi asing baginya. "Nona, apakah Anda tak ingin turun dari mobil saya?" tanya Richie yang kembali membuat Sharlynn harus menghempaskan semua rasa keterpurukannya. "Ma'af," ucap Sharlynn lirih. "Aku akan turun. Terima kasih sudah mengantarku. Jangan lupa, nanti malam kau jemput aku. Kita harus mempersiapkan semuanya untuk besok sesuai kesepakatan yang sudah kita tandatangani," peringat Sharlynn, meskipun Richie merasa risih dengan ucapan gadis itu. Tetapi ia sudah berani memutuskan akan membantu gadis itu dengan cara menikahinya. "Anda bersiap saja nanti malam. Saya akan menunggu Anda di depan gerbang mansion," kata Richie yang sebenarnya sedikit merasa bersalah pada Heinz karena sudah berani menikahi anak perempuannya tanpa persetujuan dari pria itu. Sharlynn mulai melepas sabuk pengaman yang melingkari bagian perut dan d**a. Setelahnya ia gegas menuruni mobil dan berjalan santai memasuki mansion. Gadis itu berjalan santai memasuki ruang utama. Tanpa menghiraukan tatapan maid yang mungkin bertanya-tanya kemana dirinya berada setelah meninggalkan Albert. Heinz yang melihat anak perempuannya berjalan menuju tangga, segera menghentikannya saat melihat sosok Sharlynn. "Sharlynn!" teriak Heinz membuat gadis itu sedikit terkejut hingga menghentikan langkahnya. Saat membalikkan badan, ia melihat sang ayah sudah menatapnya dengan geram. Heinz tampak berjalan mendekati Sharlynn dan tiba-tiba suara tamparan sudah menggema di ruangan itu. Sakit yang Sharlynn rasakan bukan pada pipinya, tapi pada hatinya. Wajah Sharlynn berpaling sembari mengusap pipinya yang terasa panas. Matanya berkaca-kaca, ia tak menyangka sang ayah berubah kasar setelah menikahi istri mudanya. "Anak tak tahu diri! Aku sudah memberikan pria yang tepat tapi kau malah kabur! Kemana kau selama tak pulang? Jual diri dan tidur dengan pria sembarangan? Hah!" Cecaran sang ayah semakin membuatnya sakit hati. Ia belum pernah merasa sesakit ini sebelumnya. Sharlynn memberanikan diri menatap sang ayah. Meskipun matanya berkaca-kaca, tetapi hatinya begitu sakit. Seolah ia sudah tak mengenal siapa ayah kandungnya. "Aku tak akan menikah dengan Albert! Terserah kau menghinaku atau mengusirku. Aku akan pergi, tapi setelah mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku yang ditinggalkan mommy!" Sharlynn menatap sang ayah dengan kilatan kemarahan. Setelah puas mengatakan hal itu, ia segera menaiki anak tangga dan menguatkan hati. Ia usap sedikit air mata yang mengalir. Saat menyusuri lorong, langkah kaki gadis itu melemah, ia mendengar suara percakapan dua orang wanita yang sangat ia kenali. Ia sadar, untuk menuju kamarnya harus melewati depan kamar Odette. Namun, Sharlynn sudah berjanji untuk menguatkan hatinya. Ia tak akan begitu mudah untuk menyerah atau terbawa emosi karena itu artinya kemenangan bagi Odette. Ia memutuskan untuk kembali melanjutkan langkah dengan percaya diri tanpa menengok ke kamar Odette. Namun, suara seseorang yang sangat memuakkan baginya terdengar memanggil namanya. “Sharlynn!” panggilnya. Pemilik nama menoleh dan mendapati Odette keluar masih memakai gaun pengantin yang seksi dan terlihat cukup mewah. “Kemana saja kau tidak pulang? Kau pasti bersenang-senang dengan Albert.” Senyuman Odette seolah meledeknya, meskipun hatinya terasa disayat hingga mengepalkan kedua tangannya, tetapi Sharlynn tetap berusaha untuk tersenyum. “Aku memang sengaja menginap di tempat uncle Keenan, yang jelas bukan bersenang-senang bersama Albert,” jawab Sharlynn disertai senyuman termanis. Ekspresi Odette seketika berubah, meskipun berusaha ditutupi tetapi Sharlynn menangkap ketidaksukaan. Baru saja Sharlynn akan membalikkan badan dan pergi ke kamarnya, tetapi suara Odette kembali mengganggunya. “Sharlynn, bagaimana dengan gaun pengantinku? Sangat cantik, Bukan?” tanya Odette dengan senyum lebarnya dan memutar badannya menunjukkan setiap detail gaun pengantin yang dipakainya. “Sangat cantik. Apalagi kau yang memakainya…” puji Sharlynn dengan menjeda kalimatnya. “Tapi sayang, gaun secantik itu dipakai oleh seorang wanita yang sudah tidur dengan calon suami orang lain. Jadi, kecantikan gaun pengantin itu memudar.” Senyum di wajah Odette seketika berubah, Sharlynn tak ingin berlama-lama di sana. Senyuman sinisnya masih terlihat jelas oleh Odette saat Sharlynn membalikkan badan meninggalkannya. “Sharlynn b******k! Katakan saja jika kau iri karena aku yang menikah dengan Julian!” Odette menghentakkan kedua kakinya ke lantai persis seperti anak kecil. Beberapa menit kemudian. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sharlynn memutuskan untuk tidak ikut makan malam. Ia di dalam kamar sibuk untuk mempersiapkan semuanya. Ia memasukkan beberapa benda yang menurutnya sangat penting ke dalam ransel. Kotak perhiasan pemberian mendiang sang ibu, dokumen deposito kecuali surat kepemilikan saham dan kepemilikan peternakan juga mansion yang ada di Frankfurt yang semuanya disimpan oleh Keenan. Berpenampilan kasual, celana jeans dipadu t-shirt lengan pendek dibalut jaket denim dengan rambut yang diikat ekor kuda, Sharlynn mulai menggantungkan ransel ke bahu sebelah kanannya. Saat menuruni anak tangga, ia tak melihat siapapun. Kesempatan baginya untuk keluar dengan mudah dari mansion. “Nona, Anda mau kemana?” Suara seseorang membuat langkah Sharlynn terhenti. Ia melihat seorang maid berdiri di bawah tangga. “Tolong katakan pada daddy, aku pergi dan kembali besok,” jawab Sharlynn dan melanjutkan langkahnya. “Tapi…Anda tidak makan malam dulu?” tanya maid. “Aku makan tapi tidak di sini,” jawab Sharlynn singkat lalu mempercepat langkahnya. Setengah berlari ia keluar dari mansion, tak ingin Heinz memergokinya. Setelah mendekati gerbang mansion, ia semakin berlari keluar dan melihat mobil Richie saat sudah keluar gerbang. Sharlynn buru-buru mendekati mobil dan memasukinya, “Anda sudah yakin? Jika masih ragu, Anda bisa membatalkannya sekarang.” Sharlynn menatap sengit pada Richie, “Aku sudah yakin tapi sepertinya kau yang ragu.” Richie menghembuskan napas kasar, ia tak menimpali kalimat Sharlynn. Tanpa mengatakan apapun, Richie mulai mengemudikan mobilnya menjauhi mansion. *** Keesokan pagi, mansion keluarga Eisenhauer. Mansion terlihat sibuk persiapan acara pemberkatan dan resepsi pernikahan Odette dan Julian. Di dalam kamar, Odette terlihat sudah bersiap dengan gaun pengantin dan riasannya. Heinz yang tak melihat keberadaan Sharlynn yang ia sejak pagi menunggu kepulangan anak perempuan kandungnya, terlihat gelisah. Ia masih menyimpan kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya. “Sharlynn, kau dimana, Nak? Ma’afkan daddy yang selalu memarahimu,” gumamnya lirih. Bersamaan dengan itu, Rolanda datang dan memaksanya segera bersiap untuk berangkat ke ‘Berliner Dom’ tempat yang dipilih untuk pemberkatan pernikahan Odette dan Julian yang pada awalnya adalah rencana pernikahan Sharlynn dan Julian. “Mungkin dia tidak akan datang. Aku tahu, Sharlynn masih merasa sakit hati atas pernikahan Odette dan Julian. Sebaiknya kita pergi sekarang,” ajak Rolanda yang melingkarkan tangannya pada lengan Heinz. Heinz sang tuan rumah yang sudah termakan rayuan-rayuan Rolanda, seakan tak bisa berbuat apapun bahkan untuk melindungi anak perempuan kandungnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD