Manda Ayu Putri

1311 Words
Manda terus saja memohon untuk tidak di usir dari rumah itu, ia sudah sangat lelah sekarang dan tidak bisa berpikir lagi. Belum lagi tubuhnya terasa sangat sakit setelah melakukan permainan panas bersama Brian tadi. Manda berharap bisa beristirahat dengan tenang di kamarnya, namun masalahnya tidak bisa habis-habisnya menghampiri dirinya. "Ayah! Tolong jelaskan, apa maksud dari perkataan ibu?" tanya Manda beralih menatap ayahnya yang dari tadi diam membisu saja. "Selain menjadi w************n! Kamu ternyata sangat bodoh, ya. Apa masih belum jelas yang di katakan istriku tadi?" tanya ayah Manda. Hati Manda semakin sakit, ayahnya malah menghina dan merendahkan dirinya, kini semua penderitaan Manda sudah lengkap sekarang dan akhirnya ia memilih untuk diam saja. Dengan perlahan Manda pun menarik kopernya pergi dari rumah kedua orang itu yang ternyata orang lain. "Tunggu!" ucap ibu Asih dan seketika Manda terhenti dari langkahnya. "Ini! Ambilah! Jika kamu ingin menemui kedua orang tua mu, maka pakailah liontin ini. Yah, jika kedua orang tua mu masih hidup juga! Tapi misalnya mereka hidup, mungkin mereka tidak akan pernah mengangap dirimu, aku sih sangat malu memiliki anak seperti kamu yang sangat murahan ini!" ucap ibu Asih yang sempat-sempatnya memaki Manda sebelum ia pergi. "Pergi sana!" usir ibu Asih lagi. "Kalianlah yang membuatku seperti ini!" ingin rasanya Manda mengatakan seperti itu, tapi dirinya tidak ingin menambah masalah hidupnya. Saat ini Manda hanya memikirkan dimana dirinya tinggal sekarang, sedangkan ia hanya memiliki uang sedikit, tapi Manda tetap bersyukur. Dengan adanya tabungannya, Manda bisa mencari kontrakan yang kecil dan sangat murah yang terpenting dirinya bisa tidur sementara ia mencari pekerjaanya nanti. Akhirnya Manda menemukan tempat kontrakan yang sesuai dengan uang yang ia punya saat ini. Kemudian Manda pun langsung merebahkan dirinya di keramik yang sangat dingin itu, bagi Manda itu adalah hal yang biasa merebahkan tubuhnya di lantai yang begitu keras tanpa alas sedikitpun, bahkan ia kembali teringat dirinya yang pernah tiduran digudang dengan suara tikus yang berkeliaran, belum lagi banyak nyamuk yang mengigit semua tubuhnya. Manda sosok gadis yang terus disiksa oleh kedua orang tua yang telah merawatnya. Padahal ia sudah bekerja keras sepenuh hatinya, demi mendapatkan uang untuk kedua orang tuanya itu namun, ia malah di kecewakan dan tersakiti, saat kenyataan tentang hidupnya yang begitu pahit. Manda langsung saja menangis tersedu-sedu ketika mengingat kejadian yang sudah menimpanya. Ia begitu sangat lelah menghadapi berbagai cobaan dihidupnya, ia ingin mencoba menjadi sosok gadis yang bahagia seperti orang lain diluar sana namun, kebahagiaan itu sulit ia dapatkan. Tanpa sadar Manda pun langsung saja tertidur, karena sudah sangat kelelahan. Manda bukalah sekedar lelah melakukan banyak pekerjaan, melainkan karena lelah memikirkan semua yang terjadi dihidupnya. Di pagi hari Manda terbangun dari tidurnya lalu langsung pergi mandi, karena tadi malam dirinya tidak sempat mandi sehingga tubuhnya terasa sangat lengket. Ketika Manda sedang bercermin, ia tidak sengaja melihat bekas ciuman di lehernya, ia pun langsung teringat lagi dengan lelaki yang sudah mengambil keperawananya itu. Seluruh tubuhnya pun seketika lemas tidak berdaya, ia mencoba untuk bangkit berdiri dan berharap ia bisa bertahan untuk menghadapi semuanya. "Entah sampai kapan aku bisa bertahan? Hidup rasanya seolah-olah bukan diriku yang hidup, melainkan hanya roh dalam hidupku. Aku merasa semua tubuhku terasa sudah hilang dan lenyap, haruskah aku mempertahankan hidupku yang seperti ini? Tapi, orang lain bisa bertahan, kenapa aku sendiri tidak bisa?" gumam Manda berusaha untuk menyemangati dirinya. Ia pun menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembusnya dengan pelan. "Aku harus mencari pekerjaan hari ini, jika tidak aku akan mati kelaparan." Manda pun langsung saja menyiapkan, berkas-berkas untuk dirinya melamar pekerjaan nanti. Setelah selesai, Manda langsung saja pergi keluar berjalan melangkahkan kakinya di aspal tersebut namun, Manda sangat bingung dirinya harus berjalan ke arah mana? Tetapi, langkahnya tidak berhenti sama sekali dan pada saat itu Manda tidak sengaja mendengar ucapan kedua orang yang membicarakan tentang lowongan pekerjaan tersebut, lalu ia pun langsung menanyakan kepada dua orang itu dan tentu saja kedua orang itu dengan senang hati menjelaskannya untuk Manda. Setelah Manda mendengarkan ucapan kedua orang itu, Manda langsung saja pulang karena interview pekerjaan di perusahaan itu adalah besok pagi jadi, ia ingin bersiap-siap menghadapinya namun, saat ia ingin menyebrangi jalan, tiba-tiba saja Manda terserempet mobil, sehingga kaki dan tangannya sedikit terluka. "Auh!" pekik Manda, ia melihat telapak tanganya berdarah dan terkelupas, sedangkan yang membawa motor tersebut langsung saja pergi kabur, karena ia takut Manda akan menuntutnya. "Ya, Tuhan, kenapa penderitaanku tidak habis-habisnya?" gumam Manda dalam hati, lalu dengan perlahan Manda bangkit berdiri untuk melanjutkan langkahnya, menuju kontrakan yang sebentar lagi ia akan sampai. Setelah sampai di rumah Manda langsung saja membersihkan kotoran yang berada di tangannya yang terluka, kemudian anda menempelkan plester di lukanya. Di pagi hari yang cerah, Mandi sudah bersiap-siap untuk pergi interview di perusahaan The Green. Sebenarnya Manda tidak terlalu yakin dirinya akan di terima, namun ia ingin mencobanya terlebih dahulu sebelum ia menyerah. "Semoga saja di terima," gumam Manda sambil tersenyum, walapun senyuman terukir di bibirnya, namun orang tidak tahu ribuan luka yang Manda alami sekarang. Manda tidak ingin orang-orang mengetahui penderitaanya selama ini. Ia ingin menguburnya dalam-dalam sehingga orang-orang tidak ada satupun yang tahu. Kini Manda sudah berada di jalan dengan berjalan kaki saja, ia pergi ke perusahaan tersebut hanya menempuh lima menit saja untuk sampai. Manda melihat perusahaan itu sangatlah megah dan besar, hatinya semakin gugup dan tangannya pun sudah mulai bergetar, ia tidak terlalu yakin dirinya bisa masuk ke dalam perusahaan itu, ia sangat takut orang-orang akan merendahkan penampilannya yang sangatlah sederhana itu. "Aku harus bisa! Aku harus semangat!" gumam Manda. Ia pun langsung saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam perusahaan The Green, lalu menghampiri meja resepsionis untuk bertanya di mana ruang HRD dan resepsionis tersebut dengan senang hati memberitahukan kepada Manda. Ketika Manda melangkahkan kakinya menuju ke ruang HRD, Manda seperti melihat seseorang yang ia kenal, namun ia tidak bisa mengingat siapa orang tersebut? Tapi ia sudah tidak perduli lagi, karena ada hal yang lebih penting dari itu. "Manda!" ucap seseorang dari belakang Manda dengan tiba-tiba. "Astaga!" ucap Manda terkejut. "Kamu Manda, kan?" tanya orang itu. "Hem, iya dan kamu?" tanya Manda ia tampak sedang berpikir untuk berusaha mengingat nama lelaki yang berada di hadapannya itu. "Topan!" sahut Topan sendiri, karena ia sudah tidak sabar lagi mendengar ucapan Manda yang tidak keluar-keluar. "Ah, iya. Topan! Kamu berkerja disini?" tanya Manda. "Hem, iya. Kamu juga bekerja disini, Manda?" tanya Topan juga "Aku lagi mengajukan surat lamaran hari dan langsung ikut interview, semoga saja di terima," ucap Manda. "Semoga saja," ucap Topan. Topan adalah seorang pria berusia 27 tahun yang dulunya adalah teman dekat Manda waktu SMA, namun karena Topan berkuliah di luar negeri, jadi mereka pun langsung berpisah, hingga lama tidak bertemu lagi. "Aku masuk dulu, yah?" ucap Manda. "Baiklah, semoga sukses! Setelah ini aku ingin berbicara denganmu saat makan siang!" ucap Topan. "Ok, baiklah," ucap Manda, lalu pergi meningalkan Topan sendirian yang masih berdiri di tempatnya. "Manda, Manda," gumam Topan. Topan pun langsung pergi bekerja. Sedangkan Manda, ia melihat beberapa orang sedang duduk di kursi sambil memegang berkas biodata diri mereka masing-masing. Manda yang melihat itu semakin gugup, ia takut dirinya akan di ejek dan di jadikan sebagai bahan tawaan orang, karena Manda selama ini sudah pernah mengalami semua itu dan tentu saja itu sangat tidak enak menerima omongan yang tidak pantas dari mulut orang tentang dirinya. "Manda Ayu Putri!" panggil HRD dengan tiba-tiba dan Manda pun langsung saja menuju ke arah kursi yang sudah di sediakan untuk para pelamar. "Saya, Bu," ucap Manda. Bagian HRD yang melihat penampilan Mand merasa ingin tertawa saja, bagaimana tidak Manda melamar di perusahaan dengan penampilan yang sederhana itu di perusahaan terbesar itu, tapi menurut Manda penampilanya sopan dan tidak melarang aturan, karena ia memakai rok selutut, dengan baju putih lengan panjag. "Aku tau pasti mereka menilai dari penampilanku," gumam Manda. Ia sadar bahwa baju yang ia pakai sangatlah murah harganya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD