Kereta itu pun berhenti di salah satu langgar lama. Syahidah dan Nilam pun turun dengan berhati- hati, dan sementara itu kuda penarik kereta sibuk mengais- ngais tanah dengan tungkai kirinya selagi kedua gadis itu keluar dari kereta. Usai turun, Syahidah memberi anggukannya pada sang kusir. “Nanti engkau jemputlah kembali ke sini, kira- kira di waktu Dhuha.” “Baik, Tuanku Putri,” jawab kusir itu. Ia pun memberikan salam hormatnya, lalu menarik tali kekang kuda itu agar berbalik arah. Syahidah dan Nilam pun ikut berbalik ke arah langgar. Tepat pula kala itu, putri Syaikh –Imaan Mariam El- Beheira –menghampiri mereka dan menyambut mereka. Engku Mariam jugalah seorang gadis yang bertanding- tandingan pula elok parasnya dengan Tuanku Putri Syahidah. Ia memiliki garis- garis wajah orang Per

