BAB 19: Peri Beel

1117 Words
Luis mengeraskan rahang, wajahnya sunggu terlihat seperti panglima perang yang siap menumpas ribuan lawan. “Apa tidak ada pilihan lain? Apa harus mengorbankan nona Asley?" “Bisa saja kalau kau tahu cara lain. Tapi tidak ada, bukan?” Hector mengulas senyuman yang terkesan kelam. Ia juga tidak suka begini. Meski dirinya adalah seorang dukun, melakukan pengorbanan seperti yang dapat membahayakan nyawa kliennya sendiri tidak pernah Hector lakukan. “Sudah sampai?” Hector bertanya lagi, ia merasakan perubahan dari pergerakan Peri Beel ini. Luis mengangguk lemah. “Saya akan menjaga Anda, Tuan Putri,” lirihnya tapi tersirat nada penuh keteguhan dan keyakinan dari tekad yang tampak amat kuat. Luis beserta Hector cepat-cepat kembali ke posisi mereka masing-masing, langsung berakting pura-pura pingsan akibat dari kabut misterius tadi. Sandiwara yang sangat natural sampai-sampai Peri Beel jadi terkelabui, peri yang tinggi, sangat gemuk, dan jelek itu memang memiliki penglihatan—mata—yang cukup buruk karena lipatan dan kerutas yang banyak di wajahnya yang sudah rusak. Bahkan ada beberapa kulit yang terkelupas tiap harinya. “He … hee. Ma … kan ….” Peri Beel meraih Luis dari kantong celananya. Menatap pemuda buta tersebut penuh nafsu sampai-sampai air ludahnya menetes dan mengalir sampai ke leher. Menjijikan. Perut Luis mendadak mual tapi ia harus bertingkah laku bagai boneka. Tidak bergerak sama sekali, tidak bersuara sedikit pun, bahkan untuk bernapas saja ia harus sangat hati-hati. Peri Beel tertawa riang. Tawanya aneh, terdengar seperti anak-anak yang menjerit dengan suara yang melengking. Bahkan ada bunyi seperti derak pintu tua yang bergesekkan dengan lantai di ujung-ujung tawa Peri Beel. Mengerikan … bahkan walaupun hanya tawa saja, tubuh Luis bisa terlempar hanya karena tiupan dari mulut bau tersebut. Peri Beel memiliki tubuh yang menyerupai anak titan. Meskipun ukuran ank-anak … kata di buku ‘kan titan sangat besar. Entah seperti apa. Semoga Luis tidak bertemu dengan makhluk aneh seperti itu nantinya. “Ma … kan! Akhirnya … bi … sa ma … kan la … gi!” Satu hal lagi tetang Peri Beel. Dia memiliki aksen bicara yang cukup aneh, seolah-olah ada benca yang menyumpat di mulutnya sehingga menghalangi Peri Beel untuk berbicara dengan lancar. Namun, Luis tahu sendiri bahwa di dalam mulut Peri Beel tidak ada seusatu yang seperti itu. Tidak ada sama sekali. “Hehe … hehe ….” Peri Beel terlihat sangat senang, tapi sungguh demi Tuhan senyuman yang wajah jeleknya ciptakan itu sangat dan sangat mengerikan bagi Luis. Saat ini pemuda buta tersebut sudah Peri Beel ikat seadanya dan digantung di salah satu tempat khusus makanan—agaknya begitu. Tepat di sebelah Hector yang lebih dulu Peri Beel raih di dalam kantong celananya tadi. Kemudian, disusul dengan Asley yang digantung juga di sebelah kanan Luis. “Ca … ri to … mat war … tel.” Peri Beel berujar senang sambil bertepuk tangan. Ia kemudian melangkah riang, keluar dari ruangan. Berjalan ke belakang rumah ini, mungkin … taman—ah, tidak. Kebun ‘kan? Dia tadi bilang tentang sayur-sayuran. Langsung menjai tenang dalam seketika. Tidak ada yang bising lagi, tidak ada yang besar dan mengerikan lagi. Sudha tidak ada untuk sementara. Luis menggunakan kesempatan emas seperti ini untuk menganalisa tempat mereka di gantung, meneliti tiap sudut ruangan di rumah ini semampunya. Semua terlihat normal. Ada alat-alat dapur di sini bahkan dalam varian yang cukup lengkap, di depan sana adalah ruang makan dengan satu meja dan satu kursi, berlaih lagi di ruang sebelah adalah ruang tengah dengan satu sofa yang sangat besar dan … daging? Apa itu sungguh sisa-sisa daging yang beserakan di lantai? Kira-kira daging apa …? “Luis!” Pemuda buta tersebut tersentak. Saking kagetnya tubuh Luis sampai bergerak reflek, membuat tali yang menggantungnya beryaun ke depan, ke belakang, lalu ke kiri dan ke kanan. “Lu—” “Apa? Apa? Aku bangun. Jangan berteriak di sebelahku sekeras itu. Apa otak kau terbentur tadi hingga saraf-sarafnya lepas? Kau tidak takut dia kembali saat mendengar kebisingan kita?” desis Luis penuh emosi. “Kau kenapa jadi sensitif begitu? Kau tahu sendiri sejauh apa Peri Beel sekarang. Dia tidak mungkin mendnegar kita. Aku bisa tahu juga dari jejak mana yang ia miliki.” Hector berujar sambil mengayunkan diri, berusaha melepaskan ikatan yang meilit tubuhnya. “Tunggu dulu.” Luis berusaha merogoh kantong, dan ia berhasil mengeluarkan tongkat khusus untuk orang buta dari sana. “Kau ingin apa dengan itu?” “Lihat saja dulu. Jangan banyak bicara.” Luis menekan salah satu tombolnya dan tongkat yang awalnya lebih pendek dari pena tadi langsung memanjang. Tidak sampai di situ saja,, Luis meraba-raba dengan susah payah untuk menekan tombol yang lain. Lalu dalam sekejap mata, bagai sulap saja, ujung salah satu tongkat memunculkan benda tajam. Hector terkejut sekaligus terkesima dengan keajaiban benda tersebut. Dia tahu kalau itu bukanlah sihir dan sulup atau semacamnya. Itu adalah salah satu dari kemajuan teknologi yang jarang sekali dapat ia saksikan. BRUGH! Tubuh Luis mendapat empuk di bawah, ada karung jerami di sana jadi dia tidak perlu merasa kesakitan yang berarti. “Bagaimana?” sombong Luis sambil mengarahkan tongkatnya pada Hector. “Luar biasa sekali. Sekarang cepat lepaskan aku.” “Tidak mau.” Urat di kepala Hector mulai bermunculan. Kenapa juga dia jadi terjebak dalam situasi menyebalkan begini? “Jangan bercanda lagi, ini perihal nyawa, Luis. Cepat lepaskan aku!” Hector meronta-ronta bagai ornag gila. Dalam bentuk tubuh seperti bocah tengil begitu … mana bisa Luis merasakan empati. “Tenanglah. Aku hanya ingin kau menjelaskan dulu padaku.” “Tentang apa lagi?” “Aku tahu kau sedang menyembunyikan informasi.” “Ugh … bukan menyembunyikan. Aku bahkan tidak berbohong, ‘kan? Aku hanya ingin menyimpannya sendiri karena aku rasa itu tidak perlu. Kita hanya tinggal melawan peri jelek itu dan mendapatkan serbuknya untuk diletakkan di altar persembahan Kastil Medeia.” Luis berekspresi datar. Masih memainkan tongkatnya ke kanan dan ke kiri dengan ringan. “Tolong jangan seperti itu lagi. Mulai saat ini dna untuk ke depannya nanti, Tuan Dukun.” Kening Hector mengkerut dalam, urat di kepalanya makin banyak bermunculan. “Aduh, kenapa memangnya?” “Karena kita sepertinya akan bersama dalam waktu yang cukup lama. Asal kau tahu saja bagi orang awam seperti kami dalam dunia penuh dongeng dan fantasi gila ini … satu biji informasi saja bisa sangat berguna.” Sekarang, Hector mengerti kenapa orang seperti Luis bisa menjadi guru dari pemilik Kastil Medeia meski Luis adalah seseorang yang buta. “Baiklah, aku mengerti. Pertama, Kabut Misterius itu. Sudah kubilangkan kalau itu adlaah kekuatan dari Peri Beel. Nah, bagi orang yang jatuh pingsan karena menghirup Kabut Misterius maka … dia tidak akan pernah bangun lagi. Oleh karena itu Peri Beel merasa aman-aman saja meninggalkan kita begini.” “Tidak pernah … bangun lagi kau bilang?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD