BAB 18: Peri yang Rakus

1167 Words
DEG! Jantung Luis serasa mencelos ke bawah. Ia langsung terdiam mana kala merasakan kehadiran sosok asing di belakang pohon raksasa di depan sana. Sosok tersebut bukan sembarang makhluk. Dia adalah sosok tinggi besar tanpa baju, memiliki rambut tipis yang mengelilingi tepi karena mengalami kebotakan di tengah kepala, perutnya membulat besar hingga menyembul keluar seolah dapat meletus bagai balon hijau yang membuat hati Luis sangat kacau. “Si … a … pa …?” lirih sosok tinggi besar tersebut, sangat kecil bagai bisikan setan di dalam aliran tubuh seseorang, tapi Luis dapat mendengarnya dengan jelas. Dia harus bagaimana sekarang? Membawa Asley dan Hector kabur dari sini? Tidak mungkin. Luis menggeleng sambil mengeratkan gendongannya pada tubuh lemah Asley. “Dia muncul secara tiba-tiba bagai turun dari langit … ah, tidak. Bisa saja itu teleportasi seperti yang Hector dapat lakukan. Karena kalau dia mendekat sendiri … pasti aku sudah bisa tahu, aku harusnya bisa merasakan kehadirannya dari kejauhan seperti kawanan beruang kelaparan itu.” Jelas ada yang ganjil di dalam hutan terlarang ini. seolah semua makhluk langsung bisa tahu akan keberadaan mereka. Namun, ada satu hal ganjil dari sosok tinggi besar di belakang pohon raksasa sana. “Dia … memiliki sayap kecil di punggungnya?” Luis jadi memikirkan ucapan Hector barusan mengenai jejak mana yang dukun itu rasakan. “Tidak, tidak, tidak.” Luis berusaha menepis pikiran gila yang melintas begitu saja di dalam kepalanya. “Jangan bilang kalau dia peri itu?” Pasalnya Luis bisa mendengarkan gemerincing kepakan sayap peri dari sana. Bagaimana Luis tahu? Dia pernah membaca buku dongeng fantasi tentang peri. Persis seperti ini, yang beda hanyalah penampilan tak lazim dari sosok tinggi besar di sana. “Masa peri sangat besar seperti tiu dan … buruk rupa?” Apa selama ini mereka—para manusia—sudah tertipu oleh buku dongeng tersebut? Luis meneguk saliva. “Tapi kalau dia memang sungguhan peri maka ….” Mulai merasa napasnya mulai sesak juga, Luis mengembuskan napas dan ikut ambruk dalam sekejap mata. Tidak. Tentu saja pemuda ini tidak pingsan sungguhan, dia hanya sedang berpura-pura. Menurut pikiran Luis, kabut yang menyelimuti mereka adalah ulah dari peri tinggi besar nan gemuk tersebut. Lalu, kenapa Luis memilih untuk pura-pura pingsan? Jawabannya adalah karena Luis menyimpulkan, jika peri buruk rupa tersebut ingin membunuh mereka, maka makhluk astral tersebut tentunya sudah membunuh mereka bertiga dari awal, bukan menggunakan kabut murahan seperti ini. Rencana dadakan Luis ternyata membuahkan hasil. Ia cukup terkejut ketika tanah tempatnya membaringkan diri bergetar mana kala peri tinggi besar di sana mulai bergerak mendekati mereka. Luis juga langsung sadar bahwa Hector pun tengah pura-pura pingsan seperti dirinya ketika peri tinggi besar tadi memungut tubuh mereka bertiga dan memasukkan mereka bertiga ke dalam kantong celana. “Psstt …. Luis! Asley!” panggil Hector sambil berbisik. Ia kesusahan menyeimbangkan tubuh karena guncangan yang tercipta saat sosok peri tinggi besar itu mulai berjalan. Luis menarik baju Hector untuk mendekati ia dan Asley yang meringkuk di pojokan kantong celana si peri tinggi besar tersebut. “Tenanglah. Asley masih pingsan dan … kau! Jangan banyak bergerak!” peringat Luis lebih terdengar seperti ancaman. Maka Hector tidak memiliki pilihan lain selain ikut berpegangan pada Luis. Ia sedikit kasihan dengan Asley yang jadi korban sendirian di sini. Memang benar gadis manis ini tidak memiliki pengalaman apa-apa dalam menghadapi bahaya. Terlalu polos atau … kasarnya ya, terlalu bodoh. “Berhenti menatap Nona Asley,” tajam Luis. “Aku tidak melakukannya.” Hector yang merasa tidak terima, tentu saja menolak tegas. “Bohong. Kau menatap Nona Asley.” Luis mengeratkan pelukan sampai membuat wajah Asley tenggelam dalam dadanya yang bidang. “Cih, posesif sekali. Aku tidak menatapnya,” kukuh Hector tak kalah memasang wajah garang. Mereka malah berdebat dalam situasi genting begini. Sungguh luar biasa sekali. “Dari pada bertengkar begini, coba jelaskan tentang situasi kita sekarang. Kita akan diapakan dan … bagaimana cara makhluk ini bisa dikalahkan?” Luis tahu bahwa Hector ingin sekali protes karena yang mengajak dukun tersebut berdebat duluan adalah dirinya. “Dia … eh, tunggu. Dari mana kau bisa tahu kalau dia adalah peri yang kita cari?” Tidak bisakah obrolan menyesakkan ini lebih cepat diselesaikan? “Aku hanya mengira-ngira saja.” “Sungguh? Tak bohong? Aku kira kau memiliki kemampuan semacam … cenayang atau yang sejenis.” “Berhenti membual, Tuan Hector.” “Wow, aku merasa sangat terhormat dipanggil seperti itu.” Ketika Luis mengangkat tangan ke udara untuk memukul kepala bocah kecil di hadapannya, mereka malah oleng karena peri tinggi besar tadi tiba-tiba merubah caranya berjalan. “Oh?” Luis menengadah sambil berusaha mencari udara, untungnya orang buta seperti dia tak membutuhkan cahaya. “Guncangannya jadi lebih stabil. Dia ….” “Terbang,” sambung Hector pelan. “Bagaimana mungkin dengan sayap sekecil itu bisa membawa terbang tubuh sebesar ini?” Mendengkus kecil, Hector kembali menjelaskan, “Ini adalah hutan terlarang. Tidak ada yang tidak mungkin, dan peri jelek ini bisa terbang karena serbuk peri. Serbuk ajaib tersebut membuat siapa saja bisa mengangkat tubuhnya agar melayang di udara.” Luis tiba-tiba berkeringat dingin. “Tunggu. Dia ingin membawa kita ke mana?” “Rumahnya.” “Untuk apa?” “Dimasak lah, apa lagi?” Luis sekarang berhasil memukul kepala Hector dan hampir saja membuat dukun cerewet itu menjerit antara kesal dan sakit. “Kalau sudah buta ya, jangan gila!” desis Hector sengit, mengelus kepala tanpa sanggup membalas perlakuan Luis yang memiliki postur tubuh lebih bagus dari pada dirinya. “Kau yang tidak waras dasar dukun aneh. Kau mengatakan kalau peri buruk rupa ini akan memasak kita dengan sangat santai, seolah kematian bukanlah apa-apa. Dan juga … kapan Nona Asley sadar?” Menghela napas dengan berat, Hector memutar matanya malas. “Aku sekarang ingat siapa peri b*****h ini.” “Terus?” “Ikuti saja apa yang aku lakukan. Aku tebak kau sendiri bisa merasakan keberadaaan rumah peri jelek ini, bukan? Sudah dekat. Kita tidak tunda dulu diskusinya.” “Tapi kau bilang tadi kita akan dimasak—” “Tenang saja … tenang saja. Ikuti apa yang aku lakukan, maka kita bisa selamat dan mengambil serbuk perinya. Kau paham anak muda?” Luis mendesah berat. “Lalu kapan Nona Asley akan sadar?” “Tidak akan ….” “Apa lagi maksudmu sekarang?” “Kabut misterius. Itu adalah sihir dari makhluk jelek ini, dia dipanggil sebagai peri yang rakus, Beel.” “Beel … si peri yang rakus?” “Benar.” “Jadi kau mengenalnya—” “Tidak. Aku hanya pernah mendengar cerita tentang peri ini.” Untuk kesekian kalinya Hector memotong kalimat Luis. Kemudian mata dukun itu kembali fokus pada Asley. “Hanya satu yang perlu kuperjelas dulu.” “Cukup. Aku sudah tahu apa maksudmu.” “Memangnya apa?” Wajah Hector dan Luis seakan menggelap perlahan, meski netra mereka tak saling bertatapan, keduanya bisa saling merasakan tusukan tak kasat mata yang sangat tajam. “Kita … akan menjadikan Nona Asley sebagai umpan, kan?” “Pintar sekali.” Hector mengulas senyuman yang terkesan kelam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD