BAB 13: Berkat Pohon Kehidupan

1130 Words
Setelah memberikan petunjuk berupa cara menghilangkan Kutukan Medusa dari Asley pada salah satunya, maka Pohon Kehidupan berujar lagi, "Kemudian ini adalah pemberian tulus dariku." Itu tadi adalah kalimat terakhir yang Pohon Kehidupan katan pada Luis, hingga kemudian sosoknya perlahan menghilang … seolah melebur bersama dengan alam. “Indah … sekali,” puji Luis terkesima. Ia sangat terkagum-kagum, untuk pertama kali di dalam hidupnya yang selalu melihat kegelapan … bisa bertemu dengan cahaya yang terang benderang. Luis baru sekarang mengerti seperti apa itu warna yang menenangkan, yang memukau, yang binarnya terang. “Jadi seperti itu yang orang-orang sebut dengan cahaya?” Sekarang perasaan Luis jadi aneh. Entah kenapa terasa kosong dan hampa ketika ia kembali lagi diselimuti dengan kegelapan semata. “Apa … Asley bercahaya seperti itu?” Luis mulai meracau. Pasalnya ia tiba-tiba saja teringat akan pujian dari para pelayan pria pada Asley. Ah, kenapa Luis jadi fokus pada pelayan prianya saja, ya? Padahal saat itu mereka berbagi cerita dengan para pelayan wanita juga. Apa sebenarnya Luis kesal? Atas dasar apa? Konyol sekali. “ … is!” Lagi pula tidak mungkin juga kalau semua manusia itu bercahaya, bukan? Kalau putih bersinar tadi seperti Pohon Kehidupan itu maka … kalau warna pirang keemasan yang bergelombang itu seperti apa, ya? Luis masih saja memikirkan bentuk keindahan seorang Asley tanpa ia sadari. “Hei! Luis!” Ah, Lalu mengenai kata-kata dari Pohon Kehidupan tadi. Mereka harus memasuki wilayah dari hutan terlarang untuk mengambil serbuk peri, sedangkan dari cerita Hector sebelumnya wilayah hutan terlarang sangat riskan. Luis juga mau tidak mau harus percaya akan keberadaaan peri setelah merasakan berbagai fenomena menakjubkan hanya dalam kurun waktu beberapa jam terakhir ini. “Luis! Kau sudah buta jangan jadi tuli juga! Hei, Luis!” “HEI!” Luis tersentak, sangat kaget. Ia merasa jantungnya sudah jatuh ke lutut dan umurnya berpendek sepuluh tahun. Teriakan dan goncangan yang pemuda buta itu dapat membuatnya kembali ke dunia nyata dalam keadaan tidak baik-baik saja. “Luis … kau tidak apa-apa? Atau ada yang terluka? Apa kau mendengar suara yang melebihi batasmu?” tanya Asley, menyerang Luis dengan rasa cemas dan wajah yang pucat. Ia sudah mendapatkan kesadaran selama setengah jam tadi, tapi orang di sampingnya masih saja berdiam diri. Bagaimana mungkin Asley tidak terkena serangan panik? Ia tadi sampai berpikir untuk memukul wajah gurunya sendiri, kalau Luis tak kunjung bangun. “Ah, iya. Saya baik-baik saja. maaf dan terima kasih.” Luis melepaskan diri dari cengkraman kuat Asley di kedua bahunya. “Dasar bocah buta yang gila!” Hector di samping sana dengan berani main pukul saja dengan kepala Luis, bagai bola voli. “Apa kau tahu apa yang kau lakukan tadi, huh? Kau … jiwamu hampir saja tersesat di dalam sana. Kalau sudah begitu kau tidak akan dapat kembali ke dunia ini! Dasar otak domba!” cerca Hector meluapkan seluruh emosinya. Jujur saja ia tadi sangat panik. Luis tiba-tiba tenggelam dalam teritorial Pohon Kehidupan yang bagai pedang bermata dua itu. Luis menoleh ke arah Hector. “Jiwa tersesat dan tak dapat kembali lagi ke dunia ini?” ulangnya memastikan pendengaran. “Benar. Teritorial Pohon Kehidupan adalah pedang bermata dua. Di satu sisi kau akan merasa nyaman, kau akan terpukau karena ditunjukkan pada apa yang tak pernah kau lihat seumur hidup di dunia ini. Namun, di sisi lain jiwa yang terlena bisa terpikat … tersesat … lalu terikat. Kemudian jiwamu akan hidup di dalam sana, sedangkan ragamu yang di sini hanya bagai cangkang kosong saja.” Mendengar hal tersebut, jakun Luis bergerak cepat. Untunglah dirinya bisa selamat. Kalau tidak, bagaimana nasib Asley yang harus berjuang menghapus kutukan Medusa itu sendirian. Hampir saja Luis mengingkari perjanjian. “Lain kali tolong hati-hati. Dasar kalian ini,” gerutu Hector tak kunjung usai. “Oh, iya. Pohon Kehidupan bilang apa pada kalian? Perlu diingat kalau jiwa kita tidak bersama saat masuk tadi, ada ruangnya tersendiri. Petuah yang diberikan pun akan berbeda-beda,” jelas Hector lagi. “Begitu, ya? Aku tadi mendapat berkat,” ucap Asley sambil melepas topengnya. Wajah Hector seketika memucat dan panik. “Hei, hei, hei! Kenapa kau lepas topeng? Mau bunuh aku—” “Ini adalah berkat dari Pohon Kehidupan,” potong Asley cepat. “Dia bilang terkhusus untuk orang-orang dengan kekuatan magis dari dunia lain … maka tidak apa-apa untuk menatap mataku.” Hector langsung terperangah, mulutnya terbuka lebar-lebar. “Tidak waras … kecantikan macam apa itu?” beonya yang baru bisa melihat keseluruhan muka seorang Asley Schimidbauer. “Hei. Aku rasanya bisa menduga kenapa kutukan Medusa jadi menimpamu,” tambah Hector lagi dalam artian memuji. Tubuh anak kecilnya membuat Asley dan Luis kerap kali lupa kalau Hector adalah seorang kakek yang sudah tua renta. “Wah, luar biasa. Seumur hidup, aku beru pernah bertemu dengan gadis sepertimu. Benar-benar wujud bidadari atau semacam putri dari buku dongeng. Apalagi matamu itu, bagaimana bisa jadi warna ungu seperti permata Amethys?” Hector masih belum selesai dalam acara terkagum-kagum. “Hei, Pohon Kehidupan mengatakan apa padamu?” Luis entah kenapa tidak suka dalam keadaan ini. Ia tanpa sadar ingin mengalihkan pembicaraan dan juga perhatian Hector. Tidak kunjung peka, Hector malah memasang wajah dan senyuman bangga. “Pohon Kehidupan memberikanku berkat mana dari alam! Itu luar biasa sekali. Wujud anak kecil ini bisa aku pakai dengan sesuka hati. Tapi apa kalian tahu karena apa Pohon Kehidupan memberikan ini? Pohon Kehidupan bilang bahwa aku harus mengawal kalian. Merepotkan, tapi karena wajah Nona Asley yang menawan rasanya aku jadi tidak keberatan.” Luis bisa merasakan ada badai di atas kepalanya. Wajah yang ia tampilkan saat ini pun terasa menguar aura gelap yang entah oleh sebab apa. “Kau tidak boleh mendekati Tuan Putri. Dari umur sampai dengan kasta saja kau harusnya sudah mengerti,” ancam Luis secara spontan—otomatis. “Waduh, kau ini bicara apa, sih? Aku sadar umur, kok. Lagian aku hanya kagum saja pada pahatan sempurna wajah karya Tuhan di depan mataku saat ini. Aku bahkan berani jamin jadi satu-satunya orang yang bisa melihat wajah pemilik dari Kastil Medeia sedekat ini, haha! Aku bisa pamer nanti!” “Tidak diizinkan.” “Apa katamu?” “Kagum pun tidak diizinkan. Kau jangan lancang.” “Kau yang—” “S-Sudah cukup kalian berdua ….” Asley akhirnya memutuskan untuk menyela perdebatan tidak berfaedah dua orang di sana. Wajah gadis ini sudah bersemu merah karena malu. “Cih!” Hector memalingkan muka. “Katakan, Pohon Kehidupan bicara apa denganmu?” Sempat terdiam, Luis pun menjawab, “Dia memberi petunjuk soal kutukan Medusa.” Ekspresi Hector berubah cepat, ia menoleh pada Luis dengan harapan tinggi. “Sungguh?” “Katanya, harus menjalani berbagai misi. Salah satunya adalah menumpas tujuh dosa besar. Kemudian untuk altar persembahan.” Luis berpaling pada Asley. “Kita bisa letakkan serbuk peri yang ada di dalam hutan terlarang.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD