BAB 23: Melodi dari Neraka

1290 Words
Peri Beel melangkah mendekati kuali besar, ia pun tidak memiliki pilihan lain dari pada mati kelaparan. Beel mengeluarkan sayur mayur yang tadi ai panen di kebun belakang, ada cukup banyak. Peri jelek dengan perut besar berlipat banyak yang menyembul keluar itu pun meracik sayur mayur sambil bersenandung mengerikan, bagai lagu kematian yang naik dari dunia bawah. Baik Hector maupun Luis jadi merasa semakin gugup gara-gara lagu tersebut. “Nenek moyangku seorang iblis. Gemar sekali mengumpulkan harta. Awalnya baik berubah buruk. Menumpas cahaya dengan kegelapan. Tuhan pun tak berkutik padanya. Para manusia sudah tak berdaya. Melawan iblis akan percuma. Bau daging segar berserakan di mana-mana.” Beel tidaklah menyanyikan lagu tersebut dengan lancar. Hanya seperti ia biasa bicara terbata-bata sebelumnya. Namun … meski demikian, lagu tersebut seakan memiliki nada yang dapat membuat bulu kuduk siapa saja akan merinding saat mendengarnya. “Melodi dari neraka,” bisik Hector dengan wajah tegang. “Aku sangat yakin itu adalah salah satu lagu melodi dari neraka yang pernah Pohon Kehidupan ceritakan.” Luis mengusap keringat di wajahnya. “Aku berfirasat buruk dengan lagu tersebut.” “Seperti apa?” “Contohnya—” BLARRR! Hector sampai harus menyambut tubuh Luis yang lebih besar darinya karena pemuda buta tersebut tiba-tiba terjungkal seakan sangat kaget akan sesuatu. “Apa kau sudah kehilangan kewarasanmu karena lagu b*****h itu? Hati-hati! Terlalu berisik maka kita akan ketahuan, bodoh!” cecar Hector yang kesulitan menahan badan Luis. Tubuh anak kecilnya memang tidak digunakan untuk hal seperti ini. “Maaf.” Luis menegapkan tubuh. “Aku tadi terkejut karena makhluk buruk rupa itu tiba-tiba menyemburkan api untuk memasak di kuali besar tadi.” Hector mengerjap beberapa kali karena harus mencerna terlebih dahulu kalimat yang barusan Luis lontarkan. “Menyemburkan api?” “Iya. Dari mulutnya seperti … naga.” “Ya ampun.” Hector tidak tahu akan kekuatan Peri Beel bagian yang seperti itu. Sekarang, ia jadi sedikit ragu apakah bisa menang atau tidak. Namun, harus begitu, mereka akan kehilangan Asley jika tak berhasil. “Tadi … kau menghidupkan api dan mematikannya bahkan menetralkan air di dalam kuali dengan sihir?” Luis bertanya memastikan. Padahal keadaan sepanik itu, tapi bisa-bisanya dukun ini sempat melakukan hal tersebut? “Iyalah. Sudah aku bilang kan? Aku ini hebat.” “Ma … kan.” Peri Beel menyeringai mengerikan, ia kini mulai mengaduk-aduk masakannya di kuali besar tersebut sambil masih menyanyikan lagu tadi atau sesekali hanya bergumam dengan senandung menakutkan. “Sekarang … dia pasti akan mencicipinya,” yakin Hector mulai mengambil posisi bersiap. Luis berdehem ringan. “Seampuh apa racun itu sampai-sampai bisa membuat makhluk buruk rupa seperti dia bisa kesakitan?” “Mana bisa ampuh kalau hanya dicicipi sedikit saja. Dia harus makan yang banyak,” jujur Hector seringan bulu. “Apa? Bagaimana kau bisa yakin dia akan mencicipi banyak?” serang Luis yang tensi darahnya serasa naik ke ubun-ubun. Hector malah terkekeh kecil. “Kau lupa, ya?” “Apanya?” “Dia itu … rakus.” Luis langsung terdiam. Benar juga yang Hector katakan. Baru sekarang ia merasa dirinya jadi sangat bodoh. Bisa-bisanya Luis lupa akan informasi penting seperti itu. “Jadi … maksudmu, dia akan terus dan terus mencicip karena tidak merasa puas? Karena dia rakus.” “Kesimpulan yang bagus, anak muda.” Hector dengan wajah bangga dan terselip rasa sombong di sana, menepuk-nepuk pelan pundak Luis sampai akhirnya pemuda itu tepis. SLURP! Seperti yang Hector kata, Peri Beel yang buruk rupa mulai mencicipi masakannya, tadi adalah satu sendokan yang besar. “E … nak!” seru Beel sambil melompat. Ada gempa kecil yang tercipta di rumah tersebut karena ulah Beel. Bahkan getaran itu bisa juga dirasakan oleh Luis dan Hector yang masih bersembunyi di dalam guci keramat. SLURP! Tidak puas dengan hanya mencicipi satu sendok saja, Beel mulai lagi dengan sendokan kedua. Ia tersenyum lebar merasakan kenikmatan dari masakan yang tengah ia buat sekarang. “Beel he … bat!” ungkapnya memuji diri sendiri dan menyendok lagi cicipan besarnya yang ketiga. Beel menggoyang-goyangkan tubuh layaknya anak kecil yang girang karena diberi puluhan permen cokelat. SLURP! Cicipan yang keempat. “Itu … sudah bukan seperti cicipan lagi, tapi dia sedang makan sekarang.” Luis menghela napas ringan, ia masih berusaha menghalau bau menyengat di dalam guci keramat ini dari hidungnya. Kekuatan Hector tadi hanya bersifat sementara. “Benar-benar … rakus.” SLRUP! SLURP! SLRUP! SLURP! SLRUP! SLURP! Kemudian, disusul dengan cicipan—makan banyak—yang keberikut dan keberikutnya oleh Peri Beel yang rakus. Untung saja masakan itu sangat banyak, jadi tidak habis dalam detik itu juga. “Bersiap,” bisik Hector sudah berdiri. Guci besar ini memang kosong, jadi Hector akan meminta kekuatan mana dari alam yang berupa angin untuk mendorong keluar ia beserta Luis dari dalam sini. “Tentu sudah.” Luis mengambil posisi, menyiapkan tongkatnya yang sudah memanjang dengan satu runcing yang tajam. Kini baru terasa tensi ketegangan yang mulai merayapi benak pemuda buta dan dukun sakti tersebut. “Hector,” panggil Luis pelan dengan nada yang sangat rendah. “Apa lagi?” Luis dan Hector sudah berdiri menghadap ke arah Peri Beel berada, seolah-olah tidak ada halangan di antara mereka. “Kalau ini gagal, maka itu salahku ‘kan?” “Tidak apa-apa. Kita akan mati bersama,” ucap Hector baru kali ini terlihat sangat serius hingga terkesan cukup keren. Lalu tak lama kemudian, racun yang Hector telah buat khusus untuk Peri Beel mulai bereaksi sesuai dengan prediksi. “Hei, aku lihat kau terlalu sensitif dengan suara.” Hector bergeser mendekati Luis. “Benar.” “Aku tidak bisa membuatmu tuli juga, tapi ini.” Hector menjentikkan jari tepat di samping telinga Luis. “Aku bisa membantu agar telingamu memblokir khusus teriakan saja. Meski ini hanya sementara, aku rasa akan sangat berguna.” Jakun Luis bergerak, ia cukup terkejut dengan ketulusan yang Hector perbuat. Memang tidak semua manusia itu berhati busuk. Luis bersyukur Asley bisa bertemu dengan Hector sekarang. “Terima kasih.” “Bayarannya nanti ya, mahal.” Yah … tapi kebanyakan manusia memang perlu bisnis untuk bertahan hidup. “Ugh—uhuk! HOOEKK!” Peri Beel yang buruk rupa tiba-tiba terbatuk, kemudian langsung memuntahkan seluruh si perut. Ia mulai meraung kesakitan. Peri Beel jatuh tersungkur, badan gempalnya bagai jeli busuk yang menggelepar seperti ikan kehabisan napas. “SA … KIT! SA … KIT!” erang Peri Beel sampai menangis tersedu-sedu. Dia tentu tidak tahu apa yang sudah terjadi, tapi yang jelas kepalanya terasa penuh akan rasa asing yang menggila. Benda asing tersebut bagai monster yang mencabik-cabik tubuh Peri Beel dari dalam. Ia sudah tidak tahan! Hector mulai merapalkan mantra dan segera saja tubuhnya serta Luis melambung ke udara. “Sekarang!” teriak Luis dan Hector secara bersamaan. Hector langsung mengarahkan telapak tangan kosongnya kepada Peri Beel yang sudah meludahkan api, air, dan tanah ke sana kemari seperti orang kesurupan setan—ah, dia kan memang wujud dari iblis. “AARGHH! SA … KIT! ARGHH! SA … KIT!” Luis, pemuda buta tersebut dengan gagah berani mengacungkan tongkatnya, lalu berlari gesit dan menaiki tubuh besar Beel. Luis sempat kesulitan untuk menghindari amukan Beel yang berupa semburan acak antara api, air, dan tanah tadi. “O natura, da vires. Sta!” teriak Hector dan pada detik itu juga ada gelembung udara yang mengunci semburan api Beel yang hampir mengenai tubuh Luis. “Sekarang, Luis!” “Oke!” Luis melompat ke kepala Peri Beel yang masih mengamuk—menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri serta berteriak nyaring. “Ugh … makhluk menjijikan!” desis Luis yang harus memegangi hidung besar Beel agar dia tidak jatuh terguling ke bawah. Maka dalam sekali kesempatan, Luis mengangkat tongkatnya ke udara lalu kemudian melayangkan ujungnya yang tajam ke mata kiri Beel. “Mati kau!” “GRAAAGHH!!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD