BAB 22: 7 Dosa Besar: Serang!

1163 Words
DEG DEG … DEG DEG …. DEG DEG … DEG DEG …. Tiap langkah yang Peri Beel ambil untuk menuju kembali ke dalam rumahnya, membuat darah Luis mendesir hebat. Hanya orang awam yang tak waras jika sampai tidak ketakutan dalam posisi saat ini. Sekarang, Luis bisa merasakan keberadaan makhluk tinggi besar yang mengerikan itu. Sudah lah buruk rupa, sangat gendut, dan … rakus pula! Luis tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan terjebak dan menghadapi kegilaan macam ini. Semua kejadian dalam ranah fantasi adalah sesuatu yang berada di luar prediksi. “Dia sudah sangat dekat,” bisik Hector di dalam kegelapan. Ia dan Luis sepakat untuk memilih bersembunyi di dalam guci besar ini. Menurut Luis, guci besar ini diletakkan seperti tempat cadangan makanan yang tidak mungkin Peri Beel buka karena makhluk buruk rupa itu sedang kehabisan bahan, yakni … daging manusia. “Ya, benar. Dia sudah berada tepat di balik pintu belakang sana.” Kegelapan memang tidak berpengaruh dalam penglihatan Luis, karena ia bisa melihat dari suara. Namun, bau menyengat di dalam guci ini cukup menggangu. Bau daging manusia yang hampir busuk berpadu awet dengan bau darah membuat kepala mereka berdua berdenyut. “Ah, bau sekali. Kenapa harus di sini, sih?” Meski sudah sepakat, Hector tetap saja melayangkan protesnya. “Ini adalah tempat yang paling tidak mungkin dia buka, sudah kubilang ‘kan?” “Tapi bukannya masih banyak tempat yang lebih nyaman untuk bersembunyi?” Luis malah menyungging senyum meski tak dapat Hector lihat. “Lihat? Kau bahkan juga butuh penjelasan meski rencanaku sudah matang, bukan?” Merasa tersinggung, Hector langsung memalingkan wajah karena kesal. “Jadi, kau membalasku rupanya.” “Begini. Peri buruk rupa itu adalah sosok yang akan mengamuk dan mengobrak-abrik apa saja. Apalagi kalau buruannya kabur, dia akan berusaha mencari dulu dengan emosi dan amukan amarah. Menurut analisaku, dia tidak akan ke sini, karena guci ini bukan tempat cadangan makanan biasa.” Kening Hector berkerut, tadi ia baru saja membuat hidungnya dan hidung Luis bisa menghalau bau menyengat di dalam guci ini. “Apa maksudnya itu?” “Dengar, ini semacam … hm, seperti tempat persembahan. Kenapa aku bilang begitu? Karena Peri Beel—maksudku peri buruk rupa itu bukan tipe yang akan membiarkan daging miliknya membusuk. Ada ukiran tak biasa dari guci ini. Huruf asing yang satu macam dengan bebatuan di taman Kastil Medeia.” Luis menarik napas lagi untuk lanjut memberi penjelasan. “Dia bisa saja mengamuk hebat saat tidak menemukan kita nanti, tapi peri buruk rupa itu tidak akan dengan sembarangan menyentuh benda keramat atau agung seperti guci ini. Apa kau paham sekarang?” “Aku paham untuk memberikan penjelasan lebih lagi seputar dunia mistis ini. Aku juga paham bagian guci ini,” aku Hector dengan setengah hati. Luis menyimpulkan senyum. Rasa gugupnya hilang untuk beberapa saat tadi karena ulah Hector, ia harus berterima kasih untuk itu, dan kini … Peri Beel sudah menyadari tentang hilangnya dua buruan yang akan dia masak—Luis dan Hector. “Ke … na … pa si … sa … dua sa … ja?” heran Beel sambil menatap lamat-lamat tubuh Asley yang masih tertidur lelap. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. “ARGGH!! Ke mana dua yang lain?” teriak Beel sangat nyaring, sampai-sampai beberapa perabotan dapur seperti piring, gelas, dan juga sendok mulai berjatuhan. Luis mengerenyit, menutup telinganya dengan tangan. Suara teriakan itu sangat berisik dan berhasil membuat kepala pemuda buta ini berdengung. Namun, Luis harus tetap bertahan. Sebentar lagi … ia hanya harus menunggu sebentar lagi. “Sia … pa? SIAPA yang … am … bil?” Beel mulai kelimpungan, matanya bergerak liar ke segala penjuru. Tubuh gempalnya yang berwarna cokelat abu mulai bergerak rusuh. Beel mengamuk dengan membanting banyak barang. “Da … ging … ku! DI MANA?” teriak Beel sambil terus berlarian ke sana dan kemari di tiap ruangan rumahnya. Beel tak henti-henti mengobrak-abrik isi rumah tersebut. Mencari ke segala tempat dan berharap bisa menemukan Luis serta Hector di sana. Prediksi Luis sangat akurat. Beel tidak sekali dua kali berlari melewati guci tempat mereka berdua berada kini. Tidak sedikit pun Beel melirik atau menyentuh guci ini. Hampir semua benda rusak, tapi tidak dengan guci ini. Hector sangat takjub akan kenyataan yang ia saksikan langsung. “Luar biasa, anak muda. Kita pasti sudah jadi daging santapan kalau mengikuti keinginanku sebelumnya,” puji Hector setengah berbisik. Ia mengingat bahwa sebelumnya, dia ingin bersembunyi di dalam lemari, tapi Luis larang. Sempat terjadi debat kecil hingga akhirnya Hector terpaksa setuju karena kehabisan waktu. “Ti … dak ada. Dua da … ging hi … lang.” Suara Beel terdengar bergetar, ia bahkan sudah menangis dengan wajah penuh amarah. Beel melangkah mendekati guci tempat Luis dan Hector berada. Membuat suasana berubah tegang dalam seketika. “Bu … tuh da … ding.” Beel mengulurkan tangannya tepat di atas penutup guci yang hanyalah sebuah kain biasa, tapi cukup tebal dan panjang. Luis dan Hector reflek saling berpegangan tangan, mendongak ke atas sambil berharap agar Beel tidak membuka kain tersebut, berharap agar Beel tidak memeriksa di dalam guci ini. “Ma … af.” Beel jongkok dan memeluk guci tersebut sambil bersuara lirih. Dia sempat berceloteh masalah bau asing dari sang guci keramat, tapi Beel lebih memilih untuk mengabaikannya saja dan fokus pada satu daging yang tersisa, Asley. “Hah … napasku! Gila, gila, gila. Aku pikir akan mati tadi.” Hector menggosok d**a, sedang Luis yang baru sadar langsung menepis tangannya—malu. “Memang tepat berada di dalam sini. Ternyata penciuman Beel cukup tajam kalau masalah daging … eh, kita, manusia. Karena guci ini dia pakai untuk menyimpan daging manusia … dia tidak sadar akan bau kita. Baguslah.” Penjelasan Luis semakin membuat Hector ketakutan, dukun itu tidak bisa membayangkan kalau tempat sembunyinya ditemukan dan langsung di lahap oleh Sang Kerakusan pada detik itu juga. "Sa ... tu da ... ging." Beel memeriksa keadaan Asley dengan mendekatkan wajah dan mengendus-endus tubuh kurus gadis malang tersebut. “Cih … menjauh dari sana,” geram Luis dengan tangan terkepal. Sayang ini belum saatnya untuk dia beraksi. “Sa … tu da … ging.” Beel masih merasa tidak puas, tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Beel pun kembali ke tujuan semula. Ia melangkah ke kuali besar dengan sekeranjang sayur mayur di tangan. Beel mulai meracik sayur mayur sambil bersenandung mengerikan, bagai lagu kematian yang naik dari dunia bawah. Baik Hector maupun Luis jadi merasa semakin gugup gara-gara lagu tersebut. Beel menyalakan api hanya dengan semburan napas, bagai naga saja. Hal titu sempat membuat Hector dan Luis tersentak, sangat kaget. Bertambah lagi satu kesulitan mereka. Kemudian Beel pun mengambil satu sendok untuk mengaduk sup buatannya di kuali besar tadi. Merasa cukup, Beel mulai mencicipi masakannya sesuai dengan apa yang Hector kata. Tidak puas dengan cicipan satu sendokan, Beel mencicipi lagi dengan tiga sendokan. Masih tidak juga puas, ia menambah lagi lima sendok. Hingga …. “Ugh—uhuk!” Beel tiba-tiba muntah. “Sekarang!” teriak Luis dan Hector secara bersamaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD