bc

Sorry I Love You

book_age16+
181
FOLLOW
1.3K
READ
HE
age gap
second chance
heir/heiress
drama
mystery
loser
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Merilyn Casia mendapati dirinya sedang mengandung tepat dua hari setelah berpisah dengan Raiden, mantan suaminya. Karena masih mencintai lelaki itu, Merilyn berharap kabar bahagia itu dapat membuatnya kembali bersama dengan Raiden. Merilyn telah mencari pria itu ke seluruh tempat yang pernah datangi namun, dia tidak pernah bertemu lagi dengan Raiden. Setelah sepuluh tahun berlalu mereka kembali dipertemukan. Raiden ternyata telah memiliki wanita lain sementara dirinya masih terjebak dengan perasaannya. Merilyn semakin sakit hati ketika Raiden datang padanya dan meminta hak asuh dua anak kembar mereka.

"Mereka akan kesulitan jika hidup bersama kamu. Semenetara kalau mereka bersamaku, mereka akan aman dan hidupnya lebih terjamin."

chap-preview
Free preview
1. Perceraian
Merilyn Casia, perempuan yang baru saja genap berusia dua puluh tiga tahun itu harus menelan pil pahit atas kandasnya bahtera rumah tangganya. Raiden Hartawijaya melayangkan surat perceraian tanpa Merilyn tahu apa salahnya. Merilyn sudah berusaha keras untuk mempertahankan rumah tangganya namun, Raiden bersikeras untuk berpisah. "Aku ada salah sama kamu, Rai?" tanya Merilyn lagi untuk yang kesekian kalinya. Pernikahan mereka baru berjalan enam bulan namun, pagi ini dia dikejutkan dengan datangnya surat dari pengadilan negeri agama. "Bukankah sudah aku katakan sejak awal kalau pernikahan kita hanya sementara?" Merilyn mengangguk kecil. Dia ingat kalau Raiden pernah mengatakan hal itu saat awal pernikahan mereka. Mungkin memang dia yang terbuai karena Raiden sangat perhatian padanya. Merilyn harusnya tahu kalau perhatian itu palsu. "Aku tidak bisa menyetujuinya sekarang. Aku ingin memastikan satu hal sebelum menyetujui perceraian itu." Merilyn mencoba mengulur waktu dan berharap Raiden berubah pikiran. "Aku akan pindah besok. Rumah ini dan semua isinya jadi milik kamu, ada juga uang di dalam kartu ini." Raiden menyerahkan sebuah kartu atm ke hadapan Merilyn. "Itu adalah uang yang aku hasilkan selama kita bersama. Semuanya jadi milik kamu. Setelah ini aku harap kita tidak bertemu lagi. Di masa depan jika kita bertemu secara tidak sengaja, anggap saja kita tidak pernah saling kenal." Merilyn menyembunyikan tangannya di bawah meja. Kedua tangan itu bergetar menahan rasa pedih mendengar kata-kata Raiden. Pria yang dia anggap sebagai keluarga satu-satunya setelah kehilangan seluruh keluarganya lima tahun yang lalu. "Aku ingin kamu menandatangani ini." Raiden menyodorkan kertas ke hadapan Merilyn. Sebuah surat perjanjian kalau Merilyn tidak akan mencari atau mengganggunya di kemudian hari begitupun sebaliknya kalau Raiden tidak akan mencarinya ataupun mengganggunya setelah perceraian mereka. "Apa harus seperti ini, Rai?" "Iya, karena aku tidak mau lagi berurusan sama kamu di masa depan." Merilyn mengangguk lalu membubuhkan tanda tangannya di kertas tersebut. "Aku harap kamu hidup dengan baik setelah ini," kata Merilyn. "Kamu juga," balas Raiden pendek. Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara mereka hingga pria itu pergi dari rumah. Itu adalah hari terakhir mereka bertatap muka. Merilyn tidak pernah lagi bertemu dengan Raiden setelah hari itu. Dua minggu setelahnya dia mendapati dirinya sedang mengandung. Merilyn mencoba menghubungi nomor ponsel Raiden namun, nomor itu sudah tidak aktif lagi. Tidak mau berhenti di situ Merilyn menghubungi nomor ponsel teman Raiden. Namanya Gabe, hanya pria itu yang Merilyn kenal sebagai teman dekat Raiden. Sama seperti nomor ponsel Raiden, Gabe juga tidak bisa dihubungi. Merilyn mencari data-data milik Raiden. Dia mencari di seluruh penjuru ruangan di rumah itu. Merilyn keluar dari ruangan terakhir, ruangan yang selalu raiden pakai untuk bekerja. Dia tersenyum sedih. Dia baru sadar kalau dia tidak tahu apapun tentang pria itu. Dia teringat Kembali saat awal pertemuan mereka. Saat itu hujan turun sangat deras Merilyn sedang dalam perjalanan pulang dari tempatnya bekerja. Beruntung Merilyn selalu menyediakan jas hujan dalam bagasi motornya. Setelah mengenakan jas hujan, Perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Merilyn memutar setir ke kanan saat seekor kucing tiba-tiba menyebrangi jalanan yang basah. Hal itu mengakibatkan Merilyn menabrak seorang pejalan kaki. Salahnya karena tidak menurunkan kecepatan motornya. Bunyi benturan yang cukup keras menarik perhatian pengguna jalan. Merilyn meringis sakit namun kondisi pria yang dia tabrak jauh lebih parah dari kondisinya. Merilyn langsung mendekat dan melihat kondisi pria itu. Merilyn berinisiatif langsung menghubungi ambulan. Orang di sana hanya melihat tanpa mau membantunya. "Aku minta maaf. Hal ini terjadi karena salahku," kata Merilyn setelah pria itu sadar hampir enam jam setelah dia berada di rumah sakit. Kondisi pria itu cukup memprihatinkan kedua kakinya harus mendapatkan perawatan intensif karena mengalami patah tulang. "Aku tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit, sebagai gantinya aku bersedia melakukan apapun untuk membantu kamu," kata Merilyn lagi. "Hubungi dia dan minta untuk datang ke sini!" Pria itu memberikan secarik kertas pada Merilyn. Merilyn mengambil kertas tersebut lalu langsung menghubungi orang yang dimaksud oleh pria yang dia ketahui bernama Raiden. "Sudah, dia bilang dia akan datang lima belas menit lagi." Merilyn menaruh kertas itu Kembali ke meja kecil samping ranjang rumah sakit. Raiden kemudian menutup matanya. Dia enggan terus berbicara pada Perempuan di depannya itu. Dia lebih baik tidur dan beristirahat. Sebagian pekerjaannya juga akan terbengkalai sampai beberapa waktu ke depan. "Aku minta maaf," kata Merilyn lagi. Sungguh dia sangat merasa bersalah telah merugikan orang lain. Dia harusnya lebih berhati-hati, masih untung nyawa pria itu selamat. Kalau tidak, mungkin dia sudah berada di penjara sekarang. "Kau sudah mengatakannya sebanyak sepuluh kali," balas Raiden tanpa membuka matanya. "Aku akan terus mengatakannya karena memang aku bersalah." Raiden tidak memberikan tanggapan apapun atas perkataan Merilyn. Selama beberapa saat ruangan itu hening hingga seorang pria berpenampilan rapi membuka pintu ruang rawat Raiden. Pria itu kemudian memperkenalkan dirinya dengan singkat. Merilyn pun akhirnya tahu kalau pria itu merupakan bawahan dari Raiden. "Bagaimana keadaan Anda, Pak?" tanya Pria itu sopan. Raiden kemudian menatap Merilyn datar. Dia meminta agar Merilyn saja yang menjelaskan mengenai kondisinya pada pria bernama Gabe itu. Merilyn kemudian menjelaskan kondisi Raiden sama seperti yang dokter jelaskan padanya. Tidak ada satu pun yang terlewat, dia menyampaikannya dengan sangat jelas. "Apa perlu saya menghubungi mereka, Pak?" tanya Gabe pelan namun, Merilyn masih bisa mendengarnya. "Aku mau ke kantin rumah sakit sebentar. Apa kalian ingin sesuatu untuk dimakan?" Dua pria itu kompak menggeleng. Merilyn kemudian keluar dari ruang rawat Raiden. Sejujurnya dia tidak ingin membeli apapun, dia hanya butuh keluar karena dia merasa kalau pembicaraan dua orang pria itu tidak untuk dia dengar. *** Setelah menjalani perawatan selama sepuluh hari di rumah sakit, Raiden akhirnya boleh pulang. Merilyn menawarkan dirinya untuk merawat Raiden hingga pria itu benar-benar sembuh. Raiden masih menjalani perawatan sampai kakinya Kembali seperti semula. Saat ini pria itu masih mengenakan kursi roda untuk membantunya bergerak dan bekerja. Merilyn datang pagi-pagi sekali ke rumah Raiden lalu kembali saat malam hari. Dia mengurus semua keperluan Raiden. Mulai dari pakaian hingga makanan. Merilyn tidak pernah mengeluh, dia melakukan semuanya dengan hati yang tulus. Dan sejak itu hubungan mereka menjadi dekat. Kadang Merilyn menginap di rumah Raiden. Pernah selama satu minggu Merilyn tidak pulang ke rumahnya. Hingga sebuah permintaan datang dari Raiden. Pria itu menginginkannya untuk menjadi pendamping sementara. Merilyn tidak langsung menyetujuinya, dia butuh waktu satu bulan untuk meyakinkan dirinya kalau semua yang dia lakukan adalah untuk menebus kesalahannya. Pernikahan mereka pun digelar secara sederhana. Tidak banyak tamu yang diundang terlebih karena Merilyn tidak memiliki keluarga lagi begitupun dengan Raiden yang hanya ditemani oleh Gabe. Merilyn pernah menanyakan tentang keluarga Raiden. "Mereka tidak di sini," jawab Raiden saat itu. Raiden sangat tertutup mengenai keluarganya. Karena pernikahan mereka hanya sementara, Merilyn pun tidak banyak bertanya lagi. Selama menikah Merilyn sudah berusaha untuk membentengi dirinya dari semua perhatian Raiden. Namun, hatinya sangat rapuh sehingga dengan mudah berbunga-bunga pada setiap perlakuan manis pria itu. Dan dia menyesalinya sekarang. Dia harusnya berusaha keras untuk mengorek informasi mengenai pria itu. Raiden harus tahu kalau dia sedang mengandung. Merilyn berkeliling kota selama satu minggu penuh dengan harapan dia bertemu dengan Raiden. Namun, harapan hanya tinggal harapan. Pria itu tidak pernah muncul di hadapannya bahkan kabarnya pun dia tidak tahu sama sekali. Merilyn menyerah, dia tidak lagi berusaha mencari keberadaan pria itu. Dia marah dan kecewa terhadap Raiden. Mungkin dia memang ditakdirkan untuk selalu sendiri. Untuk melupakan pria itu Merilyn menjual rumah yang mereka tinggali. Semua hal yang berhubungan dengan Raiden dia buang. Merilyn akan memulai hidupnya hanya dengan anaknya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pembalasan Istri Tersakiti

read
8.2K
bc

Istri Tuan Mafia

read
17.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
3.5K
bc

Tergoda Rayuan Mantan

read
24.3K
bc

CINTA ARJUNA

read
12.2K
bc

Ayah Sahabatku

read
20.8K
bc

Dipaksa Menikahi Gadis Kecil

read
21.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook