Chapter 14

893 Words
Sudah dua hari Indi beristirahat sejenak dirumah, dia waktu itu tetap kekeuh dengan perkataan-nya ingin pergi kesekolah. Dengan ancaman yang dibuat mamanya tidak boleh lagi bermain basket setelah itu, dan akhirnya dia menurut tak ingin membantah mama-nya jika membawa kata basket. Disinilah Indi, berbosan-bosanan dirumah kegiatan nya hanya bangun tidur, mandi, sarapan, nonton tv, dll yang biasa orang lakukan dirumah. Mama-nya sudah pulang karena ingin mengurus suaminya dan juga kedua anaknya yang masih bujang. Indi berbaring disofa sesekali meringis jika dia banyak bergerak karena jaitan diperutnya belum sembuh sempurna, karena bosan dia memainkan ponselnya di atas meja tadi. Dia satu persatu membuka personal chat atau grup yang berada di aplikasi Line nya. Indi memang aktif di aplikasi Line dan juga i********: yang sering kali membuat notif nya sampai beratusan atau i********: yang beribu-ribu lebih. LINE! Baru saja dia ingin berpindah ke aplikasi yang lain, notifikasi Line membuat dia sedikit terkejut karena nada notif di ponselnya sedikit besar. Dia membuka nya dan terlihat lah pesan dari Faga. Fagajnr : Lo ngapain? Indi terkekeh, belakangan ini Faga sangat perhatian dan menjaga nya jika berjalan kemana-mana walaupun itu hanya dirumah saja tapi Faga tak ingin ada sesuatu yang terjadi dengan perempuan yang 'hampir' di sayangi nya. Indi juga tak mengetahui jika Tekha dan Reza berkerja sama untuk menghancurkan nya perlahan; lebih tepatnya Reza yang ingin menghancurkan nya bukan Tekha. Tekha adalah perempuan bodoh yang ingin mengikuti perkataan Reza tanpa mengetahui apa dampaknya bagi dia. Tangan Indi bergerak untuk membalas pesan dari Faga. Indiprisila : baring doang, lgi istirahat ya? Belum sampai dua menit lelaki itu sudah membalas pesan Indi. Fagajnr : iy lgi istirahat, lo jgn gerak bnyak. Lo tau kn perut lo ms blm smbuh. Indi lagi-lagi terkekeh. Indiprisila : iya tau, bawel lo. Setelah itu tak ada lagi balasan, Indi yang sedikit cuek mengunci aplikasi nya. Baru jam sebelas lewat duapuluh sembilan menit. Dia mematikan televisi dam berjalan kekamarnya dengan perlahan menaikin tangga, setelah sampai di kamarnya dia langsung merebahkan badan-nya pelan dikasur. Rasanya mengantuk sekali, perempuan yang masih memakai pakaian tidur itu memejamkan matanya. Dan tertidur. Dilain tempat, dikelas, tiga perempuan sedang membicarakan sesuatu yang serius dikelasnya. Sesekali juga mereka bumbui dengan canda tawa. Putri tiba-tiba bertanya, "Eh, hubungan Indi sama Faga apa ya?" Spontan Rossa dan Filda terdiam tak tahu juga. "Gak tau." Jawab Filda dan Rosaa bersamaan "Ih! Tapi kan mereka kok deket banget ya? Bukan-nya kalu ketemu disekolah itu berapa kali doang? Itu pun mereka berantem mulu kalau ketemu." Kata Putri lagi. "Kenapa? Lo cemburu?" Tanya Rossa, Putri mengerucutkan bibirnya. Rossa mengalihkan padangan-nya ke arah lain tak ingin menjawah perkataan Putri. Satu ide terlintas di otak nya, yaitu mem- videocall sahabatnya yang masih asik-asikan dirumah tak bersekolah. "Bagaimana kalau kita videocall dia aja gimana?" Dengan senyuman lebar Rossa mengatakan lalu dia mengambil ponsel nya yang berada disakunya membuka akun bernama Indi Prisila. Mencoba menghubunginya beberapa kali, tetapi tak ada jawaban. "Mungkin dia lagi tidur kali." Filda menyahut sambil bermain ponsel nya juga. Tiba-tiba suara berat memanggil namanya dengan kelucuan nya juga. Tak biasa Sandi datang kekelas seseorang dan apalagi ini perempuan? "Filda sayaaaannngg." Teriak Sandi dari arah luar dan diiringi cekikikan dari belakang siapa lagi kalau buka Gara dan juga Derik dengan tingkah konyolnya. Sedangkan yang paling cool adalah Faga yang diam dan menaruh kedua tangannya di saku celana-nya. Para siswi melongo tak percaya kepada Sandi yang awalnya dingin kini malah lucu menambah kesan ketampanan-nya. Filda menutup muka-nya karena malu, mengapa sifat pacarnya berubah drastis yang awalnya dingin kini ikutan gila dengan Gara dan juga Derik. "Filda sayangg." Itu bukan suara Sandi, itu suara Gara yang sekarang lagi tertawa terbahak-bahak diluar sana. "Cewek gue anjir!" Sandi mendelik kesal ke Gara. "Hahaha, kalau gitu gue ayang Putri aja ya." Gara sengaja menggoda Putri, Putri seketika melotot kepada Gara yang tetap pada tawa nya tetapi tak separah tadi. Filda beranjak dari kursi nya lalu menarik tangan pacarnya entah kemana, Gara masuk dengan se-enaknya padahal itu bukanlah kelasnya. Dengan santai nya dia duduk di bangku yang tadinya di duduki oleh Filda kini diduduki oleh nya sambil tersenyum jahil. "Kencan yok." Perkataan macam apa itu? Seperti anak kecil yang mengajak teman sebaya nya bermain seperti; main yok. Tapi ini beda malah; kencan yok. Dasar, Gara b**o tapi gemesin. Putri menggeplak kepala Gara, "Heh! Keluar lo!" "Gak." Gara menggeleng. "Lo nggak keluar gua tendang." Ancam Putri. "Yaudah, tendang aja." Jawab Gara santai. Rossa tertawa melihat aksi didepan-nya yang sedang berkelahi kecil. Rossa mengabaikan nya berjalan kearah Faga yang duduk dikursi panjang didepan kelasnya sambil menunggu Gara dan juga Derik yang pergi ke kantin sebentar untuk membeli air mineral dingin. "Gimana keadaan Indi?" Tanya Rossa sedikit ragu. Faga menoleh dengan tatapan dingin-nya. "Baik." Setelah itu baru saja Rossa ingi membuka suara lagi, Faga langsung pergi begitu saja. Rossa menatap dia sendu, ada apa dia dengan Faga? Rossa berusaha untuk tetap senyum, dia masuk kembali kedalam kelas dilihatnya Gara masih saja menggodai Putri tetap untuk mengajak dia berkencan. "Gara, bentar lagi masuk. Keluar lo." Usir Rossa secara halus tetapi membuat Gara melirik dia sebal. "Lu mah gak bisa liat gue seneng. Jangan lupa ya! Jam delapan gue jemput." Sambil mengedipkan matanya sebelah lalu keluar dari kelas dengan Derik. "GILA!" Putri berteriak dengan pipi yang merah merona, tadi Gara yang menggodanya kini Rossa. "Cie-cie, nape tuh muka kayak kepiting merah amat." Putri memutar bola matanya kesal. "Ah, bacot."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD