Chapter 05

1643 Words
Indi mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha menyusuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Pandangannya mengarah ke tembok dan mendapati jam Doraemon kesayangannya. Waktu menunjukkan jam sembilan lewat lime belas menit. Ia berusaha beranjak dari kamar baru nya itu, ia mencium aroma yang sangat menyedapkan. Hingga cacing-cacing di perutnya mendemo meminta jatah. Ia mengingat tadi malam ia tak makan, seusai acara resepsi ia langsung membersihkan dirinya dan merebahkan tubuhnya kekasur lalu terlelap. Ia turun dari tangga melihat Faga yang sedang memasak. Ia tersenyum melihat Faga yang lihai memasak. Apa gunanya ia menjadi sang Istri jika Faga yang memasak? "Pagi Ga." Sapa Indi yang kini telah disamping Faga. Faga tersenyum kecil, membalas. "Pagi." "Lo cuci muka, habis itu sikat gigi. Baru makan." Ucap Faga. Indi yang hendak mengambil sendok dan ingin menyuapi nasi goreng ala Faga langsung terhenti dengan ucapan Faga. Indi menyengir, "Hehe, tapi jangan makan deluan ya." Faga melirik Indi sekilas sembari mengambil air dingin di kulkas. "Iya." Indi langsung lari kekamarnya, Faga yang melihat hanya menggelengkan kepala saja. Faga tengah menunggu Indi yang belum turun. Faga mendecak kesal. "Udah belom? Gue laper." Teriaknya di lantai bawah. Ia dapat mendengar suara ketukan sendal dari arah tangga. Faga melirik Indi sinis. "Apa lo liatin gue gitu hah? Mau gue colok tu mata?!" Hardik Indi. Faga tak menggubrisnya, ia langsung memakan nasi goreng nya. Indi menyuapkan nasi goreng ala Faga lalu ia tersenyum riang. "Wah, enak banget! Kapan-kapan bikin lagi ya Ketos." Riang nya dengan sengaja menekan kata 'Ketos' Faga berdecih dan memakan makananya banyak hingga mulutnya penuh. "Apwa gunwa nywa lo jawdi istrwi. Nggwk g*n-- Uhuk! Uhuk!" Dengan cepat Indi memberi Faga minum dan mengusap-ngusap punggung Faga pelan. "Mangkanya kalau mulut lagi penuh, nggak usah bicara dulu. Jadinya kan lo kesedakan gitu." Omel Indi. "Gue kenyang." Lalu beranjak dan pergi keruang tamu. Indi langsung mengambil piring Faga dan piringnya. Ia mencuci nya di wastaffel lalu mengeringkannya. Ia lama karna ia langsung mandi, ia berjalan menuju dimana Faga berada. Faga sedang memainkan ponsel nya. "Ga, kenapa kita nggak sekolah?" Tanyanya heran kepada Faga. "Lo nggak capek? Seharian kita bediri terus nyalamin orang-orang." Mendengus kesal terhadap pertanyaan Indi. "Capek sih, tapi gue kangen temen-temen gue." Balasnya mendramatis "Baru juga 1 hari belum aja 3 hari atau setahun." "Ya, tapi kan gue kang--" Kling. Suara sms dari ponsel Indi yang bergeletak di meja. Ia langsung meraih benda pipih itu. Ternyata sang Mama yang sms. Mama: Jam 1 kalian kerumah mama ya. Ada Arkan sama Fania juga. Jgn telat loh ya. Indi mengerutkan dahinya tak mengerti, padahal baru saja ia ingin bermalas-malasan dirumah. Karena ia sangat letih sekali. "Ga, mama sms nih. Nyuruh kita jam 1 kerumah mama." Ujar Indi menggoyangkan tangan Faga. Faga hanya berdehem, mengiyakan apa sang istri katakan. Me: Iya ma, baru juga jam brp. Indi sama Faga bakalan kesana. "Ga, lu punya cewe nggak?" Tanyanya tiba-tiba. Faga menoleh ke kiri melihat Indi lalu menggeleng. "Gue nggak punya cewek, tapi punya istri." Goda Faga Seketika merah rona dipipi putih mulus sang pemilik menyembunyikan rona nya. Ia mengalihkan kearah pandangan ke jendela agar tak ketahuan. Faga tertawa sendiri dengan perkataannya, entah. Kata-kata itu terlontar begitu saja melalui mulut Faga yang seenaknya berbicara seperti itu. "Ah udah, lo pasti belum mandi. Mandi sana! Hus!" Usirnya sembari mendorong-dorong badan Faga. Dengan malas Faga beranjak dari sofa, dan pergi ke kamarnya. Indi dengan serius menatap benda kotak persegi panjang yang menampilkan dua bocah botak tetapi yang satu nya ada. Upin & Ipin. Ia juga tertawa saat ada yang lucu, merasa bosan ia memindahkan channel tv ke Net ingin menonton berita pagi ini. LINE! Notifikasi aplikasi dari Line mengganggu aktivitas nya menonton. Ia dengan cepat menyambar ponsel nya itu. Dan mengotak-atik ternyata chat dari Filda. Filda : Eh, lo knp ga turun sklh? Dengan cepat Indi membalasnya. Indi : Gue sakit. *Read. Indi terpaksa berbohong kepada Filda, bagaimana jika ketiha temannya tahu bahwa dirinya seharian duduk diatas panggung dan menyalami orang-orang yang datang di acara pernikahannya? "s****n, dia nge-chat kok malah di read aja. Ngeselin Fil ngeselin!" Gerutunya sendiri. Drrt.Drrt. Video call dari Filda, Indi mendengus kesal. Ia mengangkat nya dan melihat wajah ketiga perempuan cantik di hadapannya dengan ponsel Iphone nya itu sedang menyengir. "Hai!" Sapa Rossa diseberang. "Hmm" Indi balas dengan deheman saja. "Ih kok lemes sih." Goda Filda "Heh! Dia itu sakit b**o. Pake otak dikit bisa nggak?" Putri menasehati sembari menoyor kepala Filda. Putri lah yang paling bisa berfikir dewasa. Indi mendecak kesal. "Heh! Udah ah nyari topik yang lain. Kalian belum masuk?" "Iya belom. Males gue pelajaran si Bute" Jawab Rossa memutar bola mantanya kesal. "Hahaa, lu pada. Kalian lagi di Kan--" "NYET, SEPATU GUE DIMANA?" Teriak Faga di lantai atas. "Anjir, suara siapa tuh?" Sontak mereka bertiga bertanya dengan waktu yang sama. Membuat detak jantung Indi tak karuan "YA MANA GUE TAU!" Indi juga berteriak tak kalah nyaringnya. "Udah ah gue mau matiin. Mau siap-siap, Byee." Pamitnya "Ehh, lo mau kemana?" Tanya Putri dengan tampang konyolnya Indi menahan tawa, "Komuk lu anjir put, ke rumah nyokap. Udah ya bye!" "Emang lu dimana?" Tanya Filda diseberang sana. "Ngg-nganu itu, gua lagi dikos. Ya, dikos'an bang Ragi" Belum sempat ketiga temannya membalas perkataan nya dia buru-buru mematikan telepon video call singkat itu sebelum dirinya ketahuan jika ia dengan Faga satu rumah Ia langsung memutuskan panggilan video call bersama ketiga sahabat nya itu. "Udah selesai vc nya? Yok." Ajak Faga yang sudah rapu dan terlihat tampan. Bagaimana tidak? Celana jeans hitam, baju berwarna putih polos yang dibaluti juga dengan jaket jeans nya lalu berkacamata, dan memakai sepatu white adidas superstar Indi melongo melihat style-an Faga yang bisa dibilang untuk anak muda zaman sekarang. "Mau kemana? Kan baru jam 10." "Ke Mall." Balas nya masih berdiri sembari mengambil kunci mobil. "Yakali gue ke mall pakai baju ginian. Lu sih gak bilang-bilang dulu, ish!" "10 menit gue tunggu." Indi langsung berjalan ke arah kamar nya. Dikamar, ia bingung mau memakai baju apa. Kaos lengan panjang berwarna hitam, dan celana pendek sepaha berwarna putih. Ia langsung mengenakan nya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Tak lupa juga ia menambahi dandanan natural. Ia memakai sepatu white adidas superstar. Ya, itu sepatu couple-an dengan Faga sewaktu mereka berjalan-jalan sebelum menikah. Ia langsung mengambil slingbag warna hitam. Ia langsung turun kebawah, dan mendapati Faga yang sedang menonton. "Yok!" Ajaknya. Faga menoleh ke Indi. Satu kata terlintas dalam fikirannya 'Cantik'. Faga mematikan televisi dan langsung berjalan mendahului Indi. "Lah tuh orang." Gumam Indi sembari berjalan ke pintu rumah dan mengunci nya. "Cepet elah, lama banget jalan nya." Omel Faga kaca mobil yang setengah terbuka. Indi hanya menatap tajam Faga. Ia membuka pintu mobil dan menutup nya keras. "Astaga! Mobil gua!" "Nggak peduli, jalan." Elak Indi Faga mendengus kasar, dan menancap pedal gas. Didalam mobil hanya terdengar lagu We Don't Talk Anymore - CharliePuth, SelenaGomez. Setelah sampai di Mall, Indi langsung jalan terlebih dahulu tanpa mempedulikan Faga yang meneriaki namanya. "INDI! WOI!" Teriak Faga berlari lalu menyamai jalan nya dengan Indi. Indi membalasnya dengan deheman saja. "Gue mau nonton bioskop." Ucap Indi, Faga baru saja hendak memprotes ingin membuka mulut Indi langsung menyelanya. "Gak ada protes! Titik." Kini, mereka tengah memilih-milih Film yang bagus dan juga lagi nge-tran di zaman sekarang. "Nonton Danur aja gimana?" Tanya Faga. Indi bergidik ngeri. "Nggak ah, serem." "Nggak serem, lucu kok." Ucapnya lagi sedikit dibumbui membujuk Indi. Indi memutar bola matanya, "Emang lo udah nonton?" Faga menyengir. "Belum sih, tapi kata Gara lucu." "Lah, Gara di percaya. b**o banget." "Nih, DearNathan aja." Lanjutnya. Faga mengangguk pasrah, "Sembarang lo aja. Gue pesen tiket, lo beli PopCorn sana." "Ya." Mereka berdua pun berjalan dimana letaknya Tiket dan PopCorn. Tak lama, Indi datang dan melihat Faga yang masih mengantri. Ia pun memilih untuk duduk disofa. Faga kembali. "Nih, bentar lagi film nya dimulai. Kita masuk deluan atau nunggu diluar aja?" Tanyanya. "Dalem aja." Sembari beranjak dari sofa yang ia duduki tadi. Faga mengangguk. "Kita duduk di tengah." Faga memberitahukan Indi agar tak salah tempat untuk di duduki. Masih ada waktu 5 menit untuk memulaikan film, banyak ternyata yang datang. Tak sedikit, bagaimana tidak? DearNathan adalah sebuah Novel yang lagi nge-tren di w*****d penulisnya bernama Erisca Febriani. Dan dijadikan film, beruntung sekali. "Ga." Panggil Indi dan menoleh ke kiri melihat Faga yang sedang memainkan ponselnya. Faga hanya balas dengan dehemannya saja. "Ih, kalau dipanggil itu jawab dong!" Gemas nya kepada Faga. Faga menghembuskan nafas nya kesal, lalu menoleh ke kanan melihat wajah Indi yang cemberut. Bahasa gaul nya sih, ngambek. Faga melihat tangan Indi, tak terdapat cincin pernikahan mereka. "Cincin lu mana?" Tanyanya dengan suara dingin. "Kamar mandi." Balas nya singkat, cuek. "Lain kali, dipakai." Peringat Faga, Indi bergumam tak jelas karna Faga tak mendengar nya. Suasana di ruang bioskop sangat ramai. Mulai lah film DearNathan, Indi sangat menikmati film yang berada didepan nya itu yang berukuran besar. Kling! Bunyi suara sms dari ponsel Faga terdengar, langsung Faga menyerogoh saku celana nya. Dan membuka password ponsel, ia mengerutkam dahinya bingung. Mama? Ngapain sms? batinnya bertanya, heran. Mama Gahoel: Heh lo, ke rumah mertua lo cpt. Lah? Ah, kalian pasti mengira itu bukan Mamanya karna menggunakan bahasa anak zaman sekarang. Tidak, itu memang mamanya. Mamanya ada seorang ibu-ibu sosialita. Me: Faga sama Indi lgi dBioskop ma, bntr Faga plg. Send. Faga menatap Indi yang terhanyut dengan film, tanpa peduli Faga yang memanggilnya berkali-kali dengan suara kecil. "Ndi." Panggilnya untuk kesekian kalinya. "Indi!" Ulangnya. Ia mendekatkan wajahnya kearah Indi yang fokus menatap kedepan. Ia mulai membisiki. "Mama tadi sms, kalau dia bilang nyuruh kita pulang." Indi bergidik ngeri karna ada suara yang sangat dekat pada telingannya. Hembusan nafas nya saja ia bisa dapat merasakannya. "Jadi? Film nya? Sayang banget." Dengan wajah sedih. "Kapan-kapan kita nonton lagi. Dah pulang." Mereka berdua beranjak dari kursi dan berjalan menuju pintu keluar. Setelah mereka di parkiran, mereka langsung masuk dan pulang kerumah, ah tidak. Pulang ke rumah Mama Indi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD