Malam ini, seorang gadis tengah berdiri di balkon kamarnya, menatap ramai nya kota Jakarta. Ia tidak peduli adanya angin yang berhembus kencang, dan dinginnya udara. Gadis itu memejamkan mata menikmati udara yang dingin.
Kini Indi, bosan melakukan kegiatan apapun. Atau pergi kemana saja ia merasa sangat bosan sekali. Indi berbalik dan berjalan masuk ke kamae kembali, dan menutup pintu balkon kamarnya. Ia duduk di tepi kasurnya.
Faga sedang keluar bersama teman-teman nya. Sudah seminggu mereka berdua telah kembali bersekolah. Usai mereka membicarakan suatu hal di rumah Rani. Perempuan itu sangat pusing jika memikirkan nya. Bagaimana tidak? Mereka berdua disuruh honeymoon oleh orangtua mereka dan ingin meminta cucu.
Apakah orang tua mereka tak berfikir jika Faga dan Indi masih muda untuk melakukan kegiatan itu? Dan, akan berakibat fatal jika Indi hamil. Mereka masih sekolah, dan itu alasan mereka menolak mentah-mentah permintaan dari orangtua mereka. Waktu itu juga Indi sangat malu, marah. Perasaanya campur aduk.
Ah sudah lah, tak usah dibahas hal itu lagi. Indi merebahkan tubuhnya perlahan lalu memejamkan mata ingin tidur tetapi tak bisa. Ia terus saja berbolak-balik di atas tempat tidurnya itu. Tangannya terulur untuk mencari ponsel nya yang berada diatas nakas. Dan Voila! Ia mendapatkannya.
Dengan jari yang lihai ia membuka segala Aplikasi yang berada di ponsel nya. Ada banyak notifikasi yang masuk.
Ia membuka Line, chat paling pertama ia buka adalah chat dari Faga. Dengan cepat ia membuka password khusus obrolan mereka berdua melalui Aplikasi yang lain.
SuamiNgeselin: Gua pulang agak malem, gausah ditungguin. Kunci rumah juga gua bawa.
Lalu, muka Indi terlihat kecewa. Ini baru saja jam sembilan lewat limabelas menit. Yang pasti Faga akan pulang lebih larut lagi. Indi mendesah ringan, lalu menghembuskan nafasnya kasar sebelum menjawab obrolan Faga.
IndiP.Hornson: Iya, hati-hati lo plg.
Hanya itu yang mampu ia jawab, ia keluar dari Aplikasi Line dan mematikan Data Seluler nya. Tak lupa juga ia mematikan ponsel. Lalu ia mengembalikan benda itu diawal mula benda itu berada.
Ia merasa, matanya perlahan mulai berat dan ingin sekali ia menutup mata. Perlahan juga mata yang indah itu tertutup dan mulai menghembuskan nafas yang teratur. Indi sudah tertidur.
Lelaki tampan yang masih berada di atas kasur nya itu mengerang kesal karena ada cahaya yang mengganggu matanya. Tangannya menjelajahi untuk mencari guling nya dan menutup wajahnya untuk tidak terkena cahaya itu lagi. Perempuan yang sudah siap dengan seragamnya itu mendecak kesal sambil berkacak pinggang melihat lelaki didepannya.
"Ketos kok bangunnya lambat!" Sindir nya halus, perempuan itu bersender ditembok.
Faga, yang mendengar sindiran itu langsung membuka matanya. Betapa bodohnya dirinya karena telah bangun siang, bagaimana tidak? Ia semalaman di rumah Gara hanya bermain playstation bersama sahabat lainnya sampai jam tiga dan Faga langsung pulang ke rumah karena mengkhawatirkan sang istri.
Faga masih saja di atas tempat tidurnya tidak bergerak. "Keluar." Usirnya
Indi semakin kesal, sudah dibangunin kok malah marah-marah. Indi menghentakkan kakinya lalu berjalan menunu keluar. Sebelum ia benar-benar keluar dari kamar Faga ia sempat berteriak, "CEPET. LIMABELAS MENIT LAGI MASUK!"
Faga langsung beranjak dari kasurnya, dengan malas ia mengambil handuk yang digantung dan memasuki kamar mandi dengan mata yang masih terpejam. Sedangkan Indi, yang asik sarapan di meja makan sendirian menunggu Faga yang tak kunjung keluar dari kamar nya.
Indi dapat mendengar suara ketukan sepatu dari arah tangga, dan melihat Faga yang sudah rapi dengan seragamnya dan juga rambut yang masih basah mengesankan Faga terlihat cool dimata Indi. Dengan cepat Indi menepis fikiran itu.
"Buruan sarapan, habis itu berangkat."
"Nggak." Tolak Faga sambil mengambil tasnya di sofa. Faga melirik Indi yang terlihat bingung.
"Ayo cepet. Gua sarapan di sekolah."
Indi dengan cepat menyelesaikan sarapannyan meminum s**u nya sekali teguk. Habis itu, ia menaruh di wastaffel lalu ia biarkan saja disitu. Indi mengambil tas nya juga disofa dan keluar dari rumah tak lupa juga ia tutup pintu.
Sedangkan Faga, memanasi mobilnya dan melihat Indi yang sedang mengunci rumah lalu memakai sepatu dengan cara terburu-buru. Perempuan itu langsung lari ke arah dimana mobil Faga terparkir dan masuk.
Faga langung menancapkan pedal gas meninggalkan perkarangan rumah, didalam mobil keduanya saling diam tak ada yang berbicara.
Indi yang sedaritadi bermain ponsel dan memakai earphone ditelingannya asik dengan dunia musiknya. Matanya menjelajahi dashboard Faga melihat ada permen karet. Ia langsung berseru senang ingin meminta kepada pemiliknya.
"Faga, gua minta permen karet ya."
Sembari melepas earphone ditelinganya dan memasukkan nya di tas. Faga hanya mengangguk mengiyakan. Dengan senang hati gadis itu mengambil dua permen berwarna pink langsung mengunyahnya.
Faga yang melihat itu ganya geleng kepala saja lalu mencibir. "Bocah."
"Biarin, dih."
Tak terasa mereka berdua telah memasuki gerbang dan hampir saja tertutup langsung saja Faga mengklakson satpam yang didepan. Faga membuka kaca menyembulkan kepalanya bahwa dia lah yang datang.
"Pak, buka pak!"
Satpam itu tersenyum sembari membukakan pintu gerbang. Lalu ia berkata.
"Tumben telat mas?" tanyanya dengan nada khas Jawa.
"Kesiangan pak."
Satpam itu ber-oh-ria saja, sedangkan Indi memperhatikan dua orang yang bercakap tanpa ingin membuka suara juga. Lalu mobil Faga masuk ke halaman parkir. Gadis-gadis yang melihat mobil sang Ketua Osis langsung berteriak histeris. Dengan penuh percaya diri Faga berkata.
"Segitu tampannya kah gue?" berniat seperti mengajak berbicara dengan orang yang berada disebelahnya itu yang sedang bermain ponsel.
Indi mendongak lalu menunjuk dirinya sendiri. "Lo, lo ngomong sama gue?" tanyanya heran.
"Nggak. Sama setan." Jawabnya ketus. Sembari mematikan mesin mobil lalu keluar begitu saja.
Indi langsung keluar dari mobil Faga. Banyak yang beribisik-bisik mengapa Indi keluar dari mobil sang pujaan hatinya? Tetapi, perempuan itu tak menggubrisnya sama sekali.
Perempuan yang menjinjing tas berwarna biru muda itu berjalan dengan santai di koridor. Ia seperti melihat seorang pria yang sangat ia kenali walaupun hanya dari belakang saja.
Tekstur tubuh itu sangat dikenali Indi. Pria itu dengan seorang Wanita yang sekarang bergandengan tangan, entah Pria itu yang menggandengnya deluan atau Wanita itu.
Seperti dilihat dari belakang wanita itu seperti mendekat-dekatkan tubuhnya kepada sang pria bermaksud menggoda.
Indi kemudian mendekat dan melihat dua orang itu yang asik bermesraan di koridor sekolah yang sedikit agak sepi karena waktu nya jam pembelajaran.
Indi melihat dua orang itu dari depan, dan betapa kagetnya dia. Orang itu adalah Faga!
"Lo- belum masuk?"