Setelah mereka berdua meninggalkan Sandi sendirian di bawah pohon mangga itu mereka berdua berpencar untuk kepentingan pribadi.
Faga yang belok ke kanan untuk ke ruang Osis, dan Gara yang belok ke kiri untuk ke kantin dan menghilangkan rasa haus nya itu
Faga sedang mengecek berkas yang akan anak basket mainkan, jadwal, hari, dan penentuan jam. Ada lima SMA akan datang ke sekolah mereka. Dan tentunya, Faga akan sibuk seharian ini untuk mengumpulkan anak Osis dan rapat bersama
Faga meletakkan kertas yang akan ditandatangani nya itu lalu mengambil handphone nya yang berada di saku lalu menelfon seseorang.
"Halo." Sapa Faga
"Ya Ga, ada apa?" Balas seseorang diseberang sana, yaitu Fika, sekretaris Faga di Osis.
"Itu Fik, ketua tim basket putri siapa ya?"
"Ohh, si Indi."
Sedikit terkejut mendengar nya lalu mengangguk,
"Oke, kalau Putra?" Tanya nya lagi
Terdengar suara tertawa diseberang sana, Faga juga mendengari kalau Fika sedang mengomel-ngomel pada orang yang berada didekatnya.
"Sorry, ribut tadi. Si Tara yang cowo."
"Oke, thanks"
Menutup telfonnya dan menaruh nya kembali kedalam sakunya,
"Gua bilang dirumah aja kali ya. Sekalian minta bantuin ngurus berkas gua." Kata Faga kepada dirinya sendiri
Setelah urusan nya selesai di ruangan Osis, Faga menuju ke ruang guru untuk berbicara melalui mikrofon dan mengumpulkan anak Osis
Dirinya mengetuk terlebih dahulu pintu ruang Guru lalu masuk dan menyapa bu Tiara, selaku guru Seni Budaya
"Permisi bu, saya mau izin untuk memakai mikrofon." Kata nya dengan sopan, dan diangguki oleh bu Tiara
Faga pun mulai berbicara,
"Test, gue Faga. Disini gue berbicara untuk mengumpulkan anak Osis sepulang sekolah nanti, kita rapat. Dah oh ya, untuk ketua tim Basket Putri dan Putra ikut juga rapat dalam Osis. Itu saja, terima kasih."
Bu Tiara tiba-tiba bertanya, "Untuk apa anak Osis dikumpulkan kalau ibu boleh tau?"
"Saya mau membahas pertandingan Basket nanti, kan ada lima SMA yang akan datang kesekolah kita bu," Balas Faga "yasudah, saya permisi bu."
Guru gemuk itu pun mengangguk, dan Faga keluar dari ruang Guru itu sesekali juga dirinya disapa oleh Guru-Guru ataupun dirinya yang menyapa.
-
Empat seorang gadis cantik sedang menikmati makanan nya untuk mengisi perutnya yang kosong, untung saja jam kedua tadi gurunya tak masuk.
Empat gadis itu terhenti pembicaraannya dan mendadak kantin menjadi hening karena dengan suara berat nan beribawa berbicada.
"Test, gue Faga. Disini gue berbicara untuk mengumpulkan anak Osis sepulang sekolah nanti, kita rapat. Dah oh ya, untuk ketua tim Basket Putri dan Putra ikut juga rapat dalam Osis. Itu saja, terima kasih."
"Lah, lo kan ketua tim Basket putri kan Ndi?" Tanya Filda kepada Indi dan dibalas dengan anggukan
Rossa menceletuk, "Yahh, jadi timefun kita pulang sekolah nggak jadi deh."
Putri juga ikut menimbal perkataan Rosaa, "Itu ketua Osis nggak bisa liat kita bahagia dikit kali, ya?"
"Halah, gitu-gitu juga lo suka kan Put." Kata Filda mencebikkan bibrnya
Sontak Rossa dan Indi tertawa kecil menanggapi, dan Putri dengan wajah kesalnya menatap ketiga temannya
Ya, Indi sudah lama mengetahui bahwa Putri memang menyukai Faga sejak dahulu mereka masuk SMA dan buat apa Indi cemburu? Toh dirinya tak mempunyai perasaan terhadap Faga
Suara bel masuk berbunyi nyaring seantero sekolah, ada juga yang mendumel karena dirinya baru saja memasuki kantin atau ada yang masih ingin tetap berada di kantin untuk mengobrol kepada kawan-kawan atau untuk mengisi perut yang kosong.
Keempat remaja itu beranjak dari kursi nya lalu keluar dari kantin dengan ciri khas mereka tiba-tiba saja Filda memekik senang melihat ponsel nya, dan itu yang membuat ketiga temannya kesal
"OH MYLORD!" Pekik Filda
"Ih, lu apa-apaan si Fil." Ketiga remaja itu berucap dengan kata yang sama dan waktu yang sama
Sebagian anak-anak yang berada dikoridor juga kesal terhadap Filda sama juga menggerutu terhadap Filda. Dan Filda mengacuhkan nya.
Filda masih fokus dengan ponsel nya, sambil tersenyum-senyum senang. Aneh, fikir temannya bertiga
"Astagfirullah, kenapa teman Putri yaAllah." Putri berucap dengan kedua tangan mengadah keatas seperti sedang berdoa kepada yang maha kuasa
Indi dan Rossa terkekeh kecil, lalu langkah Indi terhenti dengan tiba-tiba jantung yang awalnya berdetak normal kini berdetak lebih dua kali lipat dari biasanya.
Ketiga perempuan itu berucap pelan, terkecuali Indi yang terdiam mematung ditempat. "Reza."
Reza Alvaro, Reza adalah mantan kekasih dari Indi yang mengkhianati Indi dengan cara selingkuh kepada sahabat Indi waktu dahulu smp yaitu Gita, mereka berdua jarang sekali berkomunikasi bahkan sampai sekarang tidak pernah mungkin?
Reza memacari Gita karena Gita yang berstatus sebagai model yang terkenal disebagian kota, dan sewaktu karir Gita yang bisa disebut sedang 'Naik Daun' dirinya mendekati Gita tanpa memperdulikan bahwa dia masih sebagai pacar Indi.
Karena Gita tak tahu bahwa Reza adalah pacar sahabat nya sendiri, sewaktu itu Reza menembak Gita dengan romantis dan juga langsung diterima oleh Gita. Bagaimana tidak? Reza adalah seorang yang most wanted disekolahnya
Ah tak usah difirkan lagi, dengan cepat Indi berbalik untuk melewati jalan yang lain jika perlu dirinya tak ingin melihat wajah lelaki itu lagi, Indi yang ingin melupakan atau dengan bahas nge- tren zaman sekarang adalah; Move On sedikit lagi kini teringat kembali akan masalalu yang sangat indah bersama lelaki itu.
Ketiga remaja itu tak mengejar Indi atau menahan Indi agar tetap berada dikoridor dekat bagian ruangan Kepala Sekolah itu. Mereka tahu jika Indi terus menerus berada ditempat itu maka Indi pasti akan menangis atau memaki-maki Reza yang pastinya akan membuat mereka menjadi pusat perhatian.
Indi pergi ketaman belakang untuk menenangkan dirinya sesekali dirinya juga mengingat masa-masa yang indah berdama Reza. Perempuan itu juga mengingat tepat Reza menembak dirinya di tama dan sewaktu itu juga taman sedang ramai dan dirinya ditembak di depan siswa-siswi SMA Cahya Abadi itu.
Seorang pria tinggi dan kulit agak coklat sambil membawa bunga sedikit besar itu mendekati seorang gadis yang tengah membaca bukunya ditaman. Pria itu memanggil gadis yang sedang membaca.
"Indi."
Perempuan yang sedang fokus kebacaan nya kini beralih kepada pria didepannya dengan senyuman manis, Indi balas dengan senyuman juga.
Sedikit ragu menanyakan, "Ehm, lo ngapain d-isini?"
"Ah, iya gue boleh ngomong sesuatu gak?." balas pria itu yang tangan kanan nya masih memegang bunga yang ia sembunyikan dibelakang punggungnya agar Indi tak melihatnya.
Indi terkekeh, "Ya ampun, emang gue ada larangan gitu buat situ ngomong apa enggak?"
Pria itu menggaruk tengkuk lehernya yang dibelakang, "E-nggak, bukan gitu."
"Terus, apa?"
Menarik nafas sedalam-dalamnya sebelum berucap untuk menyakinkan dirinya bahwa pilihannya itu adalah tepat.
"Indi Prisila, Would you be my girlfriend?" Terduduk dengan satu lutut sambil menyodorkan bunga lalu mendongak melihat wajah Indi,Dengan nada sedikit cepat dan tenang lelaki itu berucap sesuai hitungan detik yang ia inginkan
Indi kini telah ditatap kepada semua orang yang tengah mengerumuni dirinya dan Reza.
Terdengar suara sorakan kepada dirinya untuk menerima Reza sebagai pacarnya.
"TERIMA! TERIMA!"
"AYO INDI! KALAU GUE MAH UDAH GUE TERIMA!"
Sedikit malu, dan bercampur dengan senang Indi mengangguk antusias dengan mata sedikit berkaca-kaca dan senyum mengembang tercetak diwajah Reza dan langsung memeluk Indi lalu melepaskannya.
"Ish, aku malu." Rengeknya kepada Reza
Reza terkekeh ingin menggoda, "Aku-Kamu, hm?"
Dan terlihat lah rona pipi merah sangat merah dipipi mulus Indi dengan sempurna.
Indi menangis sekencang-kencangnya dalam diam, bodoh sekali dirinya menangisi lelaki itu lagi? Bahkan, lelaki itu sudah tak pernah peduli lagi dengannya.
Rasa sayang itu masih ada didalam hati kecil Indi dan akan tetap ada. Entah, siapa yang akan menggantikannya dan membuat dirinya mencoba lagi bahagia.
Seseorang yang terlihat ceria dan bahagia itu menyimpan banyak rahasia dan kehidupan yang tak bisa ditebak oleh orang lain.
Dirinya ingin menyakinkan kepada semua orang bahwa dirinya tak memiliki beban atau masalah, tapi dibalik itu dirinya lah yang paling rapuh dan mampu menutupinya dengan baik.