bc

Mengulang Waktu

book_age18+
4
FOLLOW
1K
READ
HE
opposites attract
arranged marriage
blue collar
tragedy
bxg
brilliant
rebirth/reborn
like
intro-logo
Blurb

Kiara Larasati, anak diluar nikah yang dikirim ke keluarga Sentosa dalam pernikahan. Kehidupan pernikahan yang dijalani Kiara bagaikan sebuah neraka, sikap acuh tak acuh dari suaminya membuat Kiara dipandang sebelah mata. Kiara yang sudah tidak tahan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, hingga entah bagaimana dirinya kembali ke hari dimana dirinya datang ke rumah suaminya.Bagaimana kelanjutan cerita Kiara di kehidupan keduanya? ikuti terus cerita Kiara dengan judul *Mengulang Waktu* hanya ada di Dreame dan Innovel

chap-preview
Free preview
1
"Jika aku mati, apakah kamu akan meluangkan waktu satu hari untuk hari pemakamanku?" Kiara bertanya sembari menatap ke arah suaminya yang tengah sibuk melepaskan pakaiannya. 5 tahun, Sudah 5 tahun Kiara menikah dengan Rendra, suami yang hanya tahu tentang kerja dan uang. Sekali saja, Rendra bahkan tidak pernah memperhatikan dirinya yang selalu direndahkan oleh para pelayan rumah dan juga penjaga rumah. Kiara sudah tidak tahan lagi untuk hidup di rumah itu, untuk itu dirinya mencoba untuk menemui suaminya seperti ini, meskipun dirinya tahu jika suaminya tidak akan memperdulikan keberadaannya. "Hiduplah dengan tenang dengan uang yang aku berikan, jangan berpikir yang macam-macam." Balasan yang diberikan oleh suaminya tentu saja membuat Kiara semakin sakit hati, bagaimanapun juga sikap dingin suaminya itu benar-benar keterlaluan. "Kamu bahkan tidak perlu susah payah bekerja atau bahkan menghadapi orang-orang yang sulit, yang kamu lakukan hanyalah bersenang-senang dirumah dan juga datang ke pesta, tapi apa yang kamu keluhkan? Malulah sedikit jika kamu sadar diri." Setelah mengatakan itu Rendra memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi, membiarkan istrinya yang masih terdiam duduk di atas lantai yang dingin. Kiara terdiam, menatap lantai putih yang seolah-olah mengejek hidupnya yang menyedihkan. Kiara bangun dari duduknya, berjalan keluar dari kamar suaminya untuk kembali ke kamarnya sendiri. "Apakah dia pikir akan dipedulikan jika memohon seperti itu? Menyedihkan!" Ejekan yang terdengar dari salah satu pembantu rumah membuat Kiara semakin menulikan pendengarannya. "Lagipula, dia hanyalah seorang anak haram, seharusnya sudah bersyukur karena bisa hidup dan makan dengan gratis di rumah mewah ini, bukan malah bersikap tidak tahu malu seperti itu." Lagi-lagi suara para pembantu rumah tangga terdengar mengkritiknya. Setiap hari, setiap menit bahkan detiknya, Kiara terus mendengarkan ejekan dan juga kritikan seperti itu. Jika saja Kiara tahu jika kehidupan pernikahannya akan menjadi seperti ini, dirinya tidak akan pernah meninggalkan kehidupan sederhana yang ia miliki sebelumnya. Kiara masuk ke dalam kamar, menutup pintu rapat-rapat tanpa menguncinya. Air matanya sudah turun karena merasakan ketidakadilan yang ada dalam hidupnya. Datang ke pesta pun ia lakukan untuk menghindari kritikan dari para pekerja yang tidak menghormatinya sama sekali, namun tidak ada bedanya dengan dirumah, di sana pun dirinya hanya mendapatkan ejekan-ejekan yang menyedihkan. Pada siapa Kiara harus menyalahkan semua itu? Apakah pada suaminya yang mengabaikannya selama ini? Atau pada hidupnya yang terlahir sebagai anak haram keluarga? Kiara berjalan mendekati ranjang, menatap ke arah nakas dimana makan malam sudah disiapkan. "Basi lagi," gumam Kiara pelan sembari meletakkan sendok yang tadi sudah dipegangnya. Tidak tahu sudah berapa lama, tapi Kiara bahkan tidak mendapatkan makanan yang layak dari rumah mewah yang ia tempati itu. Kiara mengambil sebuah tali dan mulai menggantungkannya di atas, Kiara sudah tidak dapat bertahan lagi di rumah itu. Setelah itu, Kiara berdiri di atas kursi yang berada tepat di bawah tali yang menggantung. Bahkan disaat-saat terakhirnya, Kiara tidak memiliki siapapun untuk ia ucapkan selamat tinggal. Kiara menatap sekitar kamarnya dalam diam, hingga akhirnya dirinya mulai mengarahkan tali itu ke lehernya. Kiara benar-benar tidak bisa hidup lagi. Brakkk! Kursi pun tergeser dan Kiara pun hanya menatap ke depan, merasakan sakitnya lehernya yang terjerat tali yang sudah ia pasang sendiri untuk bunuh diri. Pada saat-saat terakhirnya, Kiara melihat pintu kamarnya yang terbuka, memperlihatkan suaminya yang untuk pertama kalinya masuk ke dalam kamarnya dengan ekspresi wajah yang tidak bisa Kiara tebak itu ekspresi yang seperti apa. "APA YANG KAMU LAKUKAN?!" Teriakan keras yang terdengar dari bibir suaminya adalah hal terakhir yang dapat Kiara dengar hingga akhirnya Kiara benar-benar menutup matanya dan melemas. *** Kiara membuka matanya, menatap ke sekeliling dimana dirinya tidak ada di rumah sakit ataupun di rumah. Padahal jelas-jelas dirinya sudah mati setelah bunuh diri, apa jangan-jangan dirinya tidak mati karena suaminya berhasil menyelamatkan hidupnya? "Kita sudah tiba," suara seorang supir yang terdengar membuat Kiara sadar dari kebingungannya dan menatap ke arah samping, dimana suaminya yang duduk di sampingnya dengan mengenakan tukedo pernikahan. Pernikahan? Kiara segera melihat pakaiannya, benar saja! Dirinya kembali ke hari dimana kedatangannya ke rumah suaminya? Apakah ini mimpi? Bagaimana bisa dirinya kembali ke hari pernikahannya? Padahal sudah jelas-jelas itu terjadi 5 tahun yang lalu. "Meskipun kamu tidak suka, kamu harus tetap turun karena kita sudah menjadi pasangan." Suara suaminya yang terdengar membuat Kiara menoleh dan sadar untuk segera keluar, karena suaminya sudah membukakan pintu untuk dirinya. Kiara menatap rumah mewah yang ada di depannya dalam diam, rumah yang membuatnya tidak tahan hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Tapi kenapa? Kenapa Tuhan membuat dirinya kembali menjalani hidup di rumah itu? Apa yang akan berbeda? Ah... Sepertinya Kiara tahu, Tuhan ingin dirinya menjalani hidup yang berbeda dengan hidup yang pernah ia jalani sebelumnya. "Karena ini adalah pernikahan yang saling menguntungkan, lebih baik kita menggunakan kamar yang berbeda." Kata Rendra lagi. "Apakah kita tidak melakukan malam pertama?" Tiba-tiba saja pertanyaan keluar dari bibir Kiara. Kiara sendiri bahkan tidak percaya dirinya akan menanyakan hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. "Kita bisa melakukannya kapan saja, jadi jangan terlalu kepikiran." Jawaban dari suaminya itu membuat Kiara semakin yakin jika hubungannya dengan suaminya tidak akan berbeda dengan yang dulu jika dirinya kembali ditelantarkan seperti dulu pada malam pernikahannya. "Jika kamu tidak ingin melakukannya, setidaknya tidurlah di kamar yang sama untuk semalam," kata Kiara dengan suara pelan. Kiara dengan takut menatap ke arah suaminya yang saat ini juga menatap ke arahnya. "Aku tidak tahu apa yang dipikirkan orang lain jika kita tidak melakukan itu," lanjut Kiara lagi dengan suara pelan. "Selamat kembali Tuan dan Nyonya." Sapaan dari seorang pria tua yang menghadap di depan keduanya membuat Kiara sadar dan diam. Pria tua itu adalah kepala pelayan di rumah itu, pria itu selalu melakukan pekerjaannya dengan baik, hingga 2 tahun ke depan tiba-tiba saja dia mengundurkan diri karena musibah yang menimpa anak laki-lakinya. "Siapkan kamar pengantin untuk malam ini," suara suaminya yang memerintahkan hal itu membuat Kiara menoleh, menatap ke arah suaminya dengan tidak percaya. Apakah dirinya salah dengar? Tidak bukan? Untuk pertama kalinya suaminya mendengarkan kata-katanya. "Saya sudah menyiapkannya sesuai yang anda perintahkan, lalu saya juga sudah meminta pelayan lain untuk menyiapkan air mandi untuk nyonya." Jawaban dari kepala pelayan tentu saja memuaskan. Tapi kenapa dulu tidak disiapkan kamar pengantin seperti hari ini? Apakah ada sesuatu yang berbeda? "Pergilah mandi, setelah itu kita akan makan malam bersama." Kata Rendra yang langsung saja dijawabi anggukan oleh Kiara. Kiara pergi dan menatap ke arah Rendra dengan tersenyum tipis. Kiara yakin jika dirinya tidak akan hidup menyedihkan seperti dulu. "Kalian layani nyonya dengan baik, karena malam ini nyonya dan tuan akan masuk ke dalam kamar pengantin." Kepala pelayan memerintahkan beberapa pelayan yang tentu saja dikenali oleh Kiara. Salah satunya bernama Nia, dia adalah pelayan yang paling menghormatinya dulu. Sayang sekali dia dipecat karena tidak ikut merundung dirinya setelah kepala pelayannya diganti. "Sebelum itu, perkenalkan, nama saya Ken, anda bisa memanggil saya seperti itu." Kata kepala pelayan memperkenalkan diri. "Kiara, mohon bantuannya untuk kedepannya." Kata Kiara dengan sopan. "Lalu nama anak ini adalah Nia, lalu ada Desi, Sinta, dan juga Dea, jika membutuhkan sesuatu anda bisa memanggil mereka." Kata kepala pelayan lagi. "Terima kasih," ucap Kiara dengan sungguh-sungguh. "Kalau begitu, saya undur diri lebih dulu." Kata Ken yang langsung saja pergi setelah berpamitan dengan sopan. Kiara dibawa ke dalam kamar yang dulu ia tempati, tidak banyak yang berubah, kecuali warnanya yang lebih cerah karena selalu dibersihkan, benar-benar tidak ada yang berubah. "Apakah anda memiliki alergi terhadap sesuatu?" Nia bertanya dengan hati-hati sembari melepaskan gaun pengantin yang dikenakan oleh Kiara. "Tidak ada, aku hanya tidak bisa makan makanan yang terlalu pedas." Jawab Kiara memberitahu. "Kalau begitu saya akan melaporkan pada dapur lebih dulu," kata Dea yang langsung saja berpamitan untuk pergi. Sedangkan dua pelayan lain sedang menyiapkan air untuk mandi yang akan ia kenakan. Setelah semuanya siap, Kiara masuk ke dalam kamar mandi dan masuk ke dalam bathtub yang berisi air dan bunga, aromanya sangat harum. Bahkan dirinya tidak pernah mandi seperti ini dulu. "Apakah Tuan kalian memperlakukan kalian dengan baik?" Tanya Kiara penasaran. "Kita jarang berpapasan dengan Tuan, tentang semua pelayan, kepala pelayan yang memperhatikan." Jawaban dari salah satu pelayan itu membuat Kiara terdiam. "Lalu bagaimana dengan Tuan kalian? Maksudnya sifatnya dan juga kepribadiannya?" Tanya Kiara hati-hati. Dirinya tidak pernah seperti ini dulu, dirinya selalu merasa rendah diri karena merasa tidak pantas untuk hidup bermewah-mewah, tapi karena sudah memutuskan untuk hidup berbeda dengan dulu yang ia jalani, dirinya pun mulai beradaptasi. "Jika dirumah, Tuan lebih sering menghabiskan waktunya di dalam ruang kerjanya, selain itu Tuan juga jarang untuk pergi makan malam karena selalu sibuk membawa pulang pekerjaannya. Kalau weekend, banyak sekali orang-orang yang datang pergi untuk mengurus pekerjaan." Jawaban yang diberikan oleh salah satu pelayan membuat Kiara tersenyum. Benar-benar tidak ada yang berbeda dengan apa yang ia ketahui dan juga yang ia percayai, suaminya benar-benar hanya mencintai uang dan hidup untuk uang. Satu setengah jam berlalu, Kiara pun akhirnya selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Pelayan dengan sigap mengambilkan piyama tidur dan ada juga yang membantunya untuk mengeringkan rambutnya. Semuanya dilakukan oleh pelayan dan dirinya tidak mengeluarkan tenaga sama sekali. "Jika waktu makan malam sudah tiba, kita akan memberitahu anda, jadi anda bisa istirahat lebih dulu." Kata Nia memberitahu. "Kalau begitu tolong siapkan pakaian rumahan saja, karena aku ingin menemui suamiku sebelum makan malam." Kata Kiara yang tentu saja dituruti oleh para pelayan. Setelah selesai semuanya, pelayan pun pergi meninggalkan Kiara sendirian di dalam kamar. Kiara menatap dirinya dipantulan cermin, benar-benar berbeda dengan Kiara yang dulu mengakhiri hidupnya yang menyedihkan. Kiara menatap ke arah cincin pernikahan mahal yang melingkar dijari manisnya, entah kenapa Kiara tidak menyalahkan suaminya untuk kehidupan yang sudah ia lalui sebelumnya. Setelah memantapkan hati, Kiara pun keluar dan bertanya pada pelayan dimana keberadaan suaminya. Setelah tahu suaminya ada di ruang kerjanya, Kiara pun berjalan ke arah sana. "Apakah nyonya tahu ruang kerja tuan?" Gumam pelayan yang baru saja ingin mengantarkan tapi Kiara sudah pergi begitu saja. "Saya pikir anda tidak akan memakai kamar pengantin malam ini," suara kepala pelayan yang terdengar membuat Kiara menghentikan langkahnya dan memutuskan untuk menguping di depan pintu yang terbuka sedikit. "Kamu sendiri juga tahu jika pernikahan ini terjadi begitu saja, lagipula aku tidak bisa memaksa anak orang lain untuk memakai kamar pengantin jika dia tidak mau," jawaban dari suaminya membuat Kiara terdiam, apakah dulu suaminya juga sudah menyiapkan kamar pengantin? Tapi karena dirinya tidak mengatakan apapun, jadi suaminya memutuskan untuk tidak mengatakannya? Apakah seperti itu?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.7K
bc

My Secret Little Wife

read
96.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook