bc

Pernikahan Wasiat

book_age16+
1.9K
FOLLOW
17.5K
READ
love after marriage
powerful
brave
drama
comedy
bxg
female lead
campus
wife
stubborn
like
intro-logo
Blurb

Kematian Nataya Diandra memberikan duka yang mendalam bagi Sina Diana, adiknya. Nataya terbunuh di apartemen kekasihnya.

Beberapa hari setelah kematian Nataya, Sina harus dikejutkan dengan kabar bahwa Sina Diana harus menikah dengan Arsen Matteo Pahlevi yang tak lain adalah mantan kekasih dari kakaknya, Nataya Diandra atas permintaan Nenek dari Arsen.

Setelah mereka menikah, Sina berusaha untuk mencari pembunuh sang kakak yang tak lain adalah salah satu dari keluarga Arsen.

Akankah Sina berhasil?

Lalu bagaimanakah kelanjutan kisah cinta mereka? Disaat mereka sama-sama saling mencintai, namun ada hal yang menjadi penghalang cinta mereka.

Akankah mereka berhasil melewatinya?

Ikuti kisahnya!

chap-preview
Free preview
Episode 1
"Cheers!" Sina Diana bersama teman-temannya, kini tengah merayakan hari ulang tahun salah satu temannya. Mereka duduk di sofa panjang berwarna merah yang sudah mereka pesan sebelumnya. Mereka bersulang, namun tidak ada alkohol karena mereka tidak ingin mabuk, mereka hanya memesan beberapa jus saja. Semua teman-temannya kecuali Alma pergi ke tempat orang-orang tengah menari yang diiringi dengan musik DJ. Hanya tinggal Sina dan Alma berdua. "Sina, lo nggak mau ikut mereka?" Ucap Alma - teman dekat - Sina semenjak mereka duduk di bangku sekolah. "Hah?!" Karena musik yang terlalu keras membuat Sina tidak mendengar apa yang Alma katakan. "Lo nggak ikut menari sama mereka!!" Alma berteriak lebih keras. Sina menggelengkan kepalanya, dia tidak suka menari, "Nggak mau, kalo lo mau, lo aja yang kesana?" "Lo yakin tetep disini Na?" Sina mengangguk, "Ya, lo pergi aja." Alma bangun dari duduknya, dia bisa bosan karena disini terus makanya Alma memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya menari. Sina hanya menyaksikan semua teman-temannya menari, dia lebih memilih duduk sendirian daripada bergabung dengan mereka, terlalu sesak dan sempit, Sina tidak suka. Tanpa Sina tau, seorang laki-laki kini tengah menatap dia dengan wajah datarnya. Dia Arsen Matteo Pahlevi, kekasih kakaknya yang sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 3 tahun. Farhan - teman Arsen - menepuk punggung Arsen, sedari tadi dia melihat mata Arsen tak lepas dari pandangannya pada perempuan yang kini sendirian duduk di sofa merah. "Lo kenal sama dia?" Tanya Farhan. "Hm, dia adik pacar gue." "Terus kenapa dari tadi lo lihat dia terus? Jangan bilang selain suka sama kakaknya, lo juga suka sama adiknya?" Ucap Farhan ngasal. Arsen menjitak kepala Farhan karena berbicara sembarangan, membuat sang empu merintih kesakitan, "Gila aja lo, gue nggak mungkin suka sama cewek macam dia." Arsen menarik sudut bibirnya tersenyum miring melihat Sina. Jelas Sina sama sekali bukan tipenya, Arsen tidak menyukai perempuan bar-bar seperti Sina, lain halnya dengan kakaknya, Nataya. Nataya itu perempuan yang lemah lembut, sopan, penurut, membuat siapapun pasti jatuh cinta padanya. Sina, perempuan keras kepala, rebellion, jauh sekali dari tipe perempuan Arsen. "Ar, lo liat itu, ada cowok yang deketin cewek itu." Mata Arsen menyipit, memang benar ada cowok yang mendekati Sina, "Temennya kali." Sina sendiri merasa risih saat laki-laki yang tidak ia kenal tiba-tiba saja mendekatinya dan duduk di sampingnya dengan membawa gelas berisi alkohol. "Boleh gabung nggak?" Kata laki-laki itu sok akrab. Sina tidak menanggapi, saat laki-laki itu duduk di sampingnya, Sina bergeser menjauh. Sina bisa mencium bau alkohol saat laki-laki itu berbicara padanya. Sina mengalihkan pandangannya ke arah lain, laki-laki di sampingnya ini benar-benar membuat Sina risih sekaligus takut. Semua teman-temannya tidak ada, dia sendirian sekarang. Tidak tau apa yang akan laki-laki itu lakukan padanya mengingat ini kelab malam. Pasti banyak sekali laki-laki nakal, pikir Sina. "Lo sendirian? Temen-temen lo mana?" Sina sama sekali tidak berani menjawab, dia memilih untuk diam. Lagipula Sina tidak mengenal laki-laki itu. Yang membuat Sina terkejut, laki-laki itu tiba-tiba saja merangkul bahunya. Sina melebarkan matanya, dia melepaskan tangan laki-laki itu. Sina memberanikan diri untuk menegurnya, "Maaf, bisa lo pergi dari sini? Gue nggak kenal sama lo, tapi lo udah bersikap kurang aja sama gue." "Kenapa? Lo takut sama gue? Tempat kek gini nggak perlu saling kenal, kalo sama-sama suka, kenapa enggak?" Sina mengerutkan dahinya dan bergidik ngeri saat laki-laki itu dengan kurang ajarnya menatap tubuhnya dari atas sampai bawah dengan tatapan m***m. Sina lantas berdiri, "Sorry, gue bukan cewek kek gitu. Kalo lo mau cari cewek murahan, lo salah orang." Arsen tersenyum tipis melihat Sina berdebat dengan laki-laki, sudah ia duga jika perempuan seperti Sina pasti bisa membela dirinya tanpa perlu bantuannya sama sekali. Tapi ternyata Arsen melihat laki-laki itu menarik tangan Sina dan berusaha untuk menciumnya. Plak! Sina menampar laki-laki itu dengan keras, kali ini dia tidak takut sama sekali karena laki-laki itu berpikir jika Sina perempuan gampangan sampai berani bersikap sangat kurang ajar padanya. "Lo pikir gue cewek murahan hah?! Seenaknya aja lo mau cium-cium gue." Laki-laki itu merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan Sina. Dia menarik paksa Sina untuk ikut dengannya. "Lepasin gue!" "Gue mau kasih lo pelajaran karena udah berani nampar gue!" "Lepasin gue woy!" Sina memberontak. "Lepasin dia!" Tiba-tiba Arsen datang seperti pahlawan untuk Sina. Ya, Arsen memang tidak menyukai Sina, tapi dia tidak mau Sina kenapa-kenapa karena Sina adalah adik kekasihnya. Arsen sudah berjanji untuk menjadi kedua kakak beradik itu pada Nataya, kekasihnya. "Lo siapa? Dia pacar gue, lo jangan ikut campur." Kata laki-laki itu. Sina melotot, sudah bersikap kurang ajar, dan sekarang laki-laki itu justru mengklaim jika Sina adalah kekasihnya. "Enak aja! Gue bukan pacar lo! Jangan percaya dia." Ya. Sina akui kalau dia memang cantik, dan laki-laki itu satu dari puluhan laki-laki yang mengaku-ngaku Sina sebagai kekasihnya. Bukannya sombong, tapi memang itu kenyataan nya. Kalau tidak percaya, tanyakan saja pada Alma, sahabatnya. "Dia adik pacar gue, dan gue nggak percaya kalo lo pacar dia." Ucap Arsen. "Gue juga nggak percaya kalo dia adik pacar lo." Balas laki-laki itu. Arsen tetap bersikap tenang, kemudian dia berkata, "Kita bisa panggil polisi kesini, buat buktiin dia pacar lo atau adik pacar gue, gimana?" Kata-kata Arsen sukses membuat laki-laki itu kesal dan menyerah, dia memilih untuk pergi. Jelas dia tidak berani karena pasti Arsen yang benar. Sina menatap datar Arsen, jujur kalo dia bisa memilih orang yang bisa membantunya, Sina pasti tidak akan memilih Arsen, tapi sayangnya memang Arsen yang sudah menolongnya. "Lo nggak papa?" Tanya Arsen. Sina menggeleng, dia berlalu pergi dari sana. Bukannya Sina tidak mau berterima kasih, tapi dia benar-benar tidak ingin melihat wajah Arsen sekarang. "Hei! Lo nggak mau bilang terima kasih sama gue, hah?!" Arsen berdecak, ini yang membuat Arsen menyesal karena sudah menolong Sina. Harusnya tadi Arsen biarkan Sina di bawa laki-laki itu, masa bodo apa yang terjadi dengan Sina. Arsen mendekati Farhan, "Dasar cewek! Harusnya tadi gue nggak nolongin dia, buang-buang waktu aja." Farhan mengerutkan dahinya melihat Arsen datang-datang langsung menggerutu, "Ar, kalian berdua emang nggak akur ya? Gue liat-liat adik cewek lo itu kayak nggak suka sama lo." Arsen meremas gelasnya, dari dulu Arsen dan Sina memang tidak akur. Sebenarnya itu yang menjadi pertanyaan Arsen selama ini. Arsen sama sekali tidak tau apa yang menyebabkan Sina tidak menyukainya padahal selama ini Arsen tidak pernah berbuat jahat padanya. ****** Sina Diana melangkah tergesa-gesa menuruni tangga, hari ini dia bangun kesiangan gara-gara semalam begadang merayakan hari ulang tahun temannya dia sebuah Club malam. "Kenapa kakak nggak bangunin aku?!" Ucap Sina duduk di sofa sambil memakai sepatunya. Seorang perempuan cantik, berambut panjang, dan memakai piyama tidur datang dari arah dapur membawa makanan yang sudah ia masak hari ini, "Kakak udah bangunin kamu Na, tapi kamu itu tidurnya udah kaya kebo, nggak bangun-bangun." Sina memang seperti itu, dia kalau kelelahan, tidurnya sangat pulas seperti kebo. Kalau terjadi gempa mungkin Sina satu-satunya manusia yang tidak selamat. Banyak juga yang tidak tau kalau Sina tidurnya mendengkur. Sina meneguk s**u sampai habis lalu membawa sandwich yang Nataya buatkan. Lihat, Sina bahkan belum merapikan rambutnya karena saking buru-buru berangkat kuliah. "Na, kamu nggak sarapan bareng sama kakak?" "Nggak usah kak, aku sarapan di mobil aja. Udah telat soalnya, aku berangkat dulu kak, bye!" Nataya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya yang selalu saja seperti ini. Pagi-pagi sudah heboh karena tingkah lakunya itu. Ponsel Nataya berdering, dia mengangkat teleponnya. "Selamat pagi sayang?" Ucap seseorang di telepon. "Pagi, tumben pagi-pagi telepon ada apa Ar?" Arsen rupanya, siapa lagi orang yang memanggilnya sayang kalau bukan Arsen, kekasihnya. "Hari ini aku jemput kamu ya?" "Boleh, aku tunggu ya." "Siap, bye sayang." "Bye." Sambungan terputus. Nataya Diandra, perempuan cantik, bukan cuma cantik dari luar, tapi dari dalam pun juga. Nataya itu perempuan yang berhati baik dan lemah lembut, berbanding terbalik dengan adiknya, Sina Diana yang keras kepala dan paling tidak suka diatur-atur alias pemberontak. Nataya bekerja di perusahaan milik Arsen, sudah 3 tahun dia bekerja disana. Itulah awal mula Arsen kenal dengan Nataya karena mereka satu perusahaan. Waktu itu Arsen baru saja kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan kuliahnya di Jerman. Arsen mulai bekerja di Pahlevi Furniture, perusahaan milik ayahnya. Perusahaan di bidang furniture yang paling banyak diminati oleh masyarakat.  Di sana Arsen pertama kali melihat Nataya, dia langsung jatuh cinta. Karena sikap baik hati dan lemah lembutnya, membuat Arsen terpincut dengan Nataya. Arsen mulai mendekati Nataya, sampai akhirnya Nataya melihat keseriusan dalam diri Arsen dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Sina berlari menuju kelasnya. Sial, kelas pasti sudah di mulai. "Kebiasaan banget lo Na, siap-siap aja lo bersihin toilet lagi! b**o banget!" Ucap Sina membodohi dirinya sendiri. Sesampainya di depan kelas, benar saja, sang dosen sudah berada di kelasnya, dan kini tengah berbicara di depan semua orang. Saat dosen tengah menulis sesuatu di papan, kesempatan Sina untuk masuk ke kelas tanpa ketahuan. Sina berjalan mengendap-ngendap, Alma yang melihatnya langsung mendelik menatap Sina. Alih-alih meminta maaf karena sudah telat, sahabatnya itu justru berjalan mengendap-endap seperti pencuri. Sina menaruh telunjuknya di bibirnya agar semua orang jangan berisik, bisa ketahuan nanti. Tapi sepertinya keberuntungan kali ini tidak berpihak padanya, belum sampai di bangkunya, dosen itu sudah berbalik lebih dulu dan melihat Sina baru berangkat. "Sina Diana!" Sina meringis, padahal sebentar lagi dia sudah mencapai kursinya. Sina berbalik menghadap dosen, menyapa sang dosen dengan cengiran lebar andalannya. "Pagi Ibu Mayang." Bu Mayang, selaku dosen yang sudah mengenal Sina, dia menghela nafasnya melihat Sina yang sering sekali terlambat masuk kelas. Dan disini lah Sina sekarang. Berdiri  di halaman kampus dengan cuaca yang panas. Bu Mayang tidak mengijinkan Sina mengikuti pelajarannya dan memutuskan untuk menghukumnya. Kali ini tidak untuk membersihkan toilet seperti biasa, Bu Mayang menghukum Sina untuk berdiri di tengah-tengah halaman kampus. Kepanasan, tentu saja. Tapi memang ini hukuman yang harus Sina jalani dengan sepenuh hati. Sudah setengah jam Sina berdiri disana, kakinya sudah sangat pegal sekarang. Beberapa menit kemudian, mahasiswa laki-laki dari kelas lain memasuki halaman kampus. Sepertinya mereka mau berolahraga karena mereka memakai pakaian olahraga, dan ada yang membawa bola juga. Itu berarti mereka akan bermain sepak bola. Namun yang menjadi pusat perhatian Sina adalah laki-laki yang memakai kain yang bertuliskan captain di lengannya. Itu Samudera! Laki-laki yang Sina incar saat pertama kali dia masuk ke Universitas. Ganteng, berprestasi, jago main sepak bola, cool, semua ada pada diri Samudera. Di mata Sina, laki-laki itu seperti tidak mempunyai kekurangan sama sekali, benar-benar membuat hatinya meleleh saat melihatnya. Sam, nama panggilannya. Mahasiswa dari jurusan administrasi bisnis, sama dengan Sina namun berbeda kelas. Samudera dan Sina memang dekat, tapi mereka hanya sebatas teman. Ralat, Sam memang menganggap Sina teman, tapi Sina sudah menganggap Samudera sebagai belahan jiwanya. Sayangnya, Samudera tidak pernah tau perasaan Sina yang sebenarnya padanya. Samudera mendekati Sina, melihat Sina berdiri di halaman dan tidak mengikuti kelas, Samudera sudah menduga kalau Sina pasti telat berangkat kuliah, "Lo di hukum lagi?" "Hem, semalam gue ngerayain ulang tahun Sarah di klub, gue pulang jam 1 pagi, jadi gue bangun kesiangan deh." "Makanya lain kali kalo mau ngerayain sesuatu ingat jam Na, jadi gini kan?" Fix! Sina menganggap jika ini memang sebagian kecil dari bentuk perhatian Samudera padanya. Membuat Sina semakin jatuh cinta padanya. "Iya, gue janji bakal ingat jam, kalo perlu gue bawa jam dinding kemanapun gue pergi deh." Sina semakin ngaco, mungkin karena efek dari perhatian Samudera padanya. Samudera geleng-geleng kepala, dia mengacak pelan rambut Sina. Sina memang seperti itu, padahal Samudera berkata serius tapi Sina membalasnya dengan candaan, "Lo ke pinggiran dulu, gue sama temen-temen mau main bola, kalo lo disini, lo bisa kena bola nanti." Sina menganggukkan kepalanya, dia mengikuti perintah Samudera untuk berdiri di pinggir halaman. Tidak, Sina sekarang malah duduk, menonton Samudera bermain sepak bola dengan penuh kekaguman. Sina semakin terpesona pada Samudera, saat laki-laki itu bermain sepak bola. Di sampai lupa jika dia sedang di hukum. ******

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.4K
bc

My Secret Little Wife

read
99.0K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook