Chapter 12 : Rosemary

1038 Words
 Berjalan pelan menyusuri jalan di Klan Taira, Vilas dan Selly terhenti sejenak kala melihat ada kerumunan warga di sekitar lapangan. Penasaran dengan apa yang terjadi, akhirnya Vilas memutuskan untuk masuk ke kerumunan tersebut. Akan tetapi, Selly sepertinya tidak peduli, makanya gadis itu memutuskan pulang saja daripada harus menemani Vilas.  Membiarkan Selly pergi, kini Vilas menerobos kerumunan agar bisa sampai di tempat terdepan. Secara tak sengaja, ia melihat Karel yang tampak tengah serius menonton pertarungan dua orang di tengah lapangan itu. Jadi, Vilas memutuskan menghampirinya. “Hei!” Vilas menepuk pundak Karel pelan. Karel sedikit tersentak, membuatnya berpaling ke sumber suara. “Oh, Vilas, mengejutkanku saja.” “Kau sepertinya sedang serius. Apa ada yang menarik?” “Ya, aku penasaran, sekuat apa sebenarnya pemuda itu hingga bisa menahan serangan api dari si gadis,” Karel menjawab sembari terus menatap ke depan. “Mungkin gadis itu terlalu lemah untuk menjadi lawannya?” Vilas juga memalingkan pandangan ke depan, di mana terlihat seorang gadis dan seorang pemuda berdiri saling tatap dalam jarak sepuluh meter. Mereka membentuk kuda-kuda, tetapi ada yang aneh dari si pemuda. Dia seperti bingung akan sesuatu. Selain itu, si gadis tampak begitu kesal, mungkin karena serangannya berhasil digagalkan seperti kata Karel. “Rupanya kau menyembunyikan kekuatan aslimu ya?” seru si gadis. Si pemuda terlihat kebingungan dan mengangkat kedua tangan. “Saya tidak menyembunyikan apa pun, Tuan Putri! Percaya pada saya.” “Sudah ketahuan, tapi masih ingin mengelak ya?” “Tidak, bukan itu ....” “Dia berkata benar, Putri ....” Dari atas, muncul seorang pria tua berambut putih panjang. Janggutnya yang berwarna putih juga tak kalah panjang dari rambutnya. “Kakek Tetua ....” Si gadis sedikit menengadah, tetapi kewaspadaannya meningkat. “Aku tidak ingin lagi kembali ke tempat itu! Cepat pergi!” “Tapi, Putri ... Anda harus kembali. Kalau tidak, Tuan akan marah pada Hamba.” Pria tadi mendarat perlahan-lahan, tepat di depan si pemuda. “Wah, ternyata itu adalah Tetua Frank. Itu artinya, gadis itu adalah Putri Rosemary, sedangkan pemuda itu pelayan setianya, Marvin,” ucap seseorang di dalam kerumunan. “Aku tak pernah menyangka dapat melihat Tuan Putri secara langsung secepat ini. Biasanya Para Tetua di Klan Taira menyembunyikan identitas anak-anak mereka agar tidak diperlakukan istimewa oleh penduduk. Tidak disangka, ada Tuan Putri yang kabur.” Penduduk mulai ribut memperbincangkan mereka, tetapi, sepertinya Karel tidak terlalu mengerti tentang ini, sehingga bertanya pada Vilas, “Vilas, kenapa mereka bisa tahu kalau dia adalah Putri Rosemary, kalau identitas mereka disembunyikan sebelumnya?” Vilas berpaling, melirik Karel sejenak. “Itu karena, Tuan Putri hanya ada dua orang, yakni Rosemary dan Vinri. Tapi, pelayan Vinri adalah seorang perempuan. Dan lagi, hanya wajah mereka yang disembunyikan, tetapi namanya tidak.” “Sepertinya itu sangatlah merepotkan ....” Karel menjadi tidak tertarik lagi, dan terus menatap ke depan. *** Setelah mendengar tentang apa yang sebenarnya terjadi, akhirnya Karel merasa bahwa semuanya akan menjadi sangat membosankan. Sedari tadi, Putri Rosemary dan Tetua Frank yang ada di sana hanya saling beradu mulut. Tidak ada pertarungan seru lagi, walau demikian, orang-orang masih tetap saja memerhatikan mereka. Tanpa mau menunggu lebih lama, Karel memutuskan untuk segera pulang saja. “Vilas, aku akan pulang saja. Apa kau masih ingin menyaksikan adu mulut mereka?” Karel lantas berbalik, hendak pergi. “Tunggu dulu, Karel. Sepertinya, akan ada sebuah tontonan yang seru sebentar lagi.” Vilas mencoba menghentikan Karel. Sejenak Karel berbalik, masih terlihat olehnya adu mulut di tengah lapangan itu. “Aku tidak melihat perdebatan mereka akan segera berakhir.” Mendadak, Tetua Frank yang beradu mulut dengan Putri Rosemary berteriak, “Kalian yang ada di sana!” Matanya melirik ke arah kerumunan. “Pergi dari sini! Jangan mengganggu pemandangan!” “Arogan sekali dia ...,” gumam Karel. “Baiklah, tampaknya semua telah berakhir, ayo pergi, Vilas.” Sama dengan Karel, para warga juga mulai pergi dan menjalankan aktivitas seperti biasanya. Akan tetapi, Vilas lantas menarik pundak Karel, membuatnya terseret ke belakang. “Sudah kubilang, tunggu dulu.” “Ada apa lagi?” Mau tak mau, Karel kembali berdiri dalam diam, menatap bosan ke arah Tetua Frank yang sedang marah-marah. Samar-samar, terdengar gumam tanda kecewa dari para warga. Namun, karena tidak penting, Karel mengabaikan itu semua. “Lihat saja, setelah ini, aku yakin pasti akan terjadi sesuatu hal,” bisik Vilas. “Hei! Kalian berdua juga pergi!” seru Tetua Frank. “Kau sudah dengar?” tanya Karel pada Vilas. “Ayo pergi saja.” “Kau pasti akan menyesal jika mengabaikan ini.” Mendadak, Putri Rosemary menyerang Tetua Frank dengan bola api besar. Serangan tersebut berlangsung selama beberapa detik. Akan tetapi, Putri Rosemary masih tetap santai walau sudah mengeluarkan kekuatan sebesar itu. Debu berterbangan, melingkupi Frank dan Marvin. Karel lantas melirik ke arah Vilas. “Apa yang kaumaksud dengan menarik adalah ini?” “Tidak, tapi firasatku mengatakan sesuatu yang menarik akan segera terjadi.” Kalimat Vilas terjeda. “Mungkin ... sekarang.” Putri Rosemary melesat dengan kecepatan tinggi sembari menebaskan pedang. Dalam debu yang berterbangan menutup penglihatan, terdengar suara benturan pedang. Suara-suara itu semakin cepat, lalu muncul dua orang yang melompat ke atas. Kini, kecepatan bertarung mereka di udara juga tak kalah cepat. Mereka saling mengayunkan pedang selama beberapa saat, hingga akhirnya keduanya mundur dan mendarat di tempat berbeda. Karel seketika tercengang, ternyata seperti ini kekuatan mereka yang sebenarnya? Ini membuat Karel merinding. Jika diamati lebih lanjut, sepertinya Tetua Frank menggunakan sebuah pedang yang aneh saat melawan Putri Rosemary. Namun, Karel belum pernah membaca buku soal pedang, sebab selama ini ia hanya mempelajari tentang Hewan Gaib. Makanya, wajar jika ia tak tahu apa pun. “Pedang milik Tetua itu sepertinya membaur dengan warna udara. Kau tahu pedang apa itu, Vilas?” “Itu adalah Pedang Angin, salah satu pedang terbaik di Klan Taira.” “Tidak kusangka ada pedang yang curang seperti itu. Jika dengan kecepatan tadi, aku sudah yakin akan terpotong kalau aku di posisi Putri Rosemary.” Vilas melirik ke arah Karel. “Pengamatanmu menjadi semakin baik rupanya. Tapi, kau melupakan satu hal, yaitu pedang milik sang Putri itu.” “Aku hanya memperkirakan, pedang yang hampir tidak terlihat itu jika diayunkan dengan sangat cepat, maka pasti akan menjadi tak terlihat. Tapi, tetap saja, gerakan tangannya bisa memberitahu segalanya.” Karel menghela napas sejenak. “Kalau tentang pedang si Tuan Putri itu, sudah jelas memiliki sesuatu yang khusus juga. Seperti pedang api dari darah Phoenix, mungkin ....” “Kau bisa menebaknya dengan benar. Tidak sia-sia kau terus membaca buku dan mengurung diri di kamar,” ejek Vilas. “Biarkan saja.” Tiba-tiba saja Karel melesat ke depan, menuju area yang dipenuhi debu kala Putri Rosemary melesatkan serangan bola api ke depan. “Karel!” Vilas berteriak kencang ketika sadar bahwa Karel sudah berlari ke depan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD