"cita cita ku ingin jadi tentara" tegas bima dengan serius, kata demikata terus berlalu kebahagiaan mereka semakin hangan setelah zesy mengungkapkan isi hatinya yg selama ini terpendam.tak terasa waktu begituh cepat berjala.
Merekapu memutuskan untuk pulang kerumah masing masing hinga tinggal tommy sendirian berjalan, karna rumah tommy yg paling jauh. sesampainya dirumah tommy seperti biasa mengucapkan salam sebelum masuk.
"asalamualaikum" ucap tommy sembari membuka pintu dan masuk kedalam rumah
"waalaikum salam" jawab kedua orang tua tommy hampir bersamaan
"tumben ayah ada di rumah" ucap tommy sambil tanganya sobuk membuka sepatuanya
"ayah tak pigi kerja tadi, cepat ganti baju mu ayah mau bicara" tegas samg ayah sambil duduk santai di kursi yg terbuat dari katu
"baik yah" jawab tommy sipel, sambil kebingungan, tommy langsung pergi dan masuk keka
marnya untuk ganti baju
"ayah pelan pelan bicara dengan tommy, aku gamau dia akan sakit hati" ucap ibu leha membujuk sang suami
"ibu tenang aja bapak tau harus ngomong apa" ujar pak saleh ayah dari tommy
"ya udah ibu serahkan ama bapak, ibu kedapur dulu bikin kopi" ucap bu leha sambil melangkah pergi menuju ke dapur
"semoga ajah tommy bisa mengerti dengan keputusan ini" gerutuk ibu leha membatin.
"ibu mana pak. ko ga ada tadi duduk di sinih" basa basi tommy sambil duduk di depan pak saleh yg terhalang meja,
"ibu mu pergi kedapur bikin minum untuk kita biar santai kaya orang kaya gituh" ucap pak saleh dengan sedikit bercanda
"bisa ajah bapak ini, pake bilang kaya orang kaya segala" ucap tommy sambil tertawa hambar dengan perasaan yg bercampur baur antara bingung dan takut
"nih minumnya udah siap, kopi hitam untuk bapak, kopi campur s**u untuk anak ibu, dan s**u untuk ibu" ucap bu leha sambil tersenyum,
"ini ada juga goreng pisang untuk gajel perutnya" lanjut bu leha berkata sambil menyodorkan goreng pisang yg tersusun rapih di piring ke tengah tengah meja.
"walah si ibu nih pakai bilang ganjal perut segala, emangnya nih perut kaya ban mobil bisa mundur makanya harus di ganjal" sentak pak saleh bercanda membuat tommy tertawa lepas
"ih sibapak katronya ga habis habis" balas bu leha sambil membalikan mata keatas sebal
"oh iyah pak, apa yg mau bapak bicarakan sama aku" tanya bima kepada pak saleh
"gimana kelulusan mu nak, nilainya berapah" ucap pak saleh dengan nada lembut sambil mencapluk goreng pisang yg disajikan bu leha sang isteri
"aku lulus pak, nilaiku rata rata diatas delapan" ucap tommy menjelaskan sembari menghelai napas panjang
"jadi apa cita citamu, dan kemana arah mu untuk melanjutkan sekolah mu" tegas pak saleh dengan wajah yg serius menatap tommy dengan tajam
"jangan main main dalam mengambil keputusan, ini penentu masa depanmu nak" pak saleh melanjutkan perkataanya dengan tegas, sejenak tommy terdiam dan menghembus napas panjang mencoba memberi kekuatan untuk bicara pada samg ayah.
"aku tau apa maksud mu pak, aku harus berhenti sekolah dan membantu pekerjaan bapak kelaut" gerutuk tommy membatin
"walah ditanya ko malah diam tom" ucap buleha sambil menepuk pundak tommy, membuat tommy terkejut
"ehhmmm...tommy ingin jadi tentara pak, dan akan melanjutkan sekolah ke akmil" ucap tommy sedikit bergeta penuh keraguan
"tapi aku tau pak, itu gamudah dan gasedikit biayanya untuk masuk kesituh, biar aku bantu bapak kelaut dulu untuk mengumpulkan uang bila sudah terkumpul baru mendaptar ke akmil" lanjut tommy sembari menundukan kepala
"sabar yah tom, inilah hidup orang susah, tapi ibu yakin dengan tegat dan kegigihan kamu bisa jadi apa yg kamu inginkan" ucap bu leha sang ibu mencoba memberi semangat kepada sang anak, sekaligus lega bahwa tommy mengerti apa yg di inginkan kedua orang tuanya
"emang berapa biayanya kahal kali gituh, sampai orang macam kita gabisa sekolah disituh"ujar pak saleh dengan tegas sembari bersandar dikursi yg udah berusia lanjut seperti dirinya
"apaan maksudnya sibapak ini bilang begitu macem yg banyak duit aja" gerutuk sang umi membatin dengan mata melotot kaget melihat pak saleh
"kata kawan aku yg bapaknya seorang tentara dan dia mau masuk tentara juga seperti bapaknya, biayaya untuk pendaptarannya ajah sekitar tiga ratus jutaan pak" ucap tommy sedikit berbohong, toh juga ayahnya gamungkin mampuh untuk membianyai dirinya masuk akmil (aka demi militer).
"jangan memberi pengharapan palsu pak, sama tommy dari mana uang kita sebanyak gitu makan jah susah" tegas sang ibu dengan raut muka yg khawatir dan bingung apa yg dibilang dariawal sebelum tommy pulang kok lain ama yg dibicarakan sekarang
"udah lah bu aku gak mau anak ku bernasib seorang pelaut, yg diatas selalu ada penghargaan, guru ajah sebagai pahlawan tanpa tanda jasa toh juga tercantum dan di kenang padahal krjaanya hanya duduk dikursi" sentak pak saleh dengan muka yg amat serius
"sedangkan pelau yg menaruhkan hidupnya di perairan agar semua bisa makan enak, tak kenal hujan badai, tak panas, terus bekerja tak ada satupun yg mau mengasih penghargaan dari negara, eh tau tau malah ditangkap ama aparat dibilang merusak laut" anjut pak saleh berkata membual bu leha semakin kebingungan
"emang iyah pak, tapi dari mana kita dapat uang sebanayak itu" tutur bu leha tempak sedih menyelimuti mukanya
"udah ibu gak usah banyak berpikir biar bapak aja yg mencari, dan kamu tom pergi daptar apa keperluan mu bilang ama bapak jangan takut nak, kejar semua cita cita mu bapak akan mendukung mu walau harus jadi terori sekalian" tegas pak saleh sembari melangkah pergi keluar rumah, membuat semua kebingungan dengan perkataan dari pak saleh
"bapak mau kemana"tanya tommy sembari berdiri mengekori sang bapak
"mau ketangkahan melihat mang abdul, tadi dia yg bawa perahu bapak"
"boleh aku ikut pak" ucap tommy sebari melangkah kankaki duluan keluar dari rumah
"bu aku pergi ikut ama bapak" teriak tommy meminta ijin kepada sang ibu
"iyah....hati hati kamu nak" seru sang ibu yg berdiri dibelakang paksaleh
"hade....belum dijawab eh... udah jalan duluan, tom...tom" ucap pak saleh pelan sambil geleng geleng kepala
Dengan kereta lawas tahun tujuh puluhan tommy membonceng pak saleh menuju ke tangkahan tempat dimana perahu mereka di gantung, dengan laju kereta yg sedang namun pasti mengantarkan mereka sampai tangkahab
"kita berhenti di kedei bu imah, disituh kita tunggu mang abdul" kata pak saleh kepada tommy sang anak yg lagi menyetir motornya.