1||KETUA KEDISIPLINAN

902 Words
SMA GALAKSI, adalah salah satu SMA terbaik di Jakarta. Lebih dari 700 murid yang bersekolah di sini. Salah satunya, gadis bernama lengkap Diva Queenessa. Ketua kedisiplinan SMA Galaksi, wajahnya cantik namun, masih ada kesan jutek dan galaknya. Senin pagi, waktunya Diva beroperasi. Jam di pergelangan tangan menunjukan pukul 06:30. Diva dan beberapa anggota kedisplinan mulai berdiri di depan gerbang SMA Galaksi. "Cepat, cepat, cepat!" seru Diva dengan suara sangarnya. "Heh lo! dasi lo mana?" kata Diva menegur salah satu murid lelaki yang lewat di depannya. "Nggak bawa kak," balas siswa itu. "Lo cepat berdiri di sana. Tunggu gue sampai selsai." perintah Diva dengan galak nya. Siswa itu ingin melawan Diva, tapi ia tau Selain ketua Kedisiplinan disini Diva juga pemegang sabuk hitam karate di sekolahnya. Dan pada intinya, siswa itu masih sayang dengan nyawanya. Siswa itu akhirnya pun menurut ia cari aman. Tak berapa lama, sebuah motor sport keluaran terbaru masuk knalpot yang blong ia geber-geberkan di depan Diva. Diva menatap tajam kepada kemudi itu. "Sintia lo urus dulu. Gue mau urus dia." ucap Diva kepada salah satu anggotanya. Gadis bernama Sintia itu hanya mengacungkan jempolnya. Diva berjalan ke arah siswa berhoodie hitam itu. Dengan gesit, Diva mencatat semua pelanggaran yang di langgar oleh siswa tersebut. Setelah itu Diva memberi kertas itu kepada siswa yang tengah menatapnya bingung. Poin poin pelanggaran: -baju tidak di masukan. -tidak memakai dasi. -memakai sepatu berwarna. -datang terlambat 30 detik. "Heh mak lampir, ini kenapa yang terakhir lo tulis." protes siswa berhoodie itu. Diva memutar bola matanya kesal. "Lo tuh pakai jam tangan buat apa sih. Jam tangan mahal-mahal tapi nggak bisa liat jam." sewot Diva, sembari tersenyum mengejek. "Gue cuma telat 30 detik!" protes siswa itu lagi. "Angkasa Radja Semesta, yang katanya makhluk tertampan di bumi. Detik itu termasuk waktu, kalau pun lo cuma telat 1 detik pun, sama aja! tetep telat." terang Diva, menahan emosinya. "Jah," Angkasa hanya berdecak kesal. "Sekarang siniin, sepatu lo. " pinta Diva. "Lo nggak mampu beli sepatu makanya minta gue." cibir Angkasa menarik ujung bibirnya. "Jangan asal ya lo, gue aduin pak Johan tau rasa lo." ancam Diva kesal dengan makhluk astral di depannya. Angkasa tak menghiraukan perkataan Diva. "Eh Div tuh liat Bu Ajeng ngelambai-lambai lo tuh." ujar Angkasa, sontak Diva menengok kearah yang di maksud oleh Angkasa. Dengan langkah seribu, Angkasa berlari meninggalkan Diva yang sedang menggerutu sebal. "ANGKASA RADJA SEMESTA. SINI LO JANGAN KABUR!" hari masih pagi, namun suara merdu Diva sudah terdengar di setiap sudut SMA Galaksi. *** Diva berjalan di koridor, di tangannya ada setumpuk buku milik teman-teman satu kelasnya. Dari arah yang berlawanan, seorang siswa berlari, tanpa sadar siswa itu sudah menabrak Diva membuat buku-buku yang di bawa oleh Diva jatuh mengenaskan di lantai. Siswa itu berdiri, Diva menatap tajam siswa itu. "Heh ferguso! Lo tuh jalan liat-liat dong. Mata lo tuh fungsinya apa!" bentak Diva galak. "Mata gue fungsinya buat liat masa depan." balas siswa itu ngawur. Tanpa segan, Diva menoyor kepala siswa itu." Angkasa, kapan sih otak lo bener." keluh Diva. "Otak gue udah bener kok. Buktinya kuis Kimia kemarin gue dapat 100, dan seorang Diva Queenesa dapet 99." ejek Angkasa, sembari tersenyum mengejek. Begitu lah keduanya, hanya masalah nilai yang hanya selisih 1 angka saja di permasalahkan. "Liat kuis Fisika gue lebih unggul dari lo." ucap Diva yakin. Angkasa terkekeh. "Yakin bisa ngalahin gue?" tanya Angkasa dengan senyum mengejek, yang membuat Diva geram. Diva melototi Angkasa, bukannya takut Angkasa malah tertawa. "Lo tuh lucu banget sih gemes gue." ucap Angkasa sembari mencubit pipi gembul Diva. "Angkasa lo gila, sakit njir!" teriak Diva memukul tangan Angkasa. Angkasa melepas tangannya di pipi Diva." Huh pingin gigit pipi lo rasanya." cetus Angkasa bersiap untuk menggigit pipi Diva. Sebelum semu itu terjadi, dengan ganasnya Diva menendang tulang kering Angkasa. membuat Angkasa meringis kesakitan dan mengusap kakinya. Diva pergi meninggalkan Angkasa yang sedang mengumpat kesal. "Anjir, main tendang-tendang aja. Dasar cewek jadi-jadian." gumam Angkasa kepada Diva, yang masih bisa di dengar oleh Diva. **** Diva menatap Angkasa dengan tajam, baru saja Angkasa dengan sengaja membuang buku catatannya kedalam tong sampah di depan kelas. Sementara Angkasa yang di tatap Diva malah tertawa terbahak-bahak. Ekspresi wajah Diva sangat lucu. Diva mencubit pinggang Angkasa. "Argh...gila sakit kali Div," ringis Angkasa. "ANGKASA RADJA SEMESTA KENAPA LO BUANG BUKU GUE!" teriak Diva menatap Angkasa geram. Angkasa mengusap telinganya. "Njir, suara lo udah kayak toa penjual perabotan dah." Diva melebarkan matanya. "Nafas lo bau lagi," sambung Angkasa membuat Diva naik pitam. Bugh! "Argh, sakit njir," Angkasa mengusap tulang keringnya. "Lo liar banget jadi cewek Div, ngeri gue." ucap Angkasa. Diva masih diam, nafasnya memburu. "Lo ngeselin tau nggak. Gue nggak mau tau lo ambil buku gue. Terus tulis ulang catatan gue." "Dih, nyuruh. Kerjain sendiri punya tangan juga," balas Angkasa. Diva menarik kerah baju Angkasa, membuat lelaki itu sedikit terseret. "Lo nggak mau kerjain? Mau pilih mana? Rumah sakit, atau langsung kuburan?" tawar Diva menatap Angkasa. Nyali Angkasa menciut. "Diva hari ini lo cantik banget deh. Suer, nggak bohong gue." "Jadi kemarin-kemarin gue nggak cantik?" tanya Diva semakin menatap tajam Angkasa. "Huem bukan gitu, cantik kok. Tapi hari ini lo lebih cantik, asli nggak bohong." jawab Angkasa. Diva tak menghiraukan ucapan Angkasa. Perempuan itu mendorong bahu Angkasa hingga jatuh tersungkur di lantai. "Untung aja, lo nggak gue gantung di ring basket." ucap Diva lalu pergi dari hadapan Angkasa. "Di giniin juga sakit kali," gumam Angkasa meratapi nasib punggungnya yang terasa sakit. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD