Bab 7. Mau Apa Kamu, Om

2000 Words
Rico mengakhiri panggilan dia kesemutan jadi meminta asistennya untuk urut kakinya. "Akh, lega sekali. Kenapa bisa kesemutan ya?" tanya Rico ke asistennya yang membolakan matanya. "Anda terlalu banyak makan yang berlemak kurangi makan udang dan kepiting dan juga kurangi main ranjang," ucap asisten Rico bernama Baldi. "Sejak kapan aku main ranjang, aku ini pria baik-baik jika aku main ranjang maka nenek Mila akan marah kepadaku dan juga nenekku yang lain. Oh, ya Tuhan. Kenapa aku banyak nenek. Hah. Aku rindu ayah dan ibuku," ucap Rico yang mengingat kedua orang tuanya. Kadang jika sedih Rico mengingat mereka. Rico ditinggalkan ibunya saat dia masih bayi. Dan tidak tahu bagaimana pelukkan hangat ibunya dan ayahnya. Walaupun, Nenek Mila mengatakan pelukan waktu itu sangat hangat tapi tetap saja Rico tidak merasakan itu. "Sudahlah, Tuan. Namanya juga takdir kita tidak bisa berkata apa-apa. Karena saat ini mereka sudah bahagia di sana. Anda cukup doakan saja dan balaskan dendam mereka," ucap Baldi mencoba untuk menyemangati majikannya untuk tidak memikirkan orang tuanya yang sudah meninggal. "Hah! Ya sudah ayo kita lanjutkan pekerjaan kita." Rico melanjutkan pekerjaannya sebelum dia pergi ke rumah Brian. Brian menyelesaikan pekerjaan dengan cukup baik sampai pulang kerja. Dari kantor Brian segera pergi ke markas untuk menyelesaikan barang yang akan dikirim. "Brian, tadi paman menghubungimu apa kamu menjawabnya? Karena tidak bisa menghubungi kamu dia marah-marah kepadaku meminta aku ke rumah. Aku dikatakan tengah naik ranjang. Padahal kakiku kesemutan. Apa ada masalah di rumah hingga paman marah? Kamu buat ulah apa?" tanya Rico yang kebetulan bertemu di markas utama. Karena, saat ini mereka memang satu klain mafia jadi selalu bertemu. "Aku tidak tahu apa masalahnya. Saat aku sedang rapat dia menghubungi aku. Kamu tahu aku kalau rapat tidak mau diganggu tapi dia tetap menghubungiku yang aku abaikan saja. Mungkin dia mau tanya itu. Dan aku yakin dia sudah bertemu makanya dia seperti itu," jawab Brian membuat Rico, Riki dan juga Arden menaikkan alisnya. Mereka bingung apa yang dikatakan Brian. Siapa yang sudah bertemu, pikir mereka. "Tunggu dulu, maksudmu bertemu siapa? Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui?" tanya Riki dengan apa yang dikatakan oleh Brian. Brian menggelengkan kepala menjawab pertanyaan dari Riki. Brian langsung masuk ke dalam mobil disusul dengan yang lainnya. Mobil mereka melaju menuju ke rumah. Sesampainya di rumah Brian langsung turun dan Arden, Riki, Rico ikut menyusul Brian dari belakang. "Loh, kok tumben rumahmu seperti pasar malam? Kenapa rame sekali Brian. Apa Gia sudah datang ?" tanya Arden yang penasaran karena rumah Brian ramai dengan gerak tawa. Biasanya rumahnya sangat sepi tapi kali ini rumahnya sangat ramai. "Iya, Gia sudah pulang. Baru hari ini dia pulang. Dan dia pulang dengan yang lainnya. Ayo masuk," jawab Brian membenarkan apa yang dikatakan oleh sahabatnya. "Baguslah kalau begitu rumahmu tidak sepi lagi seperti kuburan. Oh ya, sampai kapan kamu mengganti nama aslimu. Apa tidak risih dengan nama barumu itu? Aku tahu kalau itu nama kakekmu tapi kamu harus memakai nama aslimu yang diberikan oleh ayahmu dan juga ibumu agar mereka tidak sedih." tiba-tiba saja Rico bertanya mengenai nama Brian. "Nantilah aku ganti dengan nama asliku. Jika sudah selesai, tapi semua data-data pribadiku memakai nama asliku," jawab Brian yang mengatakan kalau semua nama pribadinya memakai nama asli termasuk paspor. Sedangkan orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan dia memakai nama sang kakek. Untuk data pribadi hanya beberapa orang yang tahu. Termasuk dia dan Marco saja. Saat Brian masuk terlihat adiknya memeluk Olla dan dia hanya menatap dingin ke arah Olla yang sudah mulai akrab dengan adiknya. "Ini dia orang yang kita tunggu. You jelaskan kepada kami bagaimana bisa menikahi wanita. Apa yang sudah you perbuat dengan dia ?" tanya Pingki kepada Brian. Brian mendengar pertanyaan dari Pingki hanya diam dan menaikkan alisnya. Brian duduk di sebelah Pingki. "Paman ngomong apa? Aku tidak mengerti dengan pertanyaan paman. Aku baru pulang dan lelah. Jangan kasih pertanyaan lagi. Begini saja apa paman bisa menjelaskannya kepadaku ?" tanya Brian lagi memperhatikan interaksi adiknya dan juga Olla. "Tunggu sebentar, paman kata kamu menikahi wanita ini. Apa dia wanitanya?" tanya Rico menunjuk ke arah Olla yang di sebelah Gia kembaran dari Brian. "Hmm, ia benar. Dia istriku kenapa apa ada masalah?" tanya brian yang dijawab oleh semuanya dengan menggelengkan kepala. "Kenapa kamu tidak memberitahukan kalau kamu menikah itu yang jadi pertanyaan kami semua bukan begitu Paman?" tanya Rico yang dianggukan oleh Pingki. "Hmm, benar yang dikatakan oleh Rico, kenapa you tidak katakan kami. Kalau you katakan kami bisa menghadiri pernikahan you. Lagi pula you tidak perlu malu untuk menikah harusnya you umumkan kalau you sudah menikah dengan Olla biar tidak ada yang mengganggu you lagi dan pelakor tidak ada rumah tangga you," jawab Pingki memberikan saran kepada Brian untuk mengumumkan pernikahan dia. "Nanti saja aku umumkan. Karena saat ini belum bisa aku umumkan. Ya sudah, aku terlalu lelah dan aku ingin istirahat kalian istirahatlah. Oh, ya paman apa makanan hari ini?" tanya Brian kepada Pingki. Brian sengaja bertanya ke Pingki karena ingin menggoda Pingki. Pingki yang tahu kelakuan Brian kesal dan langsung menjawab. "Coba tanya paman Jo. Sepertinya, desek memasak makanan kesukaan kalian berdua bukan begitu, Paman Jo?" tanya Pingki yang dianggukan oleh Paman Jo. "Ia, benar saya memasak makanan yang sudah dipesan oleh Nona Gia sebelumnya. Anda bisa istirahat terlebih dahulu nanti makan malam saya akan panggil," jawab paman Jo. Brian menganggukkan kepala dan segera pergi. Sebelum naik ke lantai dua, Brian melirik ke arah Olla sejenak dan Olla yang melihat lirikan mata dari Brian segera berdiri. Semua orang memandang ke arah Olla yang juga ikut berdiri mengikuti Brian. Gia kesal dengan kembarannya itu. "Mau dibawa kemana, Kakak Olla?" tanya Gia kepada Brian. Brian melirik ke arah Gia. "kenapa kamu tanya? Apa kamu keberatan aku membawanya ?" tanya Brian lagi. "Tidak, aku tidak keberatan. Aku hanya ingin bertanya saja. Kamu mau bawa dia kemana. Itu saja marah, heran," jawab Gia. "Kalian yang aneh, aku ingin membawanya ke kamar aku. Karena aku ini suaminya jadi dia harus melayaniku. Apa ada yang tidak suka?" tanya Brian dengan suara dingin. Mereka semua menggelengkan kepala. Tidak ada yang berani menjawabnya atau membantah perkataan Brian. Gia hanya menatap kearah Brian dengan tajam. "Awas kalau kamu memperlakukan dia dengan kejam. Aku akan mengajarmu," ancam Gia yang melotot ke arah Brian. Brian yang diancam oleh Gia mengangkat bahunya dan pergi begitu saja tanpa peduli dengan ancaman Gia. Olla segera mengikuti Brian naik lantai atas tepat di mana kamarnya berada. "Kamu punya pekerjaan lain selain pemulung, Olla?" tanya Brian lagi sambil jalan menuju ke kamar. "Aku tidak punya pekerjaan. Sekolah saja aku tidak selesai karena orang tuaku lebih dulu meninggal. Karena keluarga kami bangkrut jadi aku tidak diizinkan untuk melanjutkan sekolah. Akhirnya aku bekerja serabutan setelah dijual oleh mereka aku memutuskan untuk pergi dari rumah. Karena mereka mau memperkerjakan aku kembali ke pekerjaan kotor." "Dan aku membawa uang yang Mami Louisiana berikan kepada mereka. Aku bukan mencuri tapi aku anggap sebagai hukuman untuk mereka. Apakah aku salah?" tanya Olla kepada Brian. Brian mendengar beberapa kisah dari Olla hanya bisa mengganggukan kepala. Dan dia juga menggelengkan kepala karena hukuman dari Olla sangat ringan. "Mulai sekarang kamu tidak perlu takut dengan mereka. Lawan saja mereka jika mereka berbuat yang macam-macam. Kamu beritahukan kepadaku. Tapi, aku yakin mereka tidak akan berani menculikmu karena aku yakin kalau mereka menculikmu mereka akan mendapatkan kesialan," jawab Brian. Olla menyerngitkan keningnya karena mendengar Brian mengatakan kalau menculik dia akan sial. "Apa maksudmu kalau menculikku akan sial?" tanya olah Brian yang sudah berada di lantai atas tepatnya di anak tangga paling akhir. Brian berbalik memandang ke arah Olla karena Olla bertanya seperti itu. Olla mengangkat kepalanya ke atas karena posisinya tidak sama. Brian terlalu tinggi hingga dia harus mendongakkan kepalanya ke atas agar bisa melihat wajah Brian yang tampan seperti dewa yunani. Benar-benar tampan Brian. "Kamu terlalu pendek jangan pakai sepatu yang tidak ada haknya. Lihatlah, kamu seperti itu. Takutnya jika kamu seperti ini terus lehermu sakit," jawab Brian yang langsung berbalik masuk ke dalam kamar hingga membuat Olla terdiam. Padahal dia ingin mendengar jawaban dari Brian tapi Brian malah tidak menjawabnya. Dia malah mengatakan kepada dirinya untuk memakai hak tinggi agar lehernya tidak sakit saat melihat dia. "Apa maksudnya tadi? Apa dia mengatai aku pendek? Apa aku terlihat terlalu pendek ya di matanya? Ck, kenapa pria tua ini menghinaku. Aku tidak pendek hanya mungil saja. Harusnya dia itu berubah wajahnya jangan seperti gunung Everest. Dasar tidak tahu diri," umpat Olla yang kesal. Olla segera masuk ke dalam kamar namun saat di dalam kamar dia terkejut melihat Brian sudah membuka bajunya. "Apa yang Anda lakukan, Om ?" tanya Olla yang membuat Brian menghentikan kegiatannya karena ada kata Om. Brian langsung berbalik menghadap Olla. Kemeja yang baru saja dibuka Brian terlihat jelas tubuh bagian perut Brian yang kotak-kotak. Olla menelan salivanya. Dia tidak tahu harus berkata apa saat ini. Sudah tampan, dingin, ketus tapi kalau soal body luar biasa. Muncul otak kotor Olla saat melihat tubuh Brian yang kotak-kotak. "Ya Tuhan. Aku baru melihatnya hari ini. Kenaoa malam itu aku tidak bisa melihatnya. Ini luar biasa sangat mengagumikan," ucap Olla yang mendekati Brian tanpa ada yang kasih aba-aba. Dan sialnya tangan Olla mendekati dadanya Brian dan menyentuhnya serta memainkannya. Olla menekan dadanya Brian tanpa peduli Brian ada di depannya. Olla tertawa karena kelakuan. Dia benar-benar menyukai kegiatan itu. Brian yang melihat kelakuan dari Olla menaikkan alisnya. Dia bingung apa yang terjadi dengan wanita ini. Dan bukan hanya bingung tapi gairahnya naik. Dan sulit untuk dia kendalikan. Brian kecilnya sudah on. "Apa yang kamu lakukan, Olla. Apa kamu tidak punya sopan santun sedikitpun?" tanya Brian dengan suara yang datar hingga membuat Olla yang tadinya tersenyum dan tertawa dengan apa yang dia lakukan langsung berhenti. Olla langsung tersadar dengan apa yang dia lakukan. Olla menelan salivanya dia malu dengan apa yang sudah terjadi. Olla lagi-lagi mendengar pertanyaan Brian. "Olla, apa yang kamu lakukan dengan tubuhku?" tanya Brian lagi. Olla menarik bibirnya dan memandang arah Brian yang sudah menatapnya dengan tajam. Olla makin tersenyum lebar hingga memperlihatkan giginya yang putih dan tersusun rapi. Tanpa menunggu lama Olla mundur ke belakang dan tangannya diletakkan ke belakang sambil menggerakkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Olla merasa malu karena kelakuannya itu. Ollamengutuk dirinya sudah melakukan perbuatan yang diluar akal sehat. "Apa yang aku lakukan, Olla habislah kamu. Kamu akan dikatakan wanita yang tidak tahu diri. Ya Tuhan, Olla ke mana harga dirimu. Walaupun dia suamimu tapi dia tidak mencintaimu begitu sebaliknya. Kenapa kamu melakukan ini, harusnya kamu sadar diri Olla. Kamu miskin dan pemulung." "Oh, ya Tuhan Olla kamu benar-benar keterlaluan." Ola memandang ke arah Brian yang saat ini terlihat wajahnya tidak bersahabat. Olla menundukkan kembali wajahnya ke bawah karena malu. "Apa kamu ingin mengulanginya, Olla?" tanya Brian mendekati Olla dan dia tersenyum menyeringai ke arah Olla. "It-itu, ak-aku tadi tidak sengaja dan itu tidak dari hatiku. Sumpah, aku ...." Olla menghentikan ucapannya. Olla tertegun melihat jari Brian menempel di bibirnya dan mengusap penuh kelembutan. Mata Olla mengerjap sambil menatap Brian. Brian menundukkan kepala dan berbisik kecil di telinga Olla. Olla terdiam mendengar bisikan dari Brian. Olla masih terus memandang ke arah Brian begitu juga sebaliknya. Keduanya saling memandang satu sama lain dan posisi mereka sangat dekat hingga Olla bisa merasakan hembusan nafas dari Brian. "Bagaimana setuju?" tanya Brian yang mengangkat dagu Olla hingga membuat Olla keringat dingin dan wajahnya memerah. "It-itu aku tidak setuju. Aku mau mandi. Kamu jangan ikutin aku. Menjauhlah, om," jawab Olla yang lagi-lagi memanggilnya Om. Brian menarik pinggang Olla hingga Olla terhuyung dan masuk dalam dekapan Brian. "Om? Kamu katakan Om padaku? Kamu mau menguji kesabaran aku, Olla?" tanya Brian ke Olla yang dijawab Olla dengan gelengan kepala. "Ti-tidak aku hanya mau mandi. Aku tadi belum mandi karena Gia mengajak aku bicara. Apa kamu tidak mencium aku ini sudah bau?" tanya Olla lagi mencoba melepaskan pelukkan Brian. "Benarkah? Kamu bau?" tanya Brian lagi yang mendekati kepalanya ke leher Olla. "Ma-mau apa?" tanya Olla yang gugup. "Pertanyaan apa itu. Tentu mau mencium apakah bau atau tidak. Siapa tahu saja kamu setuju dengan apa yang aku katakan padamu," jawab Brian tanpa dosa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD