Bab 14. Ingat Statusmu

1299 Words
"Tidak. Itu tidak salah. Kenapa you kaget melihat dia? Apa dia cantik? Mana cantik istri you atau kekasih gelap you itu. Dasar pria tukang selingkuh beraninya you selingkuh," omel Pingki mendekati Olla dan Gia yang sudah turun dari tangga. Gia merentang tangannya ke arah Pingki yang menandakan Olla berubah ditangannya. "Paman, bagaimana? Kakak iparku war biasa bukan? Dia akan jadi wanita yang cantik di seluruh Italia. Siapa yang akan kagumi dia? Jawabannya, pria tampan dan maskulin dan penuh kasih sayang. Benar tidak?" tanya Gia ke Pingki dan Pingki menganggukkan kepala ke arah Gia. "Benar benar luar biasa. You luar biasa Gia. Olla sangat cantik dan i sangat yakin kalau Olla pasti dilirik oleh pria-pria tampan dan kaya raya. Percayalah dengan apa yang i katakan kepada you kalau desek akan banyak yang suka," jawab Pingki memeluk istri Brian. Brian yang melihat Olla dipeluk oleh Pingki segera mendekati Pingki dan menarik Olla untuk tidak berpelukan dengan Pingki. "Jangan peluk dia. Dia sudah punya istri eh suami. Menjauh dari dia. Menyebalkan sekali," cicit Brian yang menjauhkan Olla dari Pingki. "Hei, bro ada apa denganmu? Apa yang terjadi denganmu?" tanya Rico merasa heran dengan sikap Brian. "Ada apa dengan aku?" tanya Brian ke Rico. "Ada apa katamu? Ah, biar betul. Kamu menarik Olla seperti itu. Seperti takut Olla disakiti atau direbut Paman. Kamu keterlaluan sekali," jawab Riki ke Brian. "Benar itu. Kenapa seperti itu? Harusnya jangan seperti itulah. Kamu harusnya tenang. Dia paman kita, Bri. Kamu aku lihat sangat posesif dengan Olla kenapa? Sudah ada benih cinta?" tanya Arden ke Brian hingga membuat Brian salah tingkah. "Benar itu. Sepertinya, kakak jatuh cinta. Apa tidak boleh Kakak Olla ikut dengan aku. Dia mau daftar sekolah lagi. Apa kakak larang dia jadi pinter? Jangan curang ya, aku nggak suka," jawab Gia tidak suka dengan Brian yang melarang Olla sekolah. "Aku tidak larang dia sekolah. Aku malah senang dia sekolah. Kamu jangan fitnah Gia. Aku akan antar dia ke sekolah. Kalian jangan ikut. Gia sekolah mana?" tanya Brian. Gia melirik ke arah Pingki untuk meminta persetujuan dari Pingki. Pingki menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan dari Brian yang mengatakan kalau dirinya saja yang pergi mendaftar. "Baiklah. Tapi, aku ikut. Aku mau bicara dengan kakak Olla dan kakak jangan ikut campur aku juga mau kenalan dengan sahabat kakak Olla. Kakak, apa kakak sudah hubungi sahabat kakak itu?" tanya Gia. "Aku tidak ada ponsel sama sekali karena tidak diberikan oleh ibu tiriku jadi aku tidak memakai alat komunikasi itu jika ingin menemui sahabatku," jawab Olla dengan jujur karena memang dia tidak ada ponsel sama sekali. Tinggal dengan keduanya dia hanya dijadikan b***k nonton TV saja tidak. Intinya, dari pagi sampai malam terus dia bekerja untuk menghidupi keduanya. Gia yang mendengarnya sedih tidak menyangka kalau Olla nasibnya seperti itu dan sekarang Olla sudah berada di keluarga yang tepat. Gia mendekati Olla dan memeluk Olla. Gia mendorong Brian yang menghalangi dirinya. Brian yang didorong oleh adiknya hanya bisa menedengus kesal dan dia juga sedih ternyata kehidupan Olla tidak seperti yang dia bayangkan. "Aku pikir dia hidupnya lebih baik tapi nyatanya tidak. Apa yang kamu pikirkan Brian. Gia sudah dijual apa kamu masih berpikir dia mempunyai kehidupan yang lebih baik," gumam Brian yang menatap Olla dan adiknya berpelukan. "Sudah ... sudah ayo kalian pergi sekarang. Kalian juga harus ke kantor bukan dan kamu Brian biarkan mereka yang pergi. Kamu ke kantor saja. Ayo Pingki dan Gia bawa Olla ke sekolah dan isi formulir semuanya. Dan belikan ponsel juga untuk dia komunikasi," ucap Nyonya Mila ke Gia. "Aku akan ikut dengan mereka. Aku ingin tahu seperti apa sekolahnya," jawab Brian kekeh untuk ikut ke sekolah menemani Olla dan Gia karena dia tidak ingin Gia mempengaruhi istrinya. "Kamu tidak percaya denganku? Kami ke sekolah yang didirikan oleh Daddy dan Mommy. Kenapa kamu masih ngeyel. Sudahlah, bekerja saja sana." Gia geram dengan Brian karena Brian tidak sedikitpun mengizinkan mereka untuk pergi. "Brian. Pergilah ke kantor kamu jangan mengganggu mereka biarkan adikmu dengan istrimu pergi. Kamu jangan membuntutinya kenapa kamu tidak mendengarkan kata-kataku. Apa kamu sudah tidak sayang lagi denganku?" tanya Nyonya Mila kepada Brian. Akhirnya Brian menganggukkan kepala dan dia mengikuti apa yang dikatakan oleh Nyonya Mila. Dia tidak protes lagi dan bergegas ke kantor namun sebelum ke kantor dia menarik Olla menjauh dari mereka. "Jangan senang aku kasih kamu keluar bersama dengan adikku. Jangan terpengaruh dengan dia. Dan satu hal lagi jaga sikapmu jangan sampai kamu melupakan. Statusmu itu apa," tekan Brian kepada Olla. Olla memandang ke arah Brian dan tersenyum. "Saya tahu status saya itu apa. Saya sangat mengerti dan saya tidak perlu diajarkan untuk mengingat siapa saya. Saat ini saya hanya ingin menyampaikan satu kepada kamu tuan Brian yang terhormat. Kalau saya menjaga status saya sebagai istri Anda, seharusnya Anda juga sama bukan malah sebaliknya." "Apa Anda mengerti maksud yang saya katakan ini?" tanya Olla yang membuat Brian menaikkan alisnya. Dia merasa kata-kata dari Olla sedang menyindir dirinya karena dia semalam bertemu dengan Olla dan Olla hanya bersikap biasa saja tidak menunjukkan kecemburuan hingga Brian sedikit bingung seperti apa dia di mata Olla. Apakah Olla mencintai dia atau tidak. Tapi sayangnya Brian masih bingung antara Inara dan juga Olla. Brian segera pergi tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Olla menghela nafas panjang sebenarnya dia tidak ingin mengatakan itu tapi dia tidak bisa berkata apa-apa. Hanya itu yang bisa dia katakan jika Brian meminta dia untuk mengingat statusnya. Bagaimana dengan dia? Apakah dia mengingat statusnya sebagai suami ? Kalau memang dia tidak ingin menikahi dirinya buat apa dia memaksa dirinya untuk menikah kalau pada akhirnya hanya air mata yang dia dapatkan. "Ayo Kak kita pergi. Jangan dengarkan dia kita cari hiburan sendiri lagi pula kita tidak sedikitpun mengganggu orang kan. Ayo ...ayo," ajak Gia mencoba untuk menyemangati kakak iparnya sambil memikirkan cara agar Brian benar-benar takluk kepada Olla dan meninggalkan wanita jahat itu. Mereka pun segera pergi dengan mobil masing-masing. Olla menunjukkan jalan ke tempat di mana teman-temannya berada sampai di tempat di mana teman-temannya bekerja Olla tersenyum. "Itu dia mereka. Mereka seorang pemulung. Apa kamu tidak apa-apa berteman dengan mereka?" tanya Olla sekali lagi kepada adik iparnya. Dia tidak ingin adik iparnya itu merasa jijik dengan teman-temannya. "Aku tidak merasa jijik untuk berteman dengan semua orang kakak. Aku memang terlahir dari keluarga kaya tapi aku tidak mempunyai sifat seperti itu. Aku berteman dengan siapa saja yang penting dia baik di mataku dan tidak menjatuhkanku itu sudah menjadi poin terpenting untukku," jawab Gia. "Benar itu. I mengajarkan kepada semua keponakan i untuk tidak jijik dengan profesi orang karena tidak semua orang terlahir kaya dan tidak semuanya orang akan selalu miskin. Jika mereka ingin sukses maka mereka harus berusaha. Ayo kita turun sekarang. " "I ingin berkenalan dengan teman-teman you sepertinya teman-teman you itu sangat seru. Lihatlah, mereka bercanda seperti tanpa beban. Ayo ... ayo," ajak Pingki yang segera turun dari mobil. Begitu juga dengan Olla dan adik iparnya. Sesampainya mereka di depan ketiga sahabat Olla. Olla mengejutkan ketiganya. "Aku datang," teriak Olla dengan suara melengking. Ketiganya terkejut melihat kedatangan Olla. "Ah, ya Tuhan Olla. Kamu cantik sekali. Aku sampai tidak bisa berkedip sedikitpun. Kamu benar-benar cantik Olla," ucap Isaya tertegun melihat kecantikan oleh Olla. "Terima kasih banyak Ini semua berkat adik iparku. Oh ya, aku punya kabar baik untuk kalian. Kalian ingin sekolah ? Adik iparku menawarkan kalian untuk sekolah di sekolahannya kalian mau?" tanya Olla membuat ketiga sahabat Olla terdiam. Mereka saling memandang satu sama lain. "ini beasiswa tidak dipungut biaya apapun kalau mau ikut dengan kami untuk daftar sekalian," jawab Gia meyakini ketiga sahabat. "Baiklah, kami setuju terima kasih Nona," jawab Isaya. "Ya sudah kalau begitu ayo kita ke rumah you ganti pakaian setelah itu kita pergi ke sekolah," ajak Pingki. Mereka menganggukan kepala dan saat ingin masuk ke dalam mobil. Seorang pria mendekati mereka. "Dengan Nona Olla, ya?" tanya pria misterius.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD