Olla sepanjang malam hanya bisa berpikir kenapa Brian seperti itu apakah dia cemburu mana mungkin dia cemburu. Dari mana datangnya kalau dia cemburu sedangkan dia bersama dengan wanita yang ditelepon waktu itu dan wanita yang dia temui di cafe saat dia bersama dengan teman-temannya.
Olla sudah tidak ingin lagi berpikir yang macam-macam dia lebih memilih memikirkan dirinya yang akan sekolah kembali. Olla akhirnya tertidur di samping Brian yang memeluk perutnya.
Esok harinya Olla masih melakukan kegiatan seperti biasanya menyiapkan pakaian walaupun nantinya tidak dipakai lagi. Namun kali ini, Brian memakainya.
"Dia memakainya" gumam Olla.
Olla yang duduk bersama dengan Gia di ruang tamu bersama dengan Pingki dan Nyonya Mila menatap ke arah Brian yang turun dengan wajah yang sedikit cerah.
"Sepertinya matahari terbit dari sebelah timur," sindir Pingki yang melihat Brian sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Biasanya wajahnya sangat ketat dan juga terlihat wajah kelelahan tapi kali ini Pingki melihat raut wajah Brian sangat ceria dan tidak ada sedikit pun beban.
"Paman jangan menyindirku. Jika paman menyindirku,aku akan mengirimmu ke Afrika," sahut Brian yang membuat Pingki membolakan matanya.
"You memang anak yang tidak tahu diri berani-beraninya you mengirim i ke Afrika. Ingat i tidak bisa dikirim ke Afrika malah you yang akan i kirim ke Afika. Ayo kita makan," ajak Pingki untuk sarapan pagi.
Tidak lama Marco muncul bersama dengan Rico, Riki dan Arden. Brian yang melihat mereka muncul memberikan kode untuk segera mengikuti mereka ke ruang makan.
Olla dan Gia masih sedikit berbisik. Mereka terlihat asyik dengan dunianya sendiri. Gia sudah memberitahukan kepada Pigki kalau Olla ingin sekolah lagi dan Pingki sangat senang dia akan menemani keduanya pergi untuk mendaftar dan tidak lupa menemani Olla menemui teman-temannya yang juga ingin bersekolah.
"Kakak nanti setelah kita daftar kita ke mall yang aku katakan tadi malam. Kakak harus berdandan cukup rapi dan cantik aku akan mendadanimu nanti sebelum kita pergi, ya," ucap Gia yang dianggukan oleh Olla.
"Memangnya jauh dari tempat yang akan kita tuju? Maksudku rumah sekolah dan Mall. Apakah jauh atau dekat?" tanya Olla ke adik iparnya Gia.
"Tidak jauh dekat kok. Lagi pula kita bisa hangout di sana sambil melihat orang-orang yang lalu lalang terlebih lagi kalau kita ketemu dengan pria tampan karena yang aku dengar di sana banyak pria tampan dan juga kaya raya."
"Kakak pasti tidak menyesal ikut denganku." Perkataan Gia didengar oleh Brian dan juga yang lainnya.
Pingki tersenyum, ternyata Gia sedang mengajari Olla untuk selingkuh dan dia tidak masalah karena Gia sudah mengatakan bagaimana sikap kakaknya semalam. Dia juga marah karena Brian tidak mengakui istrinya di depan si pelakor Inara dan juga mereka.
Mendengar dari Gia kalau Olla diusir tadi malam membuat Pingki ingin membalaskan perbuatan dari Brian. Untungnya Gia sudah mempunyai rencana untuk membuat kakaknya itu cemburu.
Gia ingin melihat apakah benar kakaknya tidak peduli dengan Olla atau malah sebaliknya.
"Kalian kalau mau makan ya makan kalau mau bicara tinggalkan tempat ini." Brian protes karena Gia mengajari Olla untuk mencari pria di luar sana.
Brian tidak suka adiknya mencuci otak Olla dan juga dia tidak ingin Olla terpengaruh.
"Aku mau makan. Lagi pula aku bicara juga cukup pelan kenapa kamu marah-marah kalau mau makan ya makan saja jangan protes. Di tempat makan itu waktunya kita berbincang biar akrab. Kamu ingin ikutan berbincang ya sudah bincang dengan paman Pingki kalau tidak dengan Marco."
"Marco ajak dia bicara. Dasar kepala batu ini menyebalkan sekali mengganggu urusan wanita." Gia kesal dengan Brian yang protes kepadanya.
Brian mendengus kesal karena kembarannya malah balik menyerangnya sedangkan Olila hanya bisa diam mendengar Brian marah karena berbicara di meja makan padahal benar yang dikatakan oleh Gia di meja makan itu harus saling berinteraksi sedikit agar lebih akrab.
Tapi nyatanya Brian tidak mau. Melihat Olla patuh Brian tersenyum dia senang kalau Olla tidak jadi wanita pembangkang seperti adiknya. Gia kembali berbisik kepada Olla hingga keduanya tertawa geli.
Brian yang melihat adiknya membuat Olla tidak patuh semakin kesal terlebih lagi yang mereka bahas itu pria tampan yang ada di mall bukan hanya satu mall yang dibicarakan oleh adiknya tapi lebih.
Riki, Rico dan juga Arden yang melihat kedua wanita tersebut membicarakan pria hanya bisa tersenyum sedangkan Marco tidak ikut tersenyum karena Brian memandangnya.
"Kalian ingin ke tempat pria yang sangat tampan ya? Aku punya ide. Eh, maksudku aku punya referensi aku yakin kalian pasti tidak akan sia-sia pergi ke sana." Kali ini Rico si Playboy memberitahukan kepada Gia dan Olla tempat di mana banyak pria tampan berada.
Gia yang mendengarnya sangat antusias dia tidak sabar untuk mengetahui tempatnya di mana. Akan tetapi Brian yang baru menyuap sendok yang berisi makanan ke dalam mulutnya terkejut. Brian menatap ke arah Rico si Playboy cap coro yang malah mempengaruhi keduanya.
Brian menghempaskan meja dengan cukup kuat sehingga membuat semuanya terkejut Nyonya Mila yang sedang makan. Beruntung jantungnya masih kuat.
"Apa-apaan ini ? Kenapa you menghentakkan meja ? Apa you sudah kehilangan akal ? You tahu nenek Uyut akan pingsan kalau you bersikap seperti ini. Oh ya Tuhan. Ada apa dengan you? Apa you kesambet dengan hantu di rawa-rawa?" tanya Pingki yang kesal dengan kelakuan dari Brian.
Pingki langsung lemas karena hempasan meja cukup kuat. Sedangkan Nyonya Mila menatap ke arah Brian dengan sangat tajam dia tidak menyangka kalau Brian bisa seperti ini sikapnya.
"Ada apa denganmu, Brian. Kenapa kamu seperti ini kita sedang makan jaga sikapmu. Kenapa kamu marah-marah seperti itu lagi pula mereka hanya berbincang wajar jika mereka berbincang di meja makan inilah waktunya mereka berbincang." Nyonya Mila tidak terima dengan sikap dari Brian.
Brian yang mendengar Nyonya Mila marah kepadanya hanya bisa diam dia melirik ke arah Rico dan juga Gia secara bergantian namun keduanya hanya bisa diam dan tersenyum mengejek ke arah dirinya.
"Dia pikir cemburu itu tidak sakit ya. Rasakan itu aku akan buat kamu semakin tidak tenang kakakku tersayang. Aku ingin lihat apakah kamu bisa bekerja dengan baik di kantor dan aku ingin lihat bagaimana kamu bersikap dengan istrimu sendiri."
" Dasar pria tidak tahu diri menikahi wanita tapi tidak mau mengakuinya malah bersama dengan wanita yang sudah menyakitinya." Gia puas melihat Brian kembarannya itu cemburu besar dan itu akan membuat dia semakin bersemangat untuk mengerjai kembarannya.
Selesai makan dia pun segera menarik Olla untuk pergi bersiap.
"Pman aku harap Paman jangan mempengaruhi istriku jangan bawa dia ke tempat yang tidak pantas untuk dia datangi apa Paman mengerti ?" tanya Brian kepada Pingki yang menatapnya dengan sangat tajam.
"Kenapa Paman tidak boleh membawa istrimu ke tempat yang tidak pantas. Maksudnya, tempat seperti apa memangnya. Apa paman ingin membawa istrimu ke klub malam? Kalau itu tidak perlu paman yang mengajaknya aku bisa mengajaknya. Bukannya kamu juga sering ke sana Brian?" tanya Rico yang membuat Brian semakin kesal.
"Tutup mulutmu dan jangan berani mempengaruhi Gia dan juga Olla. Aku tidak suka itu," protes Brian.
Rico tertawa menepuk pundak dari Brian. "Sudahlah biarkan mereka. Lagi pula mereka masih muda salah sendiri kamu tidur dengan wanita yang masih muda jiwanya dan masih menggebu-gebu untuk mencari pria tampan. Jadi kamu pria tua bekerja saja dan cari uang untuk mereka bukan begitu paman?" tanya Rico kepada Pingki yang dijawab dengan anggukan kepala.
"Tentu saja yang dikatakan oleh Rico itu benar. You kerja saja di kantor cari uang yang banyak untuk dua wanita yang saat ini tengah bersemangat untuk menjalani hidup. You harus bisa membuat mereka bahagia dengan uang-uang you itu."
"Siapa lagi yang you bahagiakan selain kedua wanita itu dan juga Uyut dan juga i tentunya ingat itu jangan bahagiakan wanita lain yang sudah membuat you nangis bombay. I tidak suka," sahut Pingki.
Brian membolakan matanya. Dia tahu ke mana arah pembicaraan dari Pingki dan juga Rico. Tidak lama kedua wanita turun.
Brian memang sengaja tidak berangkat dia ingin melihat seperti apa pakaian dari Olla dan ternyata saat Olla turun bersama dengan adiknya Brian terkejut melihat Olla.
"Apa itu tidak salah?" tanya Brian yang masih didengar oleh Pingki dan teman-temannya.