bc

Perhaps Love

book_age16+
847
FOLLOW
13.8K
READ
possessive
arranged marriage
arrogant
dominant
CEO
billionairess
drama
comedy
bxg
husband
like
intro-logo
Blurb

Telah bersama hampir sepanjang hidupnya, Nadia selalu bermimpi mendapatkan hati Felix. Bahkan jika pria itu hanya menganggapnya anak kecil.

Batu yang keras saja bisa bolong setiap hari ditetesi air, kenapa hati manusia tidak? Dengan karakternya yang hangat, manja, dan menggemaskan, dia selalu berkeliaran di sekitar Felix, membuat pria itu jatuh cinta padanya. Saat bibit yang dia semai mulai tumbuh dan bertunas, seseorang dari masa lalu Felix muncul, dan membuatnya ragu antara mundur atau bertahan.

chap-preview
Free preview
Chapter 01
Dengan langkah yang terburu – buru, seorang wanita tak melihat jalan yang dia lewati. Dokumen yang ada ditangannya terjatuh membuat u*****n dari mulutnya keluar begitu saja. “Aish! Kenapa pakai jatuh segala.” Dia merunduk dan memunguti dokumen yang terjatuh dan kemudian bergegegas untuk menuju ke tempat yang akan dia tuju. Dia menekan lift dan menunggu hingga lift terbuka. Dia menunggu lift yang belum terbuka sambil gelisah dan melihat jam tangan emas yang melingkar ditangan mungilnya. Bibir merah muda digigit dengan keras untuk mengurangi rasa gelisahnya. “Bisa mampus kalau sampai telat! Astaga ceroboh banget…” Karena tak sabar menunggu lift yang terbuka, akhirnya wanita itu memutuskan untuk menaiki tangga darurat untuk menuju ke lantai tiga. Dia berlari dengan kencang hingga napasnya tak beraturan. Peluh dikeringatnya sebagai tanda jika wanita itu sungguh kelelahan. Tapi, apa boleh buat, ini cara satu – satunya untuk sampai tepat waktu. Satu demi satu anak tangga telah dia lalui, hingga pijakan yang terakhir menuju ke lantai tiga. Dia segera berlari menuju ke sebuah ruangan yang tertutup dan membukanya begitu saja. “Dokumennya disini!” Dengan tampilan yang berantakan, Nadia Nazila Bramantyo mengangkat tangan keatas bersama dengan dokumen yang dia bawa. Semua orang yang ada didalam ruangan tersebut menatap ke arah Nadia. Wanita itu masih terengah – engah hanya bisa menyengir kuda. “Maaf Pak, saya sedikit terlambat hehe.” Rapat pun akhirnya berjalan setelah dokumen yang berada ditangan Nadia sampai diruangan rapat. Hampir saja batal karena kelalaian wanita itu. Setelah selesai rapat, seperti biasa, Nadia dipanggil oleh Bos besar untuk datang ke kantornya. Pria dengan balutan jas hitam menatap wanita itu yang menunduk dengan dingin. Tangannya dimasukan ke dalam kedua kantong celananya menambah kesan dingin untuk pria itu. “Aku rasa kamu melupakan profesionalmu Nona Nadia.” Nadia yang mendengar suara dingin pria dihadapannya hanya menunduk dan meremas tangannya. Dia menghela napasnya dan memajukan bibirnya. Lalu, dengan ragu dia mendongak ke arah pria itu. “Felix, aku hanya terlambat beberapa menit saja.” Felix memejamkan matanya, dia ingin sekali memakan wanita itu hidup – hidup jika benar tadi dokumen penting untuk meeting benar – benar tidak ada. Dia sangat benci orang yang lelet dan tidak kompeten sama sekali. Dia menatap wanita itu datar. “Dikantor saya adalah atasanmu, saya pikir kamu memiliki ingatan yang cukup mengenai saya. Jaga sikap kamu Nadia. Ini adalah kantor, bukan taman bermain.” Nadia memajukan bibirnya, dia berdecih, “Baiklah Bapak Felix yang terhormat. Maafkan atas kelalaian saya. Tapi saya bisa jelaskan kenapa saya terlambat datang ke kantor untuk rapat kali ini.” “Saya sudah sering mendengar kamu mengatakan alasan yang sama. Ini bukan sekali kamu terlambat karena lali, ini sudah berkali – kali kamu terlambat dan membuat kepala saya hampir pecah!” “Mana ada kepala hampir pecah dih…” gumamnya kesal. Felix mengibaskan tangannya, Nadia yang melihatnya menekuk wajahnya, “Saya diusir nih Pak?” “Kamu sudah salah mau membantah? Keluar dari ruangan saya sebelum kamu saya berikan surat resign saat ini juga!” Nadia menyengir, lalu dia menggelengkan kepalanya, “Eh jangan dong Pak. Iya iya saya keluar.” Nadia lalu berlari keluar dari ruangan Felix. Wanita itu menghela napasnya lega. “Ampun deh, memang dia suka  banget marah – marah. Udah lah, mending ke kantin aja.” Nadia memutuskan ke kantin karena ini sudah masuk untuk jam makan siang para karyawan. Dia makan sendirian di ujung. Dia lebih nyaman makan sendiri dibandingkan bersama dengan para karyawan lain yang mungkin hanya tebal muka saja dihadapannya. “Ehem!” Nadia menoleh ke belakang, seorang pria dengan kemeja berwarna biru dongker berdiri tepat dibelakangnya. “Kursinya kosong?” Nadia berdecih, “Em.” Pria  itu duduk disamping Nadia, membuat wanita itu menjadi risih sebenarnya. Dia terus saja diperhatikan, sudah seperti buronan saja. Karena merasa kesal, dia menatap pria disampingnya. “Mas Evan, nggak usah liatin aku bisa nggak? Aku risih lo, aku kan bukan buronan, ngapain dilihatin sampai begitunya?” Evan, pria itu hanya tersenyum tipis, “Saya itu perhatiin pipi kamu, mau nyela buat bilang kalau di pipi kamu ada saosnya tapi nggak enak.” Nadia lalu dengan cepat mengambil tisue dan mengelap pipinya. Dia menggigit bibirnya karena benar, dipipinya ada saos bakso. “Ah ini, kebiasaan sih Mas suka heboh makannya jadi ya begini. Mas Evan katanya pindah divisinya Pak Angga, kok balik lagi?” “Saya tidak nyaman saat masa percobaan di divisinya Pak Angga. Jadi saya minta balik lagi ke sini. Meskipun di divisi Pak Angga saya dapat lumayan banyak bonus, tetap saja kalau tidak nyaman percuma.” Evan mulai memakan roti yang dia genggam. Nadia hanya bisa menganggukan kepala saja. Dia melanjutkan makan baksonya sambil berbincang dengan pria itu. Tiba – tiba ponselnya berdering membuat gadis itu langsung merogoh celananya dan melihat siapa yang mengganggu makan siangnya. Dia membelakan mata saat melihat siapa yang menghubunginya. Bahkan saking terkejut, dia malah tersedak oleh makanan yang baru saja dia kunyah. “Uhuk! Uhuk!” Nadia menepuk dadanya karena tersedak. Evan yang refleks menyodorkan minuman kepada Nadia. Nadia meneguk dengan cepat dan merasa lega bakso yang dia makan sudah turun ke perut. Dia menatap Evan, “Mas Evan, saya pergi dulu. Ada panggilan alam!” Nadia dengan menggenggam ponselnya berlari tergesa – gesa. Sementara Evan yang melihat wanita itu tersenyum tipis. “Dia sangat berbeda.” Nadia, menekan lift dengan terburu – buru. Kemudian saat lift terbuka, dia masuk dan segera menekan lantai tiga. Dia menatap ponselnya dan memukul kepalanya. “Aduh, ke reject tadi telponnya. Mampus… Mampus…” Nadia tadi tak sengaja mereject telpon yang masuk karena dia tersedak oleh bakso. Ting! Setelah lift terbuka dia langsung buru – buru menuju ruangan besar diujung dan mengetuk pintu sebelum masuk. Menunggu mendapat respon, dia merapikan rambutnya. “Masuk!” Nadia menghela napasnya tenang, dan kemudian membuka pintu masuk ke dalam ruangan tersebut. Nadia melihat pria diatas sofa yang menatap ke arahnya datar merasa berdebar. “Ini lebih nakutin dari malaikat maut sih, gawat!” pikir wanita itu. Pria yang duduk diatas sofa yang menatap Nadia dengan datar menyuruh Nadia mendekat dengan isyarat tangannya. Nadia meneguk salivanya kesusahan. Lalu dengan berhati – hati mendekati pria itu. “Ba-Bapak memanggil saya?” Kini sudah tinggal berjarak satu meter dari posisi pria itu duduk. Tak dapat respon apapun membuat Nadia keringat dingin melihatnya. “Pak Felix, saya melakukan kesalahan lagi?” tanyanya hati – hati. Tiba – tiba Nadia merasakan tangannya ditarik sehingga dia terhuyung menabrak pria itu dan terduduk dipangkuannya. Nadia membelakan matanya. Tangannya memegang erat bahu pria itu. “P-Pak Felix?” Felix lalu tiba – tiba menarik pipi wanita itu hingga dia mengaduh kesakitan. “Argh… Aduh pipiku aduh…” Nadia memegang pipinya yang ditarik oleh Felix sehingga menatap pria itu tajam, “Bapak melakukan kekerasan dengan bawahan Bapak. Saya bisa laporkan ke polisi jika begini namanya!” katanya merajuk. Felix menarik senyuman dibibirnya, “Jangan buat saya khawatir. Saya kira terjadi sesuatu dengan kamu, ternyata kamu malah bangun kesiangan cih!” Nadia berdecih, “Dasar bunglon banget sih sifatnya. Tadi aja ngeboss sukanya marahin orang! Sekarang aja sok khawatir. Jahat kamu Mas!” kata Nadia ala – ala merajuk. Felix mengusap pipi wanita itu dan tersenyum, “Kamu tau sendiri,kita sepakat untuk profesional dalam kantor. Kamu bawahan saya, saya dalam dunia pekerjaan tidak main – main, meski kamu kekasih saya sekalipun.” “Iya, tau. Manusia bunglon!” Felix tertawa lalu memeluk tubuh mungil yang ada dipangkuannya, “Saya sudah menahannya untuk profesional, tapi saya susah menahannya. Saya melihat kamu makan dengan pria lain, kamu malah mematikan panggilan saya. Saya tidak suka.” Nadia tersenyum, lalu membalas pelukan pria itu. “Bos ternyata bisa cemburu juga, profesional dong ck ck!” Felix tertawa. Dia memeluk erat wanita itu dan memejamkan matanya. Wanita ini lah yang bertahan disisinya selama dua tahun, sebagai kekasih, setelah perjalan berliku - liku.Dia sangat mencintainya, meskipun sikap Nadia terkadang membuat pria itu naik darah. Tapi dia mencintai wanita itu. Nadia mengusap rambut pria itu dan menghirup aroma tubuh candu milik Felix. “Jangan lupakan makan siangmu. Aku tidak ingin kamu sakit,” kata Felix. Nadia tertawa, “Kau bahkan yang membuatku kehilangan makan siangku. Menelpon tiba – tiba karena cemburu ck ck ck. Dasar pria tuo bunglon, dasar!” Felix melepas pelukannya dan menatap hangat wanitanya, “Baiklah, kau ingin makan apa? Aku akan menyuruh Rere untuk memesankannya.” “Bener nih? Dompet tipis nggak papa?” “Iya…” “Asik!! Mau pizza, bakso, nasi goreng, burger, jus mangga!” teriak Nadia girang. Felix mengangguk, dan menelpon sekretarisnya saat itu juga, “Bawakan pizza, bakso, nasi goreng, burger, jus mangga untuk makan siang saya.” Nadia yang girang memeluk Felix, “Hohoy Pak Bos pacar memang terbaik!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hurt

read
1.1M
bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.3K
bc

Will You Marry Me 21+ (Indonesia)

read
613.6K
bc

Sweetest Diandra

read
70.5K
bc

Si dingin suamiku

read
490.9K
bc

Over Protective Doctor

read
474.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook