bc

Cinderella & Pangeran Sandal Jepit

book_age16+
421
FOLLOW
1.9K
READ
love-triangle
second chance
sweet
bxg
female lead
city
sassy
affair
naive
like
intro-logo
Blurb

Cerita perjalanan unik dua insan pengecut yang sama-sama lari dari kenyataan. Merasa sama-sama rapuh dan tersakiti, mereka justru berjuang berdua mengalahkan ego masing-masing dan menjajagi hubungan tanpa nama yang akhirnya ada cinta di dalamnya.

Kisah mereka tidaklah sama dengan kisah Cinderella, tapi cinta mereka yang singkat itu memberi makna bagi keduanya.

chap-preview
Free preview
Percik Awal
. "A trust, Yus! Aku milih mundur," Ignatius tergugu diam. Ia tak mampu berkelit lagi. Semua berawal dari perasaannya yang salah. Menyesal tiada guna. Menyesal, mengapa ia harus mengajak Agnes dalam kegamangannya, keruwetannya? Agnes yang semakin mundur, menghindar dan menepis mimpi yang  baru saja singgah, membuat Tius harus segera meraih kewarasannya. Dia siap bila harus terpuruk, di caci maki seluruh dunia bahkan. Dan Agnes memilih berlari sebelum menyaksikan sendiri keterpurukan calon tunangannya. Dia tak punya nyali untuk sekadar melihat kemungkinan Tius bahagia. Dia memilih perjalanannya sendiri. Entah menuju kemana. Entah bersama siapa. Yang pasti Agnes ingin melupakan semua, Agnes ingin menghindar, berlari. Karena hal itulah yang ia butuhkan saat ini. Sembunyi bagai seorang pengecut! Honda City yang ia lajukan dengan membabi-buta, menerobos lampu merah hingga menciptakan protes-protes keras berupa keriuhan klakson dan u*****n s****l pada dirinya. Agnes tak peduli. Sungguh, ia tak peduli seandainya truk di depan sana ikut menyambutnya, menyongsong kenelangsaan hatinya. Namun, ternyata Tuhan masih berbaik hati hingga menghindarkan Agnes dari tabrakan maut yang hampir terjadi barusan. Agnes berseru heboh kegirangan sambil mengepalkan sebelah tangannya ke udara. "Yess!" Ponselnya terus berdering, merejectnya yang kemudian menon-aktifkan ponsel itu. "Bebas, lepas! Kutinggalkan saja beban di hatiku. Melayang ku melayang jauh. Melayang ku melayang..." Agnes bernyanyi mengikuti lagu dari tape mobilnya  dengan suara yang pas-pasan itu. Entah berapa lagu yang ia nyanyikan. Yang penting ia kini sampai di sebuah pantai  yang ternyata sepi. Hanya beberapa orang berlalu-lalang dan nelayan yang masih sibuk dengan jalanya. Orang-orang itu memperhatikannya. Bagaimana tidak? Saat ini penampilan Agnes buruk sekali. Make-up yang luntur.  Gaun pink berenda selutut yang terdapat sobekan dan berhasil menyingkap mulusnya paha gadis itu. Agnes menenteng heelsnya. Agnes tanpa heels, berarti kiamat. Ia tadi terburu-buru hingga terjatuh dan heelsnya patah. Beruntunglah bukan kakinya yang patah. Namun saat ini ia berharap kakinya saja yang patah bukan hatinya. Lalu tiba-tiba saja Agnes berteriak lantang dan kencang. "AAAAAAAAA...." Lolongan kesakitannya disambut deru ombak yang berlarian ke tepi hingga airnya memercik seolah ingin menyadarkan gadis itu. "AGNES IS LOSEERRRR!" teriaknya lagi. Kembali teriakannya itu disambut deru ombak. Kali ini Agnes tak mengumpat pada ombak yang memercikinya. "LO KALAH, AGNESSS!" Agnes menjatuhkan dirinya duduk bersimpuh menghadap laut. Sebentar lagi senja tiba. "Senja turun, dan aku tetap kalah. Apa pagiku juga?" gumamnya lirih. "Kalo lo masih inget kekalahan lo, berarti lo belum kalah. Kayak yang lo bilang, senja turun. Sebentar lagi malem. Nggak baik lo nge-lolong di sini, pamali." Seseorang berdiri tegak di sampingnya. Kedua tangannya melesak di kedua saku celana pendeknya. Kaos hitam gombrong, dan menggendong sebuah tas ransel besar. Jangan lupakan topi yang bertengger di kepalanya yang berambut gondrong. Dan, sepasang sendal jepit menghiasi kedua kakinya yang Agnes kira seperti kaki raksasa itu. Setelah menilik penampilan cowok itu, Agnes mengembalikan atensinya ke laut lepas. "Gue nggak butuh khotbah. Gue laper," cetus Agnes masih bertahan dengan keketusannya. Cowok itu berdehem, menahan tawanya. Rautnya dibuat sedatar mungkin. "Oke, marah itu emang nguras energi, Sist. Wajar kalo lo laper," balas cowok gondrong itu. Cowok itu berbalik sambil mengulurkan tangannya. "Gue Janaka. Panggil aja Naka," ucapnya kemudian. Agnes mendengkus,"Hm. Buruan cari tempat makan, gue laper nih." Agnes hanya menjabat tangan cowok itu asal, asal kena saja. Namun cowok itu sama sekali tak merasa tersinggung dengan perlakuan Agnes seolah dirinya penderita kusta. "Lo apa gue yang traktir?" tanya cowok itu lagi. "E buset dah! Lo kagak ada duit? Ck, ya udah gue yang traktir." Agnes menderap menuju Honda City-nya. Janaka memicingkan sebelah matanya, lalu tangannya bersidekap di d**a. "Ngapain lo? Mau makan nggak?" Agnes memandang malas ke arah Janaka. "Beneran lo punya duit? Secara posisi lo kabur-kaburan gitu. Persis Cinderella yang kabur dari arena pesta," kekeh Janaka. "Rese lo. Wait, lo bukan penjahat 'kan yang mau jambret gue atau mau ambil mobil gue?" Sesaat Agnes sadar situasi menatap horor Janaka yang kini tersenyum miring. Bodoh sekali dirinya meladeni orang yang mungkin saja  berniat jahat. Cih! Sudah cukup energi yang ia kuras seharian ini. Sudahlah, Agnes sudah lelah. Matanya berkaca-kaca. Pikirannya sudah kemana-mana, nyalinya mendadak menciut, mengkerut. Oh, kalau cowok itu benar-benar penjahat, Agnes yakin dirinya mungkin akan diperkosa, lalu dibunuh, dimutilasi kemudian di buang ke laut begitu saja. Mengapa dirinya sebodoh ini? "Ya ampun, pikiran lo udah traveling kemana aja, Sist?" Janaka seolah dapat mengintip apa yang dipikirkan Agnes. Cowok itu sudah duduk di kursi penumpang sebelah Agnes dan memandangnya lekat. "Gue bukan penjahat. Gue petualang, backpacker!" lanjutnya. "Apa? Blackpaper?" Janaka merotasi bola matanya namun tak urung tertawa demi mendapati ke-absurd-an cewek di sebelahnya ini. "Ya Tuhan, ada ya orang model lo. Entah datang dari planet mana, dengan penampakan ala zombie, trus nangis sama tereak di laut, ngebiarin pintu mobil kebuka, ninggalin ponsel mahal dan tasnya di dalam mobil. Lo tuh lebih dari beruntung ketemu gue, tahu nggak?" Agnes mengernyit tak paham. Namun, sedetik kemudian matanya melotot dan mulutnya menganga. "Puji Tuhan! Kok gue g****k ya?" "Bener-bener absurd level dewa lo, Sist!" komentar Janaka. "Ahhh... Efek laper." Kemudian Agnes melajukan mobilnya. Ada beberapa warung dan cafe yang masih buka. Namun ia mencari tempat yang tak terlalu ramai. "Di sini?" tanya Janaka. "Emang kenapa?" Agnes balik tanya lalu mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru. Tak ada yang aneh. "Ini tempat mangkal para supir truk, trus suka ada preman gitu, Sist."  Janaka mengedarkan pandangannya ke tiap penjuru. "Lah, trus kenapa? Masalah?" "Lo liat penampilan lo tuh, baju udah compang-camping, paha lo keliatan. Heran deh gue, lo habis dirampok apa gimana? Kacau balau gini," cowok itu melirik ke arahnya. Agnes mengikuti arah pandang Janaka yang menilik penampilannya. Benar saja, dia nampak menyedihkan!  Cepat ia tutupi pahanya yang terekspos. Agnes menuruti apa kata Janaka untuk mencari tempat makan yang lebih layak. Pilihan jatuh pada  restoran cepat saji. "Take away aja ya?" tawar Janaka. "Kok take away? Dine in," Agnes mengerucut. "Yakin nih mau masuk ke sana dengan penampilan kayak gitu?" Janaka tertawa begitu Agnes melipat kedua tangannya sambil cemberut. "Ya udah, gue aja yang traktir. Ntar ketahuan orang rumah dari transaksi lo," tukasnya seraya menunjukkan kartunya. Akhirnya Agnes menyerahkan segala keputusan pada Janaka. Lalu mereka mencari tempat yang enak untuk menikmati makan malam mereka yang cuma burger dan cola itu. "Btw, lo mau tidur di mana?" tanya Janaka. Agnes diam. Sekarang ia sudah berada jauh dari rumahnya, dari kamarnya yang nyaman. Matanya mengerjap. Teringat kembali hal apa yang membuatnya segila ini hingga ia pergi sejauh ini. It's so far-far from home... "Boleh gue tinggal bareng lo?" .

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook