Part 26 Kerja Bersama

1133 Words
Hal yang paling menyebalkan untuk Queen adalah seperti sekarang ini. Harus bersama dengan pria yang sangat dia benci. Pria menyebalkan yang pernah dia kenal semasa hidupnya. “Steff, nanti temani aku lembur,” ucap Sean pada Queen. Queen yang mendengarnya langsung berubah menjadi kesal. “Maaf tidak bisa. Saya ada urusan penting,” ucap Queen dengan ketus. Sean mengerutkan dahi saat mendengar apa yang barusan di katakan oleh Queen pada dirinya. “Yang bos di sini kamu apa aku? Aku menyuruhmu dan menggajimu,” ucap Sean penuh penekanan. Queen masa bodoh dengan perkataan Sean. Dia lebih memilih fokus untuk melanjutkan pekerjaannya daripada harus mendengarkan omongan Sean yang tidak penting menurut Queen. Sean menatap Queen dengan geram. Dia tidak habis pikir kalau akan mendapatkan sekretaris yang kurang ajar seperti sekretarisnya sekarang ini. “Steffi...” teriak Sean. Queen yang mendengar teriakan Sean mau tidak mau menutup telinganya. “Ini perusahaan. Bukan di hutan,” ucap Queen dengan ketus. Sean berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Queen sambil menahan geram. “Yang punya perusahaan siapa? Terserah aku mau teriak. Kenapa malahan kamu yang marah. Seharusnya yang marah itu aku. Dasar sekretaris gila,” ucap Sean pada Queen. Queen yang mendengarnya semakin di buat kesal. “Ya sudah pecat saya saja kalau begitu. Dasar bos gila. Menyebalkan. Tidak punya otak,” ucap Queen marah. Queen berdiri dari duduknya dan pergi menuju ruangannya sendiri. Sean yang melihatnya memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. “Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam. Harus bertemu dengan wanita jadi-jadian seperti sekretarisku saat ini,” ucap Sean bermonolog sendiri. Sean duduk di sofa panjang yang ada di ruangannya. Merebahkan badannya yang tiba-tiba terasa sakit semua. Karena beberapa hari ini Sean kurang tidur. Sean menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba dia teringat perdebatan dengan sekretarisnya. Baru kali ini Sean berhadapan dengan wanita seperti itu. Karena selama ini dia selalu berhadapan dengan wanita-wanita manis. Salah satunya adalah mantan istrinya yang sampai sekarang tetap Sean cintai. Sean memejamkan matanya yang tiba-tiba terasa berat. Sean pun akhirnya tertidur di sofa panjang di ruangannya. ***** “Ya Tuhan, kesialan apa ini? Aku harus berurusan dengan ayah dari putraku. Kenapa aku harus dipertemukan lagi dengan dia, Tuhan? Apalagi rencanamu kepadaku? Apa kau tidak mengasihiku sedikit saja, Tuhan? Jika aku boleh berkata, aku tidak ingin lagi ada urusan dengan pria itu lagi,” ucap Queen di ruangannya. Queen mencoba untuk konsentrasi kembali dengan pekerjaannya. Mencoba aplikasi baru yang dia buat untuk mempermudahnya mengatur jadwal-jadwal pekerjaan Sean yang sangat padat. Queen juga membuat aplikasi untuk mengatur jadwal makan sampai jadwal istiraht Sean dalam sehari-hari. Dia tidak ingin direpotkan dengan urusan-urusan yang tidak penting. Queen mencoba untuk meringankan pekerjaannya. Setelah semuanya beres, Queen iseng membaca berkas-berkas yang perlu Sean tandatangani. Queen membaca dengan detail kontrak kerja Sean. Dia tersenyum sinis saat salah satu klien yang mau bermain curang dengan perusahaan Sean. Queen mencoba mengkalkulasi kerugian yang akan di terima perusahan Sean kalau sampai proyek ini jalan. Queen menggelengkan kepalanya saat nilai kerugiannya sampai bernilai fantastis. Mau tidak mau Queen ikut campur menangani masalah kontrak Sean. Dia tidak ingin perusahaan tempatnya bekerja rugi besar dan imbasnya ke para karyawan yang tidak bersalah sama sekali. "Bagaimana mungkin perusahaan sebesar ini sampai tidak teliti seperti ini," ucap Queen bermonolog sendiri. Queen mencoba meretas sistem keamanan perusahaan yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan Sean. Kalau Queen sudah bermain-main, dia pasti lupa waktu. Seperti sekarang ini. Karena rasa penasarannya dengan perusahaan yang mau bermain curang, Queen tidak tanggung-tanggung untuk memberikan pelajaran pada perusahaan tersebut. Dengan keahlian yang dia miliki, Queen bermain-main dengan angka dalam manajemen keuangan perusahaan tersebut. Setelah semuanya beres, Queen membereskan barang-barang yang dia bawa pulang. Queen begitu kaget saat melihat jam sudah menunjukkan angka sembilan malam. "Ya Tuhan, sudah jam sembilan malam. Pasti mama khawatir aku belum pulang," ucap Queen. Queen membereskan barang bawahannya yang akan dia bawa pulang. Setelah beres, Queen berjalan keluar dari ruangannya. Dia heran saat melihat ruangan Sean lampunya masih menyala. Dengan langkah yang mengedap-edap, Queen masuk ke ruangan Sean. Dia begitu kaget saat melihat Sean tertidur di sofa. Queen menghampiri Sean dan duduk di sampingnya. Queen menatap Sean dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. “Kenapa juga dia harus tertidur di sini. Seperti orang yang gak punya tempat tinggal saja,” ucap Queen dengan sinis. Queen menghela nafas kasar. Ingin sekali dia meninggalkan Sean sendiri di sini. Tapi dia tidak tega melakukannya. Queen menyandarkan kepalanya di sofa. Merenungi kejadian yang hari ini sudah terjadi kepada dirinya dan Sean. Perdebatan-perdebatannya yang membuat dirinya kesal. Tiba-tiba ponsel Queen bergetar. Saat melihat siapa yang menelphonenya, Queen langsung mengangkatnya. “Hallo, Ma,” ucap Queen pada sang mama. “Belum, Ma. Queen lembur hari ini. Banyak banget pekerjaan yang harus Queen selesaikan,” ucap Queen. “Ya sudah. Nanti kalau pulang hati-hati,” ucap Kiandra pada sang putri. “Bagaimana Hayden, Ma? Apa di rewel hari ini?” tanya Queen. “Hayden gak rewel. Malahan dia sangat manis dan menggemaskan dengan tingkahnya yang lucu,” ucap Kiandra penuh rasa bangga menceritakan cucunya untuk hari ini. Queen yang mendengarnya juga ikut merasa bahagia. Dia sangat ersyukur mempunyai Hayden di dalam hidupnya. Meskipun banyak cerita dan kepiluhan saat dia hamil putranya. “Ya sudah, Ma, kalau begitu,” ucap Queen mematikan panggilannya. Tanpa Queen tahu, ternyata Sean sudah bangun dan menatapnya dengana tatapan menyelidik. Queen yang melihatanya mencoba untuk tenang. “Kenapa belum pulang?” tanya Sean pada Queen. “Belum selesai pekerjaan ku. Tadi saat aku mau pulang, aku melihat ruangan ini masih menyala,” ucap Queen dengan tenang. “Siapa Hayden?” tanya Sean pensaran. Entah kenapa saat mendengar nama Hayden disebut, Sean seperti tertarik ingin mengetahuinya. “Bukan siapa-siapa. Baiklah kalau begitu, saya pamit untuk pulang terlebih dahulu,” ucap Queen pada Sean. Saat Queen mau berdiri, Sean menarik tangan Queen dan Queen pun terjatuh diatas sofa. Jantung Queen berdetak dengan cepat saat Sean mendekat ke arahnya. “Apa yang kau mau lakukan kepadaku?” tanya Queen pada Sean. “Memberimu pelajaran,” ucap Sean tersenyum misterius. Queen yang melihat gelagat aneh dari Sean, dia langsung memasang perlindungan diri. Dia tidak ingin sampai hal yang tidak diinginkan terjadi lagi. Queen mencoba bangun dari sofa. Tapi tubuh Sean menghalanginya. Sean langsung menyambar bibir Queen yang dari tadi berbicara sinis kepadanya. Sean melumat bibir Queen. Queen mencoba melepaskan diri. Tapi dia tidak bisa berkutik karena tubuh Sean yang menghimpitnya. Sean menggigit bibir Queen supaya terbuka. Bibir Queen terbuka menahana sakit karena gigitan Sean. Sean tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depannya saat ini. Sean menyusuri rongga mulut Queen dengan lidahnya. Menyesap bergantian dengan lumatan-lumatan panjang Sean. Sean dengan kepiawaiannya membuat Queen terbuai dengan ciumannya. Queen mulai mengikuti permainan Sean. Queen mulai membalas ciuman Sean. Sean yang melihat Queen membalasnya, dia tersenyum menang dalam hati. Setelah puas berciuman, Sean melepaskan bibir Queen dengan keduanya terengah-engah dengan ciuman panjang mereka. Queen yang sadar dengan apa yang barusan di lakukan, dia langsung merutuki kebodohannya dan berlari keluar dari ruangan Sean. ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD